Haikal berpamitan pada Orang tua dari sahabatnya untuk pulang dan berjalan keluar dari area rumah sakit. Sebelum pulang tadi dia sudah bertemu dengan Leo yang masih belum bangun dari pingsannya, kata dokter karena itu efek dari obat bius yang di suntikan padanya.
"Mobil gue kemana ya? Perasaan tadi gue bawa mobil deh" bingung Haikal yang tidak mendapati mobil sang papa di parkiran area rumah sakit.
Haikal mencoba mengingat dimana dia meletakan mobil itu, apa dibawa kemari setelah mengantarkan Leo atau di tinggal begitu saja di area taman tadi. Sepertinya pemikiran yang terakhir lebih tepat dimana dia meninggalkan mobil keluaran terbaru milik papanya itu.
'Mampus gue tinggal di taman lagi alamat kena hukum lagi' batin Haikal pasrah
Tanpa pikir panjang ia pun langsung berlari menuju taman yang dekat dari rumah sakit, sampai di sana dia bisa melihat beberapa pemuda sedang berusaha membuka pintu mobilnya menggunakan batang kayu. Haikal kenal siapa mereka, mereka hampir membuat nyawanya melayang sebulan yang lalu.
"Heh! Jauhkan tangan kotor kalian dari mobil gue!!" teriak Haikal sambil melempar batu ke arah mereka semua
Duk!
Duk!
Duk!
Duk!
mereka meringis pelan saat sebuah batu mendarat dengan sempurna di belakang kepala mereka. Mereka pun langsung membalikkan badan Dn di sana sudah ada Haikal dengan raut wajah yang datar sedang menatap mereka semuanya.
"Wah! Wah! Ada siapa ini? Si Haikal cowok lemah yang langsung sekarat, karena kena benda tumpul yang kami pukul. Ada apa kau datang kemari? Apakah mobil ini milik lu kalau iya lu ga cocok pake mobil mewah seperti ini." ucap salah satu pemuda yang bernama Gio dengan nada mengejek
"Bagaimana kalau kita bermain dulu dengan si lemah itu Gio?" tanya Nanda menyeringai
"Lu ga belok kan nan?" tanya Edo pada Nanda yang mendapatkan pukulan sayang dari Nanda
"Ya ga lah bego! Gue masih normal tapi bermain dengan orang lemah itu akan sangat menyenangkan bukan?" jawab Nanda di balas anggukan oleh yang lain.
'Kok perasaan gue ga enak ya?' batin Haikal
Bugh!
Sebuah bogeman mengenai wajah Haikal secara spontan membuat dirinya yang tak siap langsung jatuh tersungkur ke tanah. Ia memegang rahangnya yang terasa sakit dan jangan lupakan detak jantungnya berdetak dengan cepat membuat nafasnya memburu naik turun.
'Jangan sekarang gue mohon' Lirih Haikal dalam hati sambil dadanya yang terasa nyeri.
Gio dkk yang melihat Haikal melamun langsung memukulinya berkali-kali dan setelahnya menyeret tubuh lemas milik Haikal di suatu tempat. Haikal ingin memberontak tapi tubuhnya tidak memungkinkan terlebih lagi bagian dada sebelah kirinya yang masih sakit.
"Kau tidak ingin memberontak?" tanya Gio heran
Haikal diam, membuat aska yang sedang menyeretnya langsung menjambak rambut Haikal membuat kepala haikal terangkat ke atas.
"Kalau di tanya itu dijawab sialan!!" Bentak Aska
"Sakit anjing!! Lepasin tangan bau lu dari rambut gue yang indah ini" ucap Haikal langsung meninju perut Aska
"arrgh!! sialan!" umpat Aska sambil mengerang kesakitan.
"Seret dia!! Habis lu malam ini"
****
Dengan langkah tertatih-tatih ia pun langsung masuk ke dalam rumah dengan rambut acak-acakan, baju yang sudah kusut dan jangan lupakan luka di wajahnya. Bukan ucapan selamat datang yang diterima, malahan sebuah tamparan menyapa pipi kanannya dengan kuat membuat tubuh tersungkur ke lantai yang di dingin. Sudah berapa kali dia terjatuh dengan posisi yang tak siap seperti ini.
"Darimana aja kamu! Ga liat sekarang sudah jam berapa hah!! Mau jadi anak berandalan kamu pulang jam segini. Kalau iya sekalian ga usah pulang ke rumah!!" Bentak Martha setelah melayangkan tamparan pada pipi sang anak.
Haikal tidak menjawab karena dia mengeluarkan kata pasti akan mendapatkan pukulan. Jadi diam lebih baik daripada melawan bukan? Karena melawan orang yang lebih tua tidak baik dan itu akan mendapatkan hukuman dari tuhan.
"Kenapa diam? Udah bisu kamu sekarang hah!! Orang tua nanya itu di jawab bukannya diam bak orang bisu seperti ini sialan!!"
Bugh
Haikal mundur beberapa langkah karena perutnya tiba-tiba dipukul oleh sang papa dan dia mempertahankan keseimbangan tubuhnya agar tidak jatuh nantinya. Bisakah dia istirahat sekarang? Karena tubuhnya sudah mati rasa dan luka yang dia dapat dari para pembullyan itu belum kering. Dia tidak ada niatan untuk mengobati luka-luka yang didapat, rasanya percuma kalau di obati di rumah saja dia bakalan mendapatkan luka baru.
"Shh! Maaf pa" Haikal langsung memegang perutnya yang terasa sakit nan nyeri secara bersamaan.
"Segera masuk ke dalam gudang karena hukuman mu sudah papa siapkan di sana" Martha pergi begitu saja meninggalkan Haikal
"Pasti bakalan di kurung lagi" gumam Haikal
Haikal berjalan kearah gudang dimana tempat penyiksaan untuknya dan tempat membuat dirinya mempunyai trauma jangan lupakan alter ego atau bisa di bilang kepribadian ganda.
"Sampai kapan kamu pasrah seperti ini Haikal, biarkan saya keluar dan habisi papamu berserta seisinya juga." ucap Axel terkesan datar nan dingin
"Ga usah macem-macem deh, jangan pernah lu sentuh keluarga gue dan jangan sakiti mereka semua atau gue buat lu menghilang" ancam Haikal
"Kamu terlalu naif kal, kamu terlalu sayang sama mereka yang belum tentu pasti sayang padamu. Tapi saya salut padamu bisa bertahan sampai sejauh ini,"
"Terimakasih atas pujian yang terdengar menyindir itu"
"Siapa juga yang sedang menyindir mu?"tanya axel pada Haikal
"Orang sedang beraq dan dia nyindir gue puas lu!" kesal Haikal pada sang alter Egonya.
Haikal memandang pintu gudang dengan raut wajah datar tapi beda lagi dengan suara hatinya yang menyuruh untuk pergi dari sana. Ia ragu untuk ke dalam karena mungkin di dalam sana pasti ada sebuah kejutan besar menanti dirinya, dengan langkah ragu dia membuka pintu dan yah di sana sudah ada sang papa membawa sebuah balok kayu di tangannya.
Apa yang terjadi setelahnya? Dia di pukuli sampai baju yang di kenakan oleh Haikal berlumuran darah dan bumm pintu gudang di tutup dengan kencang. Jangan lupakan di gudang itu gelap tanpa ada cahaya yang masuk ke dalam karena di sana tidak ada jendela.
Sedangkan di rumah sakit, Leo terbangun dengan perasaan yang gelisah membuat Ravana menjaga sang adik panik seketika. Ia langsung memencet tombol darurat yang ada diatas bangsal milik sang adik, dokter masuk ke dalam dengan wajah paniknya.
"Ada apa? Apa yang terjadi?" tanya dokter
"Dok periksa adikku cepat!" desak Ravana yang panik
Dokter mulai memeriksa keadaan Leo yang masih gelisah dalam tidurnya, sedangkan ravana menatap tubuh sang adik yang masih diperiksa oleh dokter.
"Bagaimana dok?" tanya Ravana
"Dia tidak apa-apa, mungkin ada sesuatu yang membuat dirinya gelisah dalam tidurnya. Mengalami mimpi buruk adalah hal yang wajar kalau begitu saya permisi" dokter pergi keluar setelah memeriksa Leo.
"Bang" Panggil Leo
"Ya? Adek butuh sesuatu biar abang ambilin" tawar Ravana
"Perasaan adek ga enak bang, takut Haikal bang di pukul lagi sama keluarganya" ucap Leo sebelum memejamkan matanya karena obat bius yang diberikan padanya.
'Kal, gue harap lu baik-baik saja' batin Ravana entah kenapa ikut gelisah
Jangan lupa vote and kome
See u guys-!
Bye