Angin malam sepoi-sepoi menyapu kulit mulus Ana. Kini dirinya tengah duduk didepan kelas dengan kitab suci al-qur'an berada di kedua tangannya. Di atasnya, bulan bintang bersinar terang.
Terlihat mulutnya komat kamit melafadzkan ayat suci. Sepertinya, dirinya sudah begitu lanyah, hingga saat dia melafadzkannya tak sekalipun ia melirik al-qur'an di depannya. Makhrojnya juga sudah jelas dan sesuai dengan letak bacaannya. Begitu juga dengan suaranya yang merdu bila di dengar.
Namun, tiba-tiba dia berhenti ketika sesuatu terlintas di benaknya. Pikirannya kembali ke beberapa jam lalu, ketidia membuang sampah bersama Azka. Entahlah, kenapa tiba-tiba pikirannya melayang ke sana.
Dia ingat betul mata cokelat milik laki-laki itu. Dalam hatinya ia bertanya-tanya, siapa laki-laki itu? Kenapa di saat dia menatap kedua mata itu serasa dunianya ada didalamnya.
"Astaghfirullahal 'adzim," Ana mengusap wajahnya kasar. Sadar, ia telah membayangkan orang yang bukan mahramnya. "Kenapa aku jadi kepikiran tadi sore, sih?" Gumamnya merasa kesal sendiri. "Ana fokus, Ana," Ana berusaha untuk kembali fokus.
Ana kembali meroja'ah hafalannya. Pikirannya tadi sore ia buang jauh-jauh. Tak penting pula, memikirkan semua itu.
"Panggilan kepada saudari Anatasya Balqis Al-Adawiyyah, ditunggu kedatangannya di pusat panggilan sekarang juga. Sekali lagi, panggilan kepada saudari Anatasya Balqis Al-Adawiyyah, di tunggu kedatangannya di pusat panggilan sekarang juga." Suara dari pengeras suara, menggelegar di seluruh penjuru pesantren putri.
Ana yang merasa dirinya terpanggil, pun beranjak dari duduknya. Sudah biasa baginya di panggil untuk pergi ke pusat panggilan. Mengingat dirinya adalah ketua kelas dan harus bolak balik ke pusat panggilan untuk menerima laporan-laporan. Mungkin dia akan mendapat laporan lagi untuk kelasnya.
نحو
"Assalamualaikum," salam Ana seraya mengetuk pintu, ketika dia sudah berada d depan kamar pusat.
"Wa'alaikum salam," seseorang dari dalam membukakan pintu untuk Ana. Ana tersenyum dan masuk setelah di persilahkan.
Kamar berukuran 3x3 meter itu di huni oleh 6 orang. Masing-masing menanggung tugas sebagai kisim yang berbeda. Namun, saat ini di kamar itu hanya ada 2 orang. Satu adalah lurah pondok dan satu dari kisim keamanan.
Ana tersenyum ramah kepada mereka. Ia di suruh duduk oleh Ukhty Zahra alias sang lurah pondok.
"Maaf, ada apa ya, Ukh?" Tanya Ana.
Sebelum berbicara dua orang di hadapan Ana saling pandang. Kemudian Ukhty Zahra menghembuskan napasnya.
"Ana sebelumnya, kami minta maaf. Kami juga sebenarnya tidak percaya dengan berita ini, tapi ada saksi mata yang melihatnya. Dan, kami mau tak mau harus percaya," ucap Ukhty Zahra, membuat kening Ana mengkerut heran.
Apa yang di maksud Ukhty Zahra? Kenapa perkataannya beda dengan ketika dirinya di beri soal atau tugas untuk besok di kelas? Dan, apa yang di maksud dengan saksi mata??
"Maksud Ukhty Zahra, apa?" Tanya Ana.
"Ana. Kamu nggak usah pura-pura. Sekarang jujur saja, kamu tadi sore bertemu dengan ajnabi?"
Deg... perkataan Ukhty Vera sang kisim keamanan membuat Ana membulatkan matanya sempurna. Apa yang dikatakan Ukhty Vera? Bertemu ajnabi? Kapan dan di mana? Apakah dirinya sedang di fitnah? Ataukah yang di maksud Ukhty Vera tadi sore? Lalu, siapa yang melaporkan hal tidak benar itu?

KAMU SEDANG MEMBACA
I'roban Cinta
Teen FictionAnta Zaka Rayyan. Cowok tampan, juga keren. Kulitnya putih, hidungnya mancung dan mata cokelatnya yang khas. Dia adalah cowok brandalan yang baru saja masuk ke dalam pesantren. Di pesantren itulah dia bertemu dengan teman-temannya, dan juga disanala...