Rembulan telah menyelesaikan shift malamnya, kini giliran matahari yang bekerja, menerangi seluruh kerajaan, tak terkecuali Kerajaan Nerobuio. Udara dingin tadi malam mulai menghangat, lebih tepatnya panas.
Retakan di tanah yang gersang ini telah menjadi hal yang lumrah di Nerobuio. Apa lagi semenjak kebangkitan Azrael. Tidak ada hutan hijau yang bisa bertahan. Daun-daun berguguran. Menyisakan batang pohon mati di antara langit merah.
Vyria sedang berdiri di depan cekungan yang cukup besar. Cekungan itu dulunya adalah danau. Dulu. Bukan sekarang. Kalau sekarang setetes air pun tidak ada. Matanya menatap lurus ke depan, dengan alis yang mengkerut. Helaan napas yang berulang tidak dapat menjernihkan pikiran sama sekali. Hatinya malah semakin gelisah.
"Sepertinya tebakanku benar, ya." Vy membalikkan badan begitu indera pendengarannya menangkap suara. Ia terlalu larut dalam pikirannya sampai mendengar langkah kaki Nell yang menghampirinya. Padahal biasanya telinga Vy sangat peka dengan suara.
"Apa maksudmu?" tanya Vy tidak mengerti dengan ucapan Nell. Memangnya apa yang orang ini tebak? Begitu pikirnya.
Nell menyeringai sebelum menjawab, "Kau menyukai 'dia'. Iya, kan?" Kini Nell berdiri di samping Vy, ikut memandang danau kering yang hanya menyisakan tanah-tanah retak.
Vy memiringkan kepala dengan alis mengkerut, tetapi mulutnya tetap bungkam. Bicara yang jelas! Aku tidak tahu 'dia' siapa yang kau maksud! ucapnya dalam hati. Meski begitu, Nell tetap paham apa arti dari tatapan Vy.
"Pangeran Zen." Nell kembali berucap sambil terkekeh. Tatapan Meledek jelas terpajang di wajahnya.
"Hahh?!" Mulut Vy menganga lebar. Alisnya semakin mengkerut dengan semburat merah yang mewarnai pipinya. "Aku tidak-"
"Kau mulai berharap mereka yang akan memenangkan perang." Vy baru hendak berkomentar, tapi lelaki itu menyela. "Jangan khawatir, aku tidak akan memberitahu Yang Mulia bahwa kau mulai berkhianat dari-Nya."
Vy kembali merapatkan mulutnya, tidak jadi berkomentar. Memang hal itulah yang sejak beberapa hari lalu mengganggu pikirannya.
"Tidak usah galau begitu. Firasatku mengatakan, sebentar lagi kita akan bertemu dengannya. Ngomong-ngomong, kita ada tugas baru dari Tuan Agares." Kedua tangan Nell terpaut di pinggangnya membentuk siku-siku. Wajahnya berseri-seri. Ia bosan setelah berhari-hari hanya berputar-putar di Nerobuio, akhinya ia mendapat misi untuk pergi keluar dari tempat gersang ini.
"Tugas apa?" tanya Vy.
"Hohoho ...." Nell tertawa seperti Sinterklas sambil merentangkan tangan ke atas. "Wisata Kerajaan Luminosa!" lanjutnya dengan girang.
"Hah?" Sekali lagi Nell berhasil membuat Vy melongo, dua kali dalam satu hari.
Vy bertolak pinggang, mendekatkan wajahnya dengan mata yang menyipit, menyelidik.
Dua tiga detik ditatap intens seperti itu membuat Nell merasa seperti sedang diinterogasi. "Ke-kenapa kau menatapku begitu?" Perlahan tangannya mulai turun.
"Wajahmu seperti penipu," sahut Vy, menunjuk-nunjuj wajah Nell.
"Ghk-!" Nell terperanjat kaget ketika Vy mengatai wajahnya seperti seorang penipu. Rasanya seperti tertimpa batu besar. "Apa maksudmu? Kau mau bilang kalau wajahku itu seperti seorang kriminal, begitu, huh?!"
"Apa salahnya? Kita, kan, memang penjahat," kata Vy dengan enteng, membuat Nell merasa ditimpa batu lagi, yang jauh lebih besar sampai menenggelamkan tubuhnya.
"Aahh! Sudahlah! Misi kita sebenarnya adalah mencari seorang pengkhianat. Orang itu dulunya adalah tangan kanan Yang Mulia Rael sebelum Tuan Agares. Tapi, sejak Yang Mulia disegel, orang itu kabur dan mencuri barang berharga milik Yang Mulia." Nell beranjak pergi. Ia sudah bosan melihat tanah kering di depannya, meski kemana ia pergi pun pemandangannya tetap sama.
KAMU SEDANG MEMBACA
NEROLUCE
Fantasy[ONGOING] • • • Zen Kuroxwar, seorang siswa kelas 2 SMA yang tiba-tiba terbawa ke dunia lain, tepatnya dunia sihir, setelah keluar dari toilet di sekolahnya. Dikatakan bahwa ia adalah reinkarnasi sang pahlawan-salah satu anak Dewa. Ramalan mengharus...