Hari Minggu

231 20 4
                                    


Minggu pagi, waktu yang cocok untuk bersantai. Rehat sejenak sebelum memulai hari senin dengan segala kesibukannya. Haechan duduk di kursi taman belakang rumahnya, ditemani secangkir teh chamomile yang menenangkan. Bersenandung ringan sambil mengelus perut besarnya yang kini sudah berusia 9 bulan.

Terbesit rasa takut, sebentar lagi hari melahirkan akan tiba. Banyak ketakutan yang hinggap di kepala Haechan. Haechan juga sering merasa khawatir. Khawatir nanti saat bayinya lahir ia akan banyak melakukan kesalahan, dan masih belum bisa merawat anaknya dengan baik.

Beberapa hari yang lalu ia dan Mark sudah berkonsultasi dengan dokter untuk operasi persalinan. Ada beberapa prosedur yang harus dilakukan. Hal itu juga sempat hinggap di pikiran haechan untuk beberapa waktu.

"Haechan,"

"... sayang?"

Hampir tiga kali Mark memanggil, Haechan tidak kunjung merespon. Ternyata Haechan sudah terlalu dalam memikirkan hal-hal yang belum terjadi.

"Eh- iya kenapa Pak?" Buru-buru Haechan menengok ke arah suaminya yang daritadi memanggil.

"Kamu kenapa kok bengong begitu, sendirian dan gak ajak Bapak?" Mark kini duduk di kursi sebelah Haechan sambil sedikit mengelus perut istrinya.

"Gak apa-apa kok, Pak. Cuma sedikit kepikiran lahiran aja." Haechan menjawab dengan pandangan ke arah perutnya sambil tersenyum. Menyembunyikan ekspresi wajahnya yang sedang banyak pikiran.

"Semua akan baik-baik aja. Kamu percaya sama Bapak, kan? Percaya sama Hanni?"

Namanya sudah bukan lagi Ubi, namanya Hanni. Mark yang memberikan nama itu, Mark berharap anaknya kelak bisa semanis madu dan halus tutur katanya sama seperti Haechan.

Hening beberapa saat. Haechan bukan tidak percaya keduanya. Tapi kekhawatirannya lebih dari itu, "kalau aku gak berhasil gimana?"

Mendengar hal itu, Mark segera memeluk istrinya, "kita cuma bisa berusaha, percaya satu sama lain. Akhir dari semua usaha itu Tuhan yang menentukan. Bapak tahu kamu khawatir sekali tentang masa depan. Tapi Bapak yakin semuanya akan baik-baik aja. Kamu, Hanni, semua akan baik-baik aja sayangku. Jangan banyak khawatir, cukup lakukan yang terbaik. Bapak juga akan berusaha lindungin kalian. Percaya ya sayang," kini Haechan sudah terisak di pelukan Mark, mengangguk merespon apa yang sudah diucapkan suaminya.

Mark menangkup wajah istrinya, dan mengelus lembut rambut coklat istrinya. "Sayangku yang cantik ini pasti bisa laluin semua, kamu pasti kuat." Mark memberikan kecupan ringan di bibir istrinya, menyalurkan rasa sayangnya. Kecupan ringan itu membawa keduanya ke ciuman yang lebih intim—

"—maaf Pak Mark, Mas Haechan ganggu waktunya. Ada Mas Renjun dan Mas Chenle bertamu." Keduanya langsung melepas tautan, sedikit terkejut. Lupa kalau mereka sudah tidak bisa melakukan adegan dewasa di sembarang tempat di rumah ini karena ada Mbak Ugi.

"A-ah iya Mbak, tolong suguhin makanan dulu ya." Mark berucap yang langsung diiyakan oleh Mbak Ugi. Sambil memastikan Mbak Ugi sudah jauh dari tempatnya.

cup

Mark mengecup bibir istrinya lagi.

"Ih, udah. Malu tau diliat Mbak Ugi, besok-besok Bapak dilarang cium aku sembarangan." Haechan berucap sambil mencubit gemas perut suaminya. Mark hanya bisa meringis lalu terkekeh.

%%%

"Eh ada apa nih rame-rame, kirain yang dateng Renjun sama Chenle doang. Ternyata double date nih," Haechan datang menyambut mereka. Iya, bukan hanya Renjun dan Chenle yang datang. Tapi mereka bersama pasangannya masing-masing. Jaemin dan Jisung ikut berkunjung. Tapi keduanya memilih berbincang dengan Mark di luar.

"Iya nih tadi sekalian double date. Gimana kabar lo, sehat?" Tanya Renjun.

"Sehat, bayinya juga sehat. Kalian apa kabar? Kita udah jarang ketemu ya, kangen banget."

"Sehat, Chan. Btw ini kita bawain lo hadiah. Ada beberapa barang bayi juga. Gue boleh elus perut lo gak sih?" Chenle merasa agak kurang ajar karena pengen elus perut Haechan. Tapi bagi Haechan itu bukan masalah besar kok. Renjun dan Chenle kan teman dekatnya.

"Boleh, sini Le. Namanya Hanni. Bapaknya yang namain, dia suka kalo dipanggil Hanni, pasti nendang."

Chenle mendekat dan mengelus perut besar Haechan. Ia begitu takjub karena ini pertama kalinya ia memegang perut orang hamil.

"Hai, Hanni. Kenalin ini uncle Chenle." Tak berselang lama, Hanni merespon dengan memberikan tendangan kecil.

Haechan tersenyum, Chenle dan Renjun takjub dengan hal itu.

Mereka berbincang cukup lama untuk mengobati rasa rindunya. Hampir dua jam mereka membicarakan ini dan itu. Jaemin dan Jisung memutuskan menarik pacar masing-masing untuk melanjutkan double date mereka. Kalau tidak ditarik mereka bertiga pasti bisa mengobrol sampai tengah malam. Dua pasangan itu akhirnya berpamitan untuk melanjutkan kegiatan mereka.

%%%

"Bapak bisa gak sih kalau masukin mobil jangan mepet tembok? Aku gak bisa keluar ini, perut aku gak muat, ck." Mark mendengar itu langsung tertawa, ditambah ekspresi istrinya yang sedang marah karena perutnya yang besar membuatnya kesusahan keluar mobil.

"Ahahaha, iya maaf ya sayang. Bapak mundurin lagi nih mobilnya." Dengan perlahan mobil mulai mundur dan Haechan bisa keluar mobil dengan mudah.

Keduanya baru saja pulang dari kegiatan belanja bulanan. Seharusnya belanja bulanan bukan sekarang saatnya, tapi sore tadi Mark mengajak Haechan membeli lampu untuk taman belakang. Jadi Haechan pikir sekalian saja membeli bahan makanan yang sudah habis.

Mark meletakkan barang belanjaannya di dapur dan bergegas untuk memasang lampu di taman belakang.

Setelah Mark dan Haechan selesai melakukan kegiatannya masing-masing, kini saatnya mereka bersantai. Haechan bersadar ke dada suaminya, dan Mark bertugas mengelus rambut istrinya yang sudah memanjang. Semenjak hamil, memang Haechan sangat suka meminta suaminya mengelus rambutnya sampai ia tertidur.

"Kamu merasa ada yang berubah gak?" Haechan lalu menatap suaminya, meminta penjelasan lebih.

"Aku? Enggak tuh. Kenapa?"

"Semenjak hamil, kamu semakin cantik, kulit kamu semakin bersinar. Bapak suka sekali." Haechan yang mendengar penjelasan suaminya langsung mengerutkan alis.

"Gombal mulu nih. Bapak juga berubah."

"Oh iya?"

"Iya, jokesnya jadi jokes bapak-bapak banget. AHAHAHA"

Mark gemas dengan istrinya, ia cubit hidung kecil itu.

Hari ini ditutup dengan tidur terlelap sambil saling memeluk, saling menguatkan satu sama lain. Mark sangat berharap Haechan akan selalu bahagia dengan keluarga kecil ini. 


.

.

.

.

.

.

jangan lupa votement adik-adik

Keluarga Kecil [Markhyuck]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang