Rasanya seperti mimpi. Xavier kembali padaku.
Dia juga seorang Lightseeker...
Setelah menyelamatkanku dari kegelapan dan pusaran kosmik yang berputar-putar, Xavier membawaku ke tempat perkemahannya...
Di sisi lain dari Hutan Starfall.
Dia selalu ada setiap kali aku dalam bahaya.
Sebenarnya, pasukan Xavier bukanlah pasukan resmi.
Tiap ksatria menggunakan lencana yang berbeda. Mereka pasti berasal dari kelompok yang berbeda diantara pasukan Lightseeker sebelumnya.
Aku tidak tahu apa-apa mengenai pengalaman maupun keyakinan mereka yang membuat mereka bergabung dengan Xavier.
Jeremiah : "Ternyata kau di sini! Kami semua mengira kau menghilang."
Jeremiah masih bicara blak-blakan, sama seperti ketika masih di Akademi.
Xavier : "Aku telah menylidiki Hutan ini selama beberapa tahun ke belakang. Hutan ini selalu dipenuhi dengan Wanderer. Ada sesuatu yang sedang terjadi."
Xavier : "Para Lightseeker memburu Wanderer di area ini hanya agar binatang buas itu terlahir kembali. Sungguh buang-buang waktu."
Xavier : "Aku rasa kita harus mengatasi masalah ini dari sumbernya. Kita akan menyelesaikannya sekali dan untuk selamanya."
Pusat komando telah disiapkan menggunakan berbagai peralatan. Xavier berdiri di depan sebuah virtual map, dengan tenang menjelaskan penemuannya selama bertahun-tahun padaku dan Jeremiah.
Suaranya datar, namun tegas.
Aku melihat Xavier berjalan ke sana kemari di depan layar besar. Dia terlihat sama seperti dirinya yang dulu, tapi juga... tidak.
Xavier : "Masih linglung? Atau apa kau ingin beristirahat seperti yang lainnya?"
Xavier berjalan ke arahku. Lalu aku baru menyadari bahwa ksatria yang lain telah pergi.
Airiss : "Oh, Aku... Aku masih pemulihan dari ilusi itu."
Xavier : "Sungguh?"
Xavier memberiku sebotol air.
Xavier : "Katanya kau sedang memikirkan seseorang kalau menatap suatu benda dalam waktu yang lama."
Kata-kata itu berhubungan dengan kenangan di masa lampau. Aku harus memikirkannya dulu sebelum merasakan keakraban dengan Xavier lagi.
Bersandar pada peralatan, kuambil botol itu dan tersenyum.
Airiss : "....Sudah bertahun-tahun berlalu. Aku bisa saja telah jatuh cinta pada seseorang."
Xavier : "Bagus."
Airiss : "Kau tidak mau bertanya siapa itu?"
Xavier : "..."
Xavier : "Tidak masalah. Aku turut bahagia untukmu. Memiliki seseorang di hatimu memberikan semangat untuk terus maju."
Aku tidak bisa menahan diri untuk tidak melihat gagang pedangnya.
Rumbai itu masih di sana, tapi warna asli jimat berbentuk bintang hampir seluruhnya pudar. hanya benangnya yang terlihat masih baru.
Airiss : "Kau menyimpan rumbai itu dengan baik."
Xavier : "Iya."
Airiss : "Apa kamu ingat--"
Xavier : "Ah, kau belum lihat pesawat luar angkasa kami yang telah dimodifikasi."
Airiss : "..."
Xavier : "Tidak jauh dari sini. Ikuti aku."
Selama di perkemahan, aku perhatikan xavier selalu sibuk.
Entah memantau Hutan atau menyendiri di dalam pesawat luar angkasanya seharian.
Ada banyak hal yang ingin kutanyakan. Kenapa tidak ada upacara saat dia kembali ke istana? Bagaimana dia bergabung dengan Lightseeker? Apa yang dia lakukan selama ini?
Tapi dia selalu saja mengalihkan pembicaraan.
Tidak hanya itu, dia menghindari menghabiskan waktu bersamaku.
Aku semakin curiga. Dia pasti menyembunyikan sesuatu dariku...
Jeremiah : "Apa kau yakin?"
Airiss : "Ya. Aku mengandalkanmu untuk mencari tahu yang sebenarnya dari Xavier. Jangan berlebihan."
Jeremiah : "Baiklah. Akhirnya aku bisa membantumu setelah sekian lama."
Xavier baru saja kembali dari Hutan. Aku segera bersandar di sebelah peralatan.
Jeremiah : "Airiss! Airiss, ada apa? Kenapa, kejang lagi?"
Kami mendapatkan perhatian Xavier.
Xavier : "Apa yang terjadi dengannya?"
Jeremiah : "Aku sama sekali tidak tahu. Kondisinya semakin memburuk sejak dia selamat dari ilusi itu. Kami belum bisa memberitahumu sampai sekarang."
Sudah kuduga, ekspresi Xavier menjadi suram.
Xavier : "Apa ada kaitannya dengan jantungnya?"
Airiss : "Ya..! Sakit sekali... rasanya seperti tertusuk... Beberapa energi aneh pasti telah... Jika kita menemukan penyebabnya..."
Jeremiah : "Aku bersumpah atas kehormatanku bahwa dia sampai menangis!"
Sebelum aku sempat mengeluh soal buruknya akting Jeremiah, Xavier menyalakan headset-nya, lalu membawaku.
Xavier : "Apa kau masih di pesawat luar angkasa? Aku perlu meminjamnya. Tunda dulu Operasi Backtrack untuk sekarang. Ya, sekarang juga."
Airiss : "Hah? Tidak, tidak!"
Situasi jadi di luar kendali. Aku segera menghentikannya.
Airiss : "Aku baik-baik saja, Xavier! Kau tidak perlu menggunakan pesawat luar angkasa!"
Xavier masih mencurigaiku. Aku langsung berdiri tegak lalu melompat-lompat dua kali.
Airiss : "Tidak ada masalah..."
Xavier : "Kau membohongiku?"
Airiss : "... Aku tidak punya pilihan karena kau tidak akan memberitahu apapun, padahal aku sudah berada di sini beberapa waktu."
Xavier : "..."
Tidak kusangka Xavier tidak marah. Setelah yakin bahwa aku baik-baik saja, dia mengacak-acak rambutku.
Xavier : "Selama kau sehat."
Tapi reaksinya memberiku beberapa petunjuk.
Airiss : "Kenapa tadi kau begitu cemas? Apa yang kau temukan? Apa itu mempengaruhi jantung seseorang?"
Xavier : "..."
Xavier : "Hanya spekulasi. Karena itulah aku tidak memberitahumu..."
Kelihatannya Xavier mempercayaiku. Dia menoleh ke arah di mana aku melihat sosok putih itu.
Xavier : "Itu bukan hanya tentang jantung seseorang. Ini menyangkut seluruh planet. Kami menemukan rahasia Philos yang selama ini disembunyikan."
KAMU SEDANG MEMBACA
Shooting Stars
FanfictionLove and Deepspace Xavier's Myth - Shooting Stars Terjemahan Bahasa Indonesia MC : Airiss Cataluna Di Astria Knight Academy yang bergengsi, Airiss selalu terdorong untuk menjadi Grandis Knight di antara pasukan Lightseeker yang disegani, pelindung...