Suasana di mobil lengang. Hanya terdengar suara mesin pendingin.
Aku duduk kaku di kursi sebelah Law, terus menatap depan. Lebih tepatnya, aku berusaha untuk tidak memperhatikannya. Jantungku berdebar, napasku menderu (sebenarnya aku bernapas pelan-pelan, takut terdengar).
Law di sebelahku fokus menyetir. Sesekali tangannya menggerakkan tuas gigi mobil, sesekali menyalakan tombol lampu sen.
Aku curi-curi pandang, masih berusaha terlihat tenang.
"Kau melihat apa?"
Tersentak, aku berdeham salah tingkah. "Eh, tidak... anu...."
Dia terkekeh, semakin membuat jantungku berdegup kencang. "Luffy-ya, jangan katakan kau juga akan memujiku tampan? Aku sudah bosan mendengar itu tiap bertemu orang baru."
Aku menggigit bibir. Wajahku memerah. "Tapi, Tora--maksudku, Sensei benar-benar tampan...."
"Begitu ya? Arigatou."
Aku mengangguk gugup, menghela napas. Merasa sedikit rileks.
"Luffy-ya, boleh aku bertanya?" Law menghentikan mobil, lampu merah. Dia menoleh padaku. "Kita... baru pertama kali bertemu kan?"
Aku menoleh, terdiam.
"Maksudku, aku tidak mengerti mengapa kau bersikap seperti ini padaku. Di ruang UKS tadi, juga di halte, lalu di mobilku. Kau seolah sudah mengenalku." Suara Law lembut menjelaskan.
Aku beralih menatap ujung sepatuku, menunduk.
"Apa kau takut denganku? Kita pernah bertemu sebelumnya dan mungkin aku sudah menakutimu?"
Refleks, aku menggeleng, meremas celana sekolah. "Bukan begitu, Sensei. A-aku tidak takut. Dan kita... memang baru pertama bertemu."
"Tapi, kau terlihat gemetar, gugup." Law berhenti menatapku, lampu hijau. Mobil kembali berjalan. "Dan aku tahu, dari tatapan matamu, kita pernah 'bertemu' sebelumnya. Itu bukan tatapan orang yang baru pertama kali bertemu, Luffy-ya."
Aku kehilangan kata-kata. Cemas, aku menggigit bibir bawahku. Bagaimana ini? Insting Law ternyata lebih tajam dari dugaanku. Aku harus menjawab apa?
Mengatakan bahwa kami pernah bertemu di masa lalu?
Mengatakan dia adalah kekasihku di masa lalu?
Mengatakan... aku meninggal dalam dekapannya saat itu?
Tidak dari semua itu. Tidak mungkin.
"Gomen... Sensei...." Aku meremas celana semakin kuat, masih menunduk. Suaraku terdengar bergetar. "Aku tidak bisa menjawabnya sekarang."
Dari ujung mataku, kulihat dia mengangguk pelan. Mungkin dia sudah bisa menarik kesimpulan melalui reaksi tubuh dan jawabanku.
Setelah itu, mobil kembali lengang. Tidak ada pertanyaan lagi darinya sampai aku tiba di rumah.
.
.
.
--o0o--
.
.
.
Ace, Sabo, dan ayahku menungguku di depan gerbang.
Persis ketika mobil Law berhenti di depan rumahku, Ace-lah yang membuka pintu di sampingku.
"Nah, akhirnya kau pulang, Luffy! Segera masuk dan istirahat. Apa kau sudah--" Kalimat Ace menggantung. Dia terkejut melihat Law. "Tunggu, siapa dia? Seniormu itu bukan dia! Luffy, kau pulang dengan orang asing?!"
KAMU SEDANG MEMBACA
My Universe
Fanfiction"Aku... aku tidak pantas untukmu, tidak lagi." -Monkey D. Luffy "Sampai ujung dunia, sampai akhir napasku, berapa lama pun itu, aku akan selalu mencarimu. Jadi tolong jangan larang aku untuk mencintaimu kembali." -Trafalgar D. Water Law . . . Warnin...