10

100 18 12
                                    

Tidak pernah sekali pun terbersit di benakku kata 'cerai'. Aku dan Law benar-benar saling mencintai. Kami bahagia memiliki satu sama lain. Dan dari sekian banyak orang, mengapa harus ayahandaku sendiri yang mengeluarkan kata itu.

Aku menatap kecewa pada sang kaisar. Tidak cukup kata cerai, dia bahkan menambahkan 'gugurkan bayi' padaku? Bayi yang sudah hampir 9 bulan aku bawa di perutku. Bayi yang kurasakan sendiri pertumbuhannya di dalam sana.

Dan lagi-lagi, dari sekian banyak orang, mengapa ayahandaku sendiri yang berkata begitu?

"Ayahanda... jangan bercanda...." Suaraku tercekat. Aku refleks memegang perutku. "Aku tidak mungkin... menggugurkan bayiku. Dan a-aku..."

"Dengarkan kata Ayah, Luffy!" Sang Kaisar menatapku tajam. "Apa kau tahu penyesalan terbesar Ayah saat Ayah mendengar anak Ayah sendiri harus berkorban? Ayah menyesal menerima Law saat dia memenangi sayembara!"

Aku menepis tangan ayahanda dari pundakku. "Ayahanda...." Kurasakan bibirku bergetar. "Mengapa Ayahanda bisa seperti ini--"

"Kau tidak mengerti juga, hah?! Ayah begini karena Ayah mencintaimu! Ayah menyayangimu! Ayah tidak ingin kehilangan putra Ayah satu-satunya! Dan sekarang kondisimu dalam bahaya karena terjerumus lingkaran setan Kerajaan Barat--"

"Ayahanda!" Aku spontan berteriak. Kugigit bibirku kuat, menatap sosok yang selalu kukagumi itu dengan tatapan terluka. "Ayahanda tidak berhak mengata-ngatai apa pun tentang Torao!"

Aku menunjuk perutku. "Torao adalah ayah dari bayiku! Ini adalah bayi kami! Ayahanda tega mau menggugurkan bayiku, bahkan Ayahanda tega menyuruhku bercerai dengan Torao?!"

"Iya Ayah tega menyuruhmu begitu!"

Bentakan itu sukses membuatku terdiam.

"Ayah tega memintamu melakukan apa yang tidak kau inginkan! Ayah rela menjadi orang jahat bagimu karena sudah memaksamu menceraikan Law! Ayah rela melakukan itu karena Ayah takut kau tidak akan selamat!"

Tes....

Air mataku tak kuasa kubendung.

"Ayah tahu, Ayah bisa merasakan hanya dari mendengar kisah itu! Pengorbanan sang Ratu itu benar, kenyataan, akan terjadi! Dan itu... itu akan...." Ayahanda menatapku sedih. "Ayah mohon, Luffy. Ayah mohon agar kau menuruti kata Ayah. Ayah masih membutuhkan Luffy di sini. Ayah mau putra Ayah hidup bersama Ayah...."

Aku menggeleng, mulai terisak. "Tidak.... Ayahanda pikir dengan aku melakukan keduanya, aku... akan selamat? Apa Ayahanda pikir aku bisa hidup setelah mengorbankan dua hal yang menopang hidupku? Apa aku akan... bahagia setelah menyelamatkan hanya hidupku seorang?"

Tes... tes....

Semakin lama, aku bisa merasakan basah di pipiku.

"Pikirkan bagaimana perasaanku saat Ayahanda memintaku menggugurkan bayi kami, bahkan berpisah dengan Torao." Aku semakin terisak. "Pikirkan dari sudut pandangku juga, Ayahanda.... Tolong pikirkan...."

Aku menangis tersedu-sedu. Kedua tanganku mengusap lelehan air mata tak terbendung. "Hidupku... hidupku sudah terpusat pada Torao. Aku tidak bisa lagi hidup tanpa Torao. Torao adalah napasku, dia adalah separuh jiwaku. Dia adalah semestaku...."

Tik....

Tak dapat ditahan, perlahan tetesan air mata jatuh mengenai karpet beludru di bawah kakiku.

Aku meremas dadaku, merasa sesak. Kutatap sosok ayah di depanku sendu. "Ayahanda... hiks... jangan pisahkan aku dengan Torao.... Hiks... hidupku memang selamat, ragaku memang selamat, tapi jiwaku, batinku akan mati jika aku mengikuti kemauan Ayahanda...."

My UniverseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang