3

118 25 11
                                    

Usiaku 10 tahun saat aku resmi terikat pertunangan dengan seorang pria jangkung nan tampan.

Namanya Trafalgar D. Water Law. Dia sama sepertiku, seorang Putra Mahkota. Asalnya dari Kerajaan Barat. Dia memiliki surai biru gelap. Matanya berwarna emas terang. Suaranya berat, sanggup membuat tubuhku menegang tiap kali dia memanggil namaku.

Kami terpisah 7 tahun, yah, syarat dari ayahanda dan ibunda. Dia sudah akan memasuki usia dewasa ketika aku akan memasuki usia remaja. Namun, sikapnya sudah seperti orang dewasa kebanyakan dan satu hal yang membuatku menyukainya adalah, dia memperlakukanku setara, bukan seperti anak-anak.

"Yang Mulia, semoga Anda menikmati waktu Anda." Para dayang membungkuk pamit, ke luar ruangan, menyisakanku berdua dengannya.

Aku duduk dengan canggung. Kami memang sudah melangsungkan upacara pertunangan, tetapi tetap saja rasanya masih aneh.

"Putra Mahkota, apa kau tidak nyaman denganku?"

Aku mengangkat kepala, menatapnya. "Bukan begitu, Torao. Lalu Torao, Torao kan sudah berjanji akan memanggil namaku. Torao kan tidak perlu hormat padaku karena kita sama-sama Putra Mahkota, dan kita ini pasangan yang akan menikah nanti."

Dia tertawa, tawanya renyah. "Apa Luffy-ya tahu maksud dari pasangan yang akan menikah? Guru istana sudah mengajarkannya?"

Luffy-ya. Panggilan darinya selalu membuatku berdebar. Sudah kukatakan, aku jatuh cinta sejak usia 10 tahun.

"Eh... tahu kok. Aku akan menjadi Permaisuri masa depan dan Torao yang akan menjadi Kaisarnya."

Mata emasnya terlihat berkilat tajam. "Oh? Sudah menentukan posisi rupanya?"

"Eh?"

"Apa guru istana yang mengajarkanmu menentukan posisi kita, Luffy-ya?"

Aku saat itu tidak tahu maksudnya. "Posisi apa?"

"Kau menyebutnya tadi. Kau Permaisurinya dan aku Kaisarnya, jadi, kau adalah pihak bawah ya?"

Mataku mengerjap bingung. "Pihak bawah apa? Guru istana tidak menyebutkan itu, Torao. Ibunda yang berkata kalau aku yang akan menjadi Permaisuri Torao."

Dia menatapku lama sekali, membuatku sedikit salah tingkah. "Aku mengerti. Aku akan menunggu kau dewasa." Hanya itu yang dikatakannya.

Hubungan kami berjalan dengan baik. Aku mencintainya, dia juga. Dia mendaftar sebagai calon tunanganku di sayembara saat itu karena katanya dia jatuh cinta padaku saat dia berkunjung ke kekaisaran pertama kalinya.

Kami belum tinggal bersama, karena kami masih tunangan. Terkadang dia yang menginap beberapa hari di kekaisaran, terkadang aku yang menginap di kerajaannya.

Aku mulai diajarkan pendidikan hubungan orang dewasa saat usiaku 15 tahun. Guru istana, ibunda, dan dia yang mengajariku. Aku baru paham maksud ucapannya 5 tahun lalu mengenai posisi kami.

Ternyata pihak bawah adalah yang menerima. Wajahku selalu memerah setiap pelajaran ini.

"Tidak perlu dipikirkan, Luffy-ya. Serahkan saja padaku. Aku tidak akan melakukannya jika kau tidak siap. Kau juga belum melangsungkan upacara kedewasaanmu."

Saat itu adalah kunjungan ke sekian kalinya darinya. Aku selalu merindukannya jika dia pulang, tidak ada di sisiku. Bersamanya 5 tahun ini memperkuat ikatan batin kami. Tiap kali kami rindu, kami akan diam-diam bertemu di vila kecil di tengah hutan yang memisahkan wilayah kerajaannya dengan wilayahku.

Vila itu menjadi tempat rahasia kami. Hanya aku, dia, dan dua sahabat kami yang tahu. Vila itu menyimpan banyak kenangan kami, menjadi saksi bisu, termasuk kenangan paling buruk dalam hidupku.

My UniverseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang