Rumah Sakit

287 26 1
                                    


"Kamu sudah siap?"

Haechan mengangguk tanda setuju dengan pertanyaan yang diajukan Mark.

Perlahan mobil yang ditumpangi keduanya mulai meninggalkan pekarangan rumah. Ini bukan perjalanan yang biasa. Perjalanan kali ini akan mengantarkan mereka ke sebuah rumah sakit.

Haechan harus siap, mau tidak mau ia harus siap. Karena hari yang ditunggu sudah datang.

Tanggal yang sudah ditentukan dokter untuk melakukan persalinan kini telah tiba. Semua persiapan sudah dilakukan dengan baik. Termasuk barang apa saja yang perlu di bawa ke rumah sakit. Tenang, Ten dan Johnny juga Taeyong sudah siap untuk membantu keduanya. Para orangtua sudah mempersiapkan semua hal yang akan dibutuhkan sejak kemarin.

Sebenarnya Ten, Johnny, dan Taeyong ingin pergi ke rumah sakit bersama. Namun hal itu ditolak Haechan karena menurutnya waktu yang ditentukan masih cukup lama. Mark memutuskan akan menghubungi mereka saat Haechan sudah masuk ruang operasi.

%%%

Sesampainya di rumah sakit Haechan langsung melakukan beberapa prosedur yang harus dilakukan sebelum tindakan operasi. Operasi akan dilakukan malam hari nanti, jadi masih ada lebih dari 10 jam sebelum tindakan.

Haechan sudah berganti pakaian ke pakaian yang disediakan rumah sakit untuk bersalin.

"shh," Haechan merasakan kontraksi lagi, perutnya terasa kencang dan tidak nyaman. Kontraksi palsu kerap kali muncul dan membuat Haechan harus berjalan-jalan sebentar untuk mengurangi intensitas nyerinya.

Setelah rasa nyeri itu hilang, Mark baru sampai di ruangannya setelah mengurus beberapa administrasi.

"Maaf Bapak lama, tadi ternyata lumayan banyak yang harus diurus. Kamu lapar?" Haechan menoleh ke arah Mark.

"Huft, sebenarnya iya. Tapi harus puasa dulu sayang."

Mark sedikit iba melihat wajah istrinya yang menahan lapar. Tapi Haechan tidak boleh melanggar aturan, sebelum operasi memang Haechan diminta untuk berpuasa beberapa jam.

Mark duduk di kursi yang ada di samping ranjang Haechan, memijiti pinggang istrinya perlahan agar Haechan merasa sedikit lebih nyaman.

"Pinggang dan perut kamu masih sakit gak?" Tanya Mark.

"Pinggang aku lumayan pegel, masih sering kontraksi juga. Kadang nyeri banget perut bawah aku," Haechan mengadu dengan wajah hampir menangisnya.

Mark masih memijiti pinggang istrinya sambil mengelus rambutnya, "sebentar lagi ya, sayang. Meskipun nanti bekasnya juga akan sakit, tapi seenggaknya kamu akan merasa lebih bahagia karena bayi tukang nendang ini sudah keluar." Mark terkekeh kecil setelahnya yang dihadiahi cubitan di tangannya.

%%%

Mark sudah menghubungi orangtuanya dan Haechan untuk datang dan menemani Haechan selama proses bersalin. Mereka sekarang menunggu di depan ruangan operasi.

Kini Mark dan Haechan sudah di dalam ruang operasi, Haechan juga sudah dibius. Hanya perlu menunggu beberapa saat sampai bagian bawah Haechan benar-benar mati rasa dan proses persalinan dimulai.

Mark tak hentinya mengecupi wajah dan tangan Haechan, melihat begitu seramnya pisau yang mengiris lapisan demi lapisan perut istrinya.

Butuh waktu 1 jam untuk menyelesaikan operasi ini. Selama proses membersihkan isi perut dan menjahit lagi, bayi merah itu diletakkan di dada Haechan untuk bonding pertama kali dengan ibunya.

"Hiks, sayang, Hanni. Kamu sehat sayang, selamat datang di keluarga kami." Itu Haechan, sambil menangis haru ia menyusui anaknya untuk pertama kali. Mengelus dan mengecup rambut anaknya yang masih merah.

"Terima kasih sayang, terima kasih banyak sudah bawa Hanni ke dunia." Mark ikut menitikkan air mata, ia terharu dengan perjuangan istrinya membawa buah hati mereka selama 9 bulan lamanya.

Perut istrinya kini sudah selesai dijahit dan anaknya sudah bersih. Bayinya akan diletakkan di ruangan bayi untuk sementara, dan Haechan langsung dipindahkan ke ruangannya. Mark buru-buru keluar ruangan untuk mengabari kedua pihak keluarga.

"Operasinya berjalan lancar, Hanni sehat, Haechan juga sehat. Hanni dipindah ke ruangan bayi, Haechan setelah ini dipindah ke ruangannya."

Taeyong berlari memeluk anaknya, Johnny dan Ten juga ikut berpelukan. Mereka begitu senang dengan kabar ini. Semuanya berjalan sesuai dengan harapan.

Empat orang dewasa ini sekarang masih menunggu Haechan terbangun dari tidurnya, ia pasti sangat lelah dan akan merasa sangat sakit saat sadar.

"Sayang sudah bangun?" Mark menyadari istrinya sudah membuka mata. Haechan langsung meringis merasa perih dan nyeri di perut pasca operasi.

"Hai sayang," ini Ten menyapa Haechan. Haechan tersenyum ke arah papinya.

"Hanni mana?" Haechan kini mengatur ranjangnya agar sedikit lebih tegak.

"Aku panggilin susternya dulu ya," tak menunggu lama, suster sudah siap dengan membawa bayi yang masih di dalam box bayi. Bayi itu kini diserahkan kepada Haechan untuk disusui.

"Aduh lucu banget sih cucu oma, namanya Hanni ya?" Taeyong mengelus pipi cucunya dengan lembut.

"Iya oma, nama aku Hanni." Haechan menjawab dengan nada seperti anak kecil.

"Waduh, wajahnya Mark banget. Kamu gak kebagian nih," Johnny ikut mengomentari cucunya.

"Pasti jadi anak kesayangan Pak Mark banget, kayak kembar gini." Haechan terkekeh kecil dan mencium pipi gembil anaknya.

Betapa bahagianya orang-orang di ruang inap Haechan, bayi merah yang dinanti-nanti sekarang sudah hadir dan membuar orang-orang tertawa bahagia.

Selamat datang di dunia, Hanni. Selamat datang di keluarga kecil Mark dan Haechan. 

.

.

.

.

.

.

.

.

Kalo ada yang janggal atau salah please komen ya, karena riset aku tentang kehamilan/melahirkan masih minim banget

Keluarga Kecil [Markhyuck]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang