01.Hukuman

44 5 2
                                        

"Teett..tet...tet," bel tanda piket telah berbunyi. Semua yang bertugas piketan, sibuk dengan tugasnya masing-masing. Di tengah-tengah itu, seorang gadis dengan jilbab motif berwarna cokelat dan hitam, sibuk mencari seseorang. Kakinya naik turun tangga, kesana kemari, tak kunjung menemukannya.

"Iihh... kemana sih, di cari susah banget," gerutunya kesal. "Hmm.. di aula ada gak ya?" Kemudian ia putuskan untuk pergi ke aula, mencari sosok yang dia cari.

Sesampainya di aula, ia mengedarkan pandanganya. Mengecek satu per satu orang yang ada di aula. Matanya berbinar ketika melihat sosok gadis dengan kerudung berwarna abu-abu polos. Dirinya fokus membaca qur'an yang ada di depannya. Pantas saja dia tak mendengar bel tanda piket.

Tanpa pikir panjang, gadis itu menghampiri temannya dan duduk di sampingnya.

"Assalamu'alaikum," salamnya.

Gadis yang tengah fokus pada qur'an di depannya itu menoleh kesamping dan tersenyum manis. "Wa'alaikum salam. Ada apa, Ka?" Jawab salam Ana sekaligus bertanya.

"Allahummaa... ini udah jam berapa, Na?? Sekarang udah waktunya piketan,"geram Azka seraya memutar bola matanya malas.

"Eh... udah waktunya piketan ternyata. He...he... afwan ya... Ya udah ayo kita buang sampah sekarang," Ana menutup al-qur'an di depannya. lalu beranjak berdiri, begitupun Azka.

Mereka kembali ke asrama. Tempat sampah yang penuh dengan sampah, ada di hadapan mereka. Tak menunggu lama lagi, mereka bersamaan mengangkat tempat sampah yang penuh dengan sampah itu untuk di buang.

Keduanya berjalan bersama di lorong, sembari sesekali tertawa karena lelucon dari Azka. Mereka melewati berbagai santriwati yang sibuk dengan tugas masing-masing. Hingga mereka sampai di tempat pembuangan sampah. Mereka kemudian menumpahkan sampah yang mereka bawa, kedalam tong yang tersedia.

"Alhamdulillah, balik yuk," ajak Azka yang di angguki oleh Ana.

"Jdeerr.. jdeerr.." Ketika mereka hendak beranjak, gerbang yang terbuat dari seng itu berbunyi, menandakan ada orang di luar sana. Membuat Ana dan Azka berhenti.

"Ukhty? Bisa tolong bukakan gerbangnya? Izinkan kami mengambil sampah untuk kami bakar," itu suara seorang akhi di luar gerbang.

Ana dan Azka saling bertatapan.

"Sana buakain," suruh Ana pada Azka.

Azka menggeleng cepat. "Nggak, kamu aja sana," tolak Azka.

"Malu, Ka," cicit Ana.

"Aku juga malu, Na,"

"Ukhty??" suara itu terdengar kembali, ketika Azka dan Ana tak membukakan pintu gerbang.

Kini Azka mendorong Ana, hingga membuat Ana maju beberapa langkah ke depan. "Situ, bukain."

Ana menghembuskan napasnya pasrah. Akhirnya dia maju ke depan untuk membukakan gerbang. Tanganny terulur membuka kunci gerbang. Lalu, gerbang pun terbuka.

Kini dihadapan Ana, berdiri seorang remaja mengenakan hoodie putih dengan celana panjang. Diatasnya peci hitam menutupi rambutnya. Namun,jambulnya ia keluarkan dari pecinya , membuat dahinya tertutup.

Sejenak mereka saling memandang. Keduanya sama-sama tak bergeming. Dunia terasa berhenti. Ana ingin membalikkan tubuhnya, tapi dia tiidak bisa. Seperti ada sesuatu dengan tatapan Anta yang menahannya untuk kembali.

Sedangkan, di depannya, seorang Anta menatap mata indah milik Ana. Kedua mata Ana seakan menyihirnya. Bahkan Anta tersenyum tipis melihatnya. Anta dapat melihat dirinya ada dalam mata indah itu. Ia terlena dalam tatapan teduh milik Ana. Tatapan mata itu membuat jantungnya berdetak melebihi batas normal. Hatinya berdesir di saat bersamaan.

I'roban CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang