Chapter 3

42 2 0
                                    

Aku telah mempelajari ilmu pedang dari guruku sejauh yang bisa kuingat. Guruku adalah salah satu ahli pedang terbaik di Philos. Dia juga seorang Ksatria Grandis di pasukan Lightseeker. Juga salah satu diantara orang kepercayaan Raja.

Sudah lama aku tahu bahwa aku punya seorang teman sekelas bernama Xavier yang merupakan seorang pangeran Philos, dia juga seseorang yang memiliki kemampuan berpedang yang tinggi.

Tapi sudah bertahun-tahun aku tidak melihatnya. Guruku berkata, adalah tugasku di masa depan untuk melindunginya.

Karena dia akan menjadi Raja Philos di masa depan.

Sedangkan takdirku adalah untuk menjadi Ksatria Grandis-nya yang paling berani, setia, dan terpercaya.

Setelah kejadian di hari itu, Xavier menggendongku di punggungnya ke rumah guru.

Airiss : "Xavier, kakiku masih bisa berjalan..."

Xavier: "Bukannya tadi kau menangis?"

Airiss : "Jeremiah cuma bicara asal-asalan. Masa, kau benar-benar percaya?"

Xavier: "Biar kuperiksa."

Xavier menurunkanku dan mendekat.

Xavier: "Matamu merah, jika kau tidak menangis maka kau pasti sakit."

Airiss : "Aku baik-baik saja."

Tubuhnya menghalangi terlalu banyak cahaya. Sambil menangkup pipiku, dia meletakkan ibu jarinya di kelopak mata bawahku dan menatapku. Untuk berjaga-jaga kalau...

Xavier: "...."

Untuk mengejutkanku, dia meniupkan udara ke wajahku.

Airiss: "Xavier... Kau!"

Xavier: "Aku menemukan bajingan di matamu. Nah, sekarang sudah aman."

Airiss: "Bajingan? Maksudmu Jeremiah?"

Xavier: "Mendekatimu tanpa alasan, apalagi menyentuhmu... Lalu apa kalau bukan?"

Airiss: "Kaulah yang bajingan karena tiba-tiba membuat ekspresi aneh seperti itu."

Aku mencoba meraih Xavier. Dia tidak bergerak dan malah membawaku terjatuh bersamanya di karpet.

Airiss: "...!"

Xavier: "..."

Airiss: "Kenapa kau tidak menghindar?"

Xavier: "Kau akan pincang jika kakimu keseleo lagi."

Airiss: "Yang ada aku membuatmu keseleo, guru pasti tidak akan pernah memaafkan kita. Dia akan bilang..."

Xavier: "'Ksatria Grandis akan menjadi pedang mantap sang Raja. Ke mana pun Yang Mulia menunjuk, pedangmu harus mengikuti.' Di setiap momen terjaga, setiap mimpi aku bisa melafalkan kata-kata itu."

Airiss: "Oh... Apa dia tidak kembali hari ini? Aku belum mempelajari teknik yang dia tunjukkan! Mati aku kalau dia menanyakannya!"

Xavier: "Dia sedang bersama ksatria yang lain. Dia akan pergi untuk beberapa waktu."

Guru: "... Ahem."

Xavier: "Hmm? Anda sudah kembali?"

Airiss: "Um... Selamat atas kemenangan Anda yang sempurna!"

Guru: "Siapa yang mengajari kalian berdua untuk menyapa guru kalian ketika berada lantai? Berdiri."

Berkat keberhasilan guru, makan malamnya luar biasa mewah. Setelah berada dalam pertempuran selama beberapa tahun, guru kami memancar aura intimidasi bahkan setelah melepas zirahnya dan duduk di meja.

Shooting StarsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang