BAB 11 : Aku Merindukanmu

0 0 0
                                    

Dua hari kemudian, pasukan Saranjana tiba. Sharon, Eugene, dan Avy tentunya, menyambut mereka di gerbang. Tak perlu menunggu lama—hanya seperti ketika menunggu Sharon yang berada di barisan paling belakang—Avy berteriak memanggil Liam dan Ungku.
      
“Avy?!”
      
Liam dan Ungku kaget bukan main melihat mata kanan Avy—sudah tidak diperban lagi. Sontak saja mereka turun dari kuda dan menghampiri gadis itu.
      
“Mata kamu kenapa, Av?!”
      
“Hehe, keren kan?”
      
“Astaga, serius. Ini kenapa?” Liam menangkup wajah Avy, menatapnya dengan tajam. Avy hanya cengengesan, menaik-turunkan alisnya.
      
“Maafkan aku, Tuan Datuk. Avy terluka karena kelalaianku,” Sharon membungkuk dengan hormat. Ungku menatapnya sedikit kecewa, kemudian melambaikan tangan. Dia mendekati Avy, mengusap pucuk kepalanya dengan lembut.
      
“Syukurlah kamu baik-baik saja,”
      
“Iya, Ungku. Tapi jangan marah sama Sharon. Dia baik (dikit), kok. Dia pinjamin aku mahkota itu, trus obatin luka, bahkan dia ngasih topi sama jubah buat aku pas kami lewatin gurun itu,”
      
“Tapi kenapa bisa luka gini?”
      
“Kecakar monster, hehe. Tapi tenang aja, aku udah balas monsternya. Aku cungkil matanya. Dua-dua,” tersenyum jumawa, Avy terkekeh.
      
“M-monster?”
      
“Iya. Kami bertemu tiga ekor monster saat melewati hutan Amazing. Salah satu monster yang berbentuk seperti serigala mencakar mata Avy. Apa kalian tidak bertemu monster di hutan Amazing?”
      
Ungku dan Liam menggeleng.
      
“Ini memang terasa aneh. Tidak pernah ada satu pun monster yang berhasil melewati perbatasan. Tapi entah kenapa mereka bisa ada di hutan itu. Syukurlah kalian tidak bertemu monster yang lain. Dan omong-omong, Tuan Datuk, dimana Panglima kalian?”
      
“Kyle dan sebagian besar pasukan langsung menuju ke perbatasan. Kami datang ke sini hanya untuk memberitahumu dan memastikan keadaan cucuku,”
      
“Salam sejahtera untuk Raja Sharon. Maaf mengganggu perbincangan anda semua, tapi saya harus bicara dengan Avy sebentar,” Gastrius datang dengan langkah tegap. Avy mengangguk lantas mengikuti Gastrius.
      
“Ada apa?”
      
“Maaf mengganggu waktu Nona. Tapi saya harus memberikan ini,” sebuah gulungan kertas. Mirip ‘peta pita’ (mungkin), “Ini surat dari Yang Mulia Kyle, beliau berharap Nona membaca suratnya hingga selesai,”
      
“Terimakasih,”
      
“Sama-sama, Nona. Saya permisi,”
      
Avy menatap gulungan itu, penasaran dengan isinya. Tapi diurungkan dulu, memilih menghampiri Liam. Beberapa menit kemudian Sharon mengajak mereka ke ibukota dulu, tapi ditolak oleh Ungku.
      
“Ada beberapa hal yang perlu kita bahas, Tuan Datuk. Kita akan menyusul ke perbatasan nanti sore. Selain itu  Avy juga harus menyiapkan segala keperluan dulu,” Sharon membujuk.
      
“Tapi—
      
“Gapapa, Ungku. Aku mau lihat Kota Ruai,” Liam memasang wajah memelas, membuat ‘kakek’nya terpaksa mengangguk. Liam mengepalkan tangannya, yes!
      
Mereka pun berangkat ke Kota Ruai.


***


      
Duduk di balkon kamarnya, Avy membuka pita yang mengikat gulungan surat itu.


      
Hai, gadis rendang-ku.
      
Aku yakin kau baik-baik saja di sana, bukan? Aku belum minta maaf soal insiden yang disebabkan oleh ayahku. Aku tau mungkin kau membencinya dan mungkin membenciku juga. Seharusnya aku bersikap seolah tidak mengenalimu saja waktu itu, ya? Haha, maafkan aku. Tapi aku ingin bercerita sedikit. Tolong baca hingga selesai, ya?
      
Dulu aku sering bingung melihat kakekku yang memiliki begitu banyak selir. Ayahku juga. Tapi mirisnya, yang akhirnya paling diperhatikan tetaplah permaisurinya. Aku paham sekali dengan tabiat itu. ‘Pernikahan palsu’. Ayahku tidak benar-benar menikahi para selir itu. Buruk sekali, bukan? Semuanya dilakukan hanya untuk sekedar mempertahankan ‘tradisi’ Kaisar-kaisar sebelumnya. Banyak dari selir yang bunuh diri karena ayahku yang memperlakukan mereka dengan acuh tak acuh. Tapi itu semua ditutupi dengan alasan kalau mereka ‘sakit keras’ atau ‘ menghilang’ atau apa lah.
      
Aku yakin kau tidak suka dengan cerita itu. Karena itulah  aku ingin mengatakannya padamu.
      
Aku mencintaimu, Avy.
      
Kau adalah gadis tulus pertama yang kutemui. Jujur saja, aku langsung jatuh cinta padamu ketika di pasar Servhia. Kau menolak menggunakan kereta pengangkut tanpa izin, itu adalah tindakan langka. Hanya segelintir orang yang melakukannya. Lalu saat kau mengantarkan titipan tetanggamu yang justru marah-marah padamu, kau tidak balas berteriak padanya. Itu luar biasa. Jantungku berdegup makin cepat kala itu. Kau menghidangkan rendang untukku, seorang laki-laki berjubah yang bahkan baru kau kenal beberapa saat lalu. Kau tidak mencurigai aku, kau tersenyum tulus.
      
Saat itu aku pikir akan butuh waktu berbulan-bulan untuk menemukan orang yang aku cintai dari kalangan non-bangsawan. Ternyata kepalang mudah. Bahkan itu adalah hari pertama, dan aku bertemu denganmu.
      
Keberanianmu, aku menyukainya.
      
Ketika kau menendang tangan ayahku hingga patah. Aku pikir kau akan langsung membunuhnya. Aku juga berpikir kau akan marah padaku saat mengetahui perasaanku, ternyata tidak. Kau justru memberikanku motivasi. Ya, meski dadaku terasa sesak, haha.
      
Aku hanya ingin memberitahu bahwa aku tidak pernah sama dengan ayahku. Aku ingin menikahi gadis non-bangsawan dan tidak akan memiliki selir. Aku ingin menciptakan sejarah baru dan jika boleh, aku ingin melakukannya bersamamu.
      
Aku,... ingin memutus tradisi pernikahan palsu itu. Aku sudah bertekad sejak lama, aku hanya ingin menikah satu kali. Suatu saat mungkin aku akan melamar mu, jadi aku mengatakannya sekarang, aku tidak akan melanjutkan tabiat buruk ayahku itu. Jadi kalaupun besok-besok kau menerima lamaranku lantas kita menikah, kau tidak akan pernah mengenal yang namanya selir.
      
Oh ya, aku akan langsung pergi menuju perbatasan. Padahal aku sangat merindukanmu, tapi tidak ada pilihan lain. Semoga kita segera bertemu lagi, ya. Dan omong-omong aku sudah tau dengan siapa aku harus bersaing untuk mendapatkan hatimu. Aku harap tidak ada saingan tambahan. Aku juga berharap yang kau katakan itu, perasaan bisa saja berubah. Aku akan menunggunya,
      
Aku merindukanmu, aku mencintaimu.

MONSTRUMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang