6} Simulasi Rumah Tangga

57 26 123
                                    

A/n ; haloo berries, long time no see.  gimana kabar kalian hari ini? semoga sehat yaa. btw, gimana sama part sebelumnya?

seberapa kesel kalian sama Bella??

sebagai gantinya, ini bakal aku kasi sedikit uwu-uwu😽

sedikit info, sangku = wadah nasi

Happy Reading!!


•••

"Abang, bangun. Udah siang, Bang," ucap Nala dengan sengaja mengusik tidur nyenyak kakaknya.

Ezra menggeliat, masih belum mau membuka matanya. "Engh ... jam berapa?"

Nala menjawab, "Jam sebelas, Bang. Abang dari pagi belum sarapan, kan? Nanti maag Abang kumat, loh."

"Hmm ... lima menit," ucap Ezra masih dengan mata terpejam.

"Ih, Abang!" Nala mulai kesal.

Dia melirik Ehsan yang terlelap di samping kakaknya dengan mengenakan kaos dan celana boxer pendek yang mengekspos pahanya, Nala gak berani lihat Ehsan lama-lama dengan kondisi seperti itu.

"Abang kalo gak mau bangun sekarang aku siram, nih." Nala mengancam.

Ezra semakin meringkuk ke dalam selimut, perasaan dia baru merem beberapa menit yang lalu, dia masih merasa ngantuk banget! "Bentar lagi napa, gue mau lanjutin mimpi gue sama Jihyo!"

Nala menggoyangkan tubuh kakaknya semakin kuat. Gak peduli kalau nanti kena marah, yang penting masakan dia sudah dimakan sebelum keburu dingin.

Ehsan yang merasa terusik dengan keributan adik kakak itu mulai membuka netranya perlahan.

Nala yang menyadari akan hal itu berucap, "Abang bangun ih, itu Ehsan juga udah bangun, loh. Ayo bangun, cuci muka, terus sarapan bareng!"

"Mana ada sarapan jam sebelas, Nala," jawab Ezra masih dari bawah selimut. Kalau urusan tidur kebo banget manusia satu itu!

Ehsan melirik Ezra dengan tatapan jengah. "Melek dulu napa, Bang."

Ezra akhirnya nurut, dia berjalan dengan sangat terpaksa ke kamar mandi untuk cuci muka.

"AAAAA DINGIN BANGET, SETAN!" teriaknya dari kamar mandi. Sesegera mungkin dia keluar dari sana dan mengambil handuk untuk mengeringkan mukanya.

"Tumben banget dah jam segini dingin. Indonesia mau musim salju apa gimana?" tanya Ezra bersungut-sungut. Merasa gak terima karena dirinya yang kaget saat menyentuh air pagi itu.

Ehsan menunjuk jam dinding, mata Ezra mengikuti arah itu. "Lain kali kalo masih merem jangan percaya siapa-siapa, ya, Bang," celetuknya.

Nala menahan tawanya saat melihat abangnya itu menyadari sesuatu. Gampang banget dibohongin.

Ezra menatap Nala. "HEH, PENIPU! INI BELUM JUGA JAM TUJUH, YA, KOPLAK." Ezra semakin tidak terima. Mimpi tadi ... bener-bener sia-sia.

Nala tertawa puas karena berhasil menjahili makhluk itu. Rasain! benak Nala.

***

"Nambah lagi, ah," ucap Ezra mengambil dua centong nasi dan menyendok beberapa lauk yang masih tersisa.

"Abang serius? Ini hampir tiga piring abang makan." Nala berujar gak percaya. Jarang-jarang abangnya itu sarapan dengan porsi kuli. Yang ada nanti malah berakhir jadi penghuni toilet.

"Ya serius, lah," jawabnya. Dia melirik Ehsan yang sebentar lagi piringnya akan kosong. "Eee ... ini buat lu barangkali mau nambah, hehe," ucapnya memberikan sangku kepada Ehsan.

Warna-Warni Putih AbuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang