Memang benar kalau penyesalan itu hadir di akhir acara, kalau di awal namanya registrasi. Dan aku menyesal sudah mengajak gadis rendang ini untuk bertarung. Sial.
-Kyle Ellworth-
Avy bilang dia tidak mahir bertarung dengan senjata. Jadi mereka memutuskan duel dengan tangan kosong. Semua baik-baik saja (di awal). Tapi setengah jam kemudian, seolah kecepatan dan kekuatan Avy bertambah. Serangannya lebih akurat. Kyle tersenyum sinis, lumayan juga.
Sepuluh tahun berlatih langsung dengan seorang sepuh membuat Avy percaya diri dengan setiap gerakannya. Biasanya saat latihan kemarin-kemarin, mereka hanya akan berlatih seadanya. Tapi kali ini berbeda, Avy benar-benar serius dengan setiap serangan dan tangkisannya. Melihat kemampuan Avy, Kyle juga memutuskan untuk tak menahan diri.
Salah satu tinju Kyle berhasil menghantam perut Avy, membuatnya terbanting beberapa langkah ke belakang. Dan itu membuatnya marah, merangsek menyerang dengan bengis. Avy sendiri tidak tau gerakan silat apa yang dia gunakan, karena ini hanyalah refleks setelah lawan berhasil menyerangnya.BUKK!
Satu tendangan berhasil menghantam tulang rusuk Kyle dari sisi kanan, dia meringis tapi langsung mengerahkan serangan balik. Avy menangkisnya, mundur satu langkah untuk kemudian melepaskan tinju ke mata Kyle. Ini sungguh bukan gerakan silat lagi. Sementara Kyle beradaptasi dengan matanya, Avy bergerak. Menendang perut Kyle dengan punggung lututnya, lalu menyikut tengkuk Kyle dengan kuat hingga Kyle terbanting jatuh dan hendak menghantam api unggun.
Untunglah Avy sempat menariknya.
Kyle tersenyum meski agak jengkel karena berhasil dikalahkan.
“Kau hebat,” puji Kyle.
‘Jika Avy yang perempuan saja sekuat ini, lantas bagaimana dengan teman laki-lakinya itu? Lantas bagaimana dengan Ungku?! Sepertinya aku harus meminta Ungku untuk melatih para prajurit,’
“Jujur aku jengkel karena ini pertama kalinya aku dikalahkan dalam duel dengan tangan kosong. Tapi aku senang mengetahui kau sekuat ini, aku bangga padamu,” Kyle mengacak pelan rambut Avy, tertegun.
“Kenapa?”
“Hei, bagaimana bisa rambutmu sehalus ini?!”
“Kau tanya bagaimana? Tanyakan pada Tuhan,” Avy menepuk-nepuk baju silatnya yang kotor akibat pasir. Kyle masih tak percaya, lalu iseng mencoba mengacak-acak rambut Avy dengan segenap tenaga.
Sia-sia.
Rambut Avy kembali ke modelnya semula, rapi. Lurus. Padahal barusan Kyle mengacak-acaknya, tapi tidak terlihat seperti baru diacak sama sekali. Dia memasang wajah kaget yang terkesan berlebihan. Avy menatapnya mencibir,
“Memangnya kenapa? Kau iri?”
“Jika para wanita bangsawan melihat ini, apalagi kalau ibuku yang melihatnya, dia pasti akan terus memujimu seolah kau ini dewi. Ayo beritahu aku kenapa rambutmu bisa sehalus ini?”
“Mungkin ini keturunan ibuku. Aku dan kakak laki-lakiku punya rambut mirip seperti ibu. Bahkan rambutku sulit diikat. Paling lama ikat rambut itu akan bertahan selama tiga jam, itupun kalau aku tidak banyak bergerak. Itu sebabnya Liam selalu membawa ikat rambut cadangan untukku,”
Masih belum puas, Kyle kembali mengacak-acak rambut Avy, kali ini dengan keseriusan tingkat tinggi. Dan hasilnya sama. Tapi sekarang Avy mulai kesal, dia menjambak rambut Kyle dengan kedua tangannya.
“Aaargh!”
Kyle tak mau kalah, dia mencubit kedua pipi Avy, “Lepaskan rambutku!”
“Lepwaskan pipwi kwu dwuluuu!”
“Kyle?”
Sial. Suara itu. Kyle mengeluh dalam hati lalu segera melepaskan pipi Avy, Avy juga melepaskan jambakannya.
“Ya, Ayah?” Kyle bertanya gugup sambil merapikan rambutnya. Avy tertegun ketika Kyle menyebut ‘Ayah’. Itu artinya pria paruh baya yang tengah menatap mereka itu adalah Kaisar Philip, kan?!
“Apa dia gadis perwakilan keluarga Baroness Servh itu, nak?”
“Iya, Ayah,”
Kaisar Philip menatap Avy beberapa saat sebelum mengangguk, “Baiklah. Sekarang sebaiknya kau kembali ke kastil, besok para pengungsi dari Daykarao akan tiba,”
Kyle mengangguk mengerti. Kaisar Philip dan belasan pengawalnya berlalu pergi. Terdengar helaan nafas lega, Avy dan Kyle saling tatap. Avy menyipitkan matanya, merencanakan balas—tangannya gesit mengacak rambut Kyle tanpa ampun.
“Hei!”
“Sekarang kita impas,”
Hah, padahal tadi Avy terlihat sangat keren bisa mengalahkan Kyle. Sekarang dia kembali terlihat menjengkelkan. Tapi sudahlah, mereka sudah impas. Kyle mengajak Avy kembali ke kereta kuda. Mereka berjalan dengan perasaan kesal masing-msing.
“Kenapa kau menyebalkan?” tanya Kyle ketika kereta kuda mulai berjalan. Sebagai jawaban, Avy balas bertanya,
“Kenapa kau juga sangat menyebalkan?”
Kyle menepuk jidatnya frustasi, memilih untuk diam. Baiklah, memang tidak seharusnya mengajak Avy berdebat, kau akan kalah.
“Heh. Orang Daykarao itu seperti apa?”
“Daykarao,.. jika dikatakan mereka orang bar-bar, tidak juga. Mereka punya pemerintahan yang terstruktur dengan sangat baik. Rata-rata dari mereka memiliki kulit eksotis, dengan warna pupil hitam pekat atau keemasan. Mereka unik, menurutku begitu. Tapi sejak dulu Saranjana dan Daykarao adalah musuh. Bukan musuh secara harfiah, tapi kami saling bersaing dalam pembangunan dan apapun itu yang berhubungan dengan kenegaraan. Biasanya setiap dua tahun sekali, Kaisar dan Raja akan mengadakan pertemuan untuk menjalin ikatan pertemanan, atau sekedar membahas tentang apa yang akan mereka persaingkan berikutnya. Tapi itu belasan tahun lalu. Sekarang tidak pernah ada pertemuan lagi,”
“Kenapa?”
“Semenjak Raja Arlon tiada, tiga belas tahun lalu, tidak pernah ada pertemuan lagi. Raja yang memimpin mereka sekarang adalah anaknya Raja Arlon, entah siapa namanya, aku tidak tau. Kami tidak pernah mengetahui alasan kenapa Raja yang baru itu selalu menolak melakukan pertemuan. Dia bilang dia punya caranya sendiri,”
“Apa Raja Daykarao itu tampan?”
Kyle menatap Avy, tidak suka dengan pertanyaan itu. Tapi dia tetap menjawab, “Menurutku mungkin agak. Tapi kalau menurut Ayahku, mendiang Raja Arlon itu jelek. Aku juga pernah melihatnya. Kau tau? Raja Arlon itu punya gading,”
“Hah?! Gading?!”
“Aku juga tidak tau pasti, tapi ada dua tulang tajam seperti gading yang menyembul keluar dari kedua lubang hidungnya. Juga, mereka tidak pernah memakai atasan, dan dada mereka berbu—
“Berhenti!” Avy membekap mulut Kyle—kali ini dengan tangannya.
Kyle menyingkirkan tangan Avy dari mulutnya, menatap nakal, “Perut mereka buncit—
“Aku bilang berhenti!” Avy kembali membekap mulut Kyle dengan dorongan yang lebih kuat, sampai-sampai kepala Kyle terantuk ke dinding kereta kuda. Mereka bahkan tidak menyadari kalau kereta kudanya berhenti akibat teriakan Avy yang bilang ‘Aku bilang berhenti!’
Pintu kereta kuda terbuka, seorang prajurit memeriksa dan kaget ketika melihat Avy dan Kyle yang sedang—
“T-tunggu, ini bukan—
“Maaf mengganggu waktu anda berdua. Saya akan memerintahkan untuk menepi,”
“T-tidak, Sam. Ini hanya salah paham. Lanjutkan perjalanan. Kami hanya sedang bercanda tadi,” Kyle tersenyum kikuk. Prajurit itu mengangguk, memerintahkan kusir untuk melajukan lagi kereta kudanya.
Sial. Canggung.
KAMU SEDANG MEMBACA
MONSTRUM
MaceraSungguh, Avy dan Liam ingin segera keluar dari dunia aneh ini. Berawal dari tabrakan di kedai ramen, dan mereka berakhir di dunia aneh ini. Negara Saranjana. Terlebih lagi,.. mereka justru dihadapkan dengan para monster tantrum alias 'MONSTRUM'. Ap...