12

123 17 8
                                    

"Sa-Sanji?"

"La... ri... Lu...ffy...."

Bruk!

Bagai slow motion, tubuh Sanji kini tergeletak di tanah.

"SANJIIII!"

"Salam kepada Yang Mulia Putra Mahkota Kekaisaran Selatan. Saya Vinsmoke Sanji, Pangeran Ketiga Kerajaan Utara."

"Eh? Kenapa kau memberi salam kepadaku seperti itu? Kita kan sama-sama royal family."

"Tidak, Luffy-sama. Anda adalah pewaris takhta. Saya hanya Pangeran Ketiga."

"Sama saja. Panggil aku Luffy!"

"Tapi--"

"Tidak apa! Sebagai gantinya, aku akan memanggilmu Sanji saja! Kalau tidak, aku akan marah loh! Shishishi!"

"Baiklah. Semoga kita berteman baik ya, Luffy!"

"Ou!"

Ingatan pertemuan pertamaku dan Sanji terbayang begitu saja.

Aku meremas tali kekang sangat erat hingga buku-buku jariku memutih. Air mata mengalir deras. Sekujur tubuhku gemetar menahan emosi yang mendadak bergejolak.

Prok prok prok!

"Oh, sungguh perpisahan yang mengharukan!"

Dari balik salah satu pohon, seorang pria bertudung keluar. Aku segera mengenali suaranya.

"MINGOO!"

Doflamingo, pria itu tertawa kencang.

"Salam Yang Mulia Ratu, oh, apa saya memanggil Anda Putra Mahkota lagi? Bukankah ayah Anda sudah memutuskan untuk menceraikan kalian?"

Aku mengepalkan tangan. Amarah mengalir hingga ubun-ubun.

Bagaimana selir Kerajaan Barat itu bisa tahu? Sebenarnya dari mana dia tahu? Dan mengapa dia bisa di sini?

Aku menggulirkan mataku ke arah tangannya. Dia menggenggam busur juga anak panah. Aku yakin dialah yang hampir membunuhku di kamar tadi.

Dan seolah tahu apa yang kupikirkan, selir itu menyeringai lebar. "Anda ingin tahu? Ingin tahu kan? Mengapa saya bisa di sini, mengapa saya membunuh temanmu."

Aku mengeraskan rahang, teringat Sanji yang sudah tewas. Aku mulai berhitung antara harus meladeninya atau kabur sesuai permintaan Sanji.

Mataku menatap awas sekeliling, mencari tanda-tanda komplotan Doflamingo.

"Haha! Percuma, Luffy-sama~ Semua pikiran Anda terlihat jelas di wajah Anda. Anda hendak kabur bukan? Tidak boleh, sayangnya. Anda harus tetap di tempat ini~"

Lalu tiba-tiba, suara datang dari arah semak, disusul suara langkah kaki berderap dari seluruh penjuru.

Tanganku gemetar mencengkeram tali kekang kuda.

Sial. Aku terkepung.

.

.

.

--o0o--

.

.

.

Aku melupakan bahwa ayahanda dan ibundaku tidak pernah bertemu Doflamingo. Mereka jelas tidak tahu bahwa Doflamingo menyamar menjadi pengantar pesan dari Kerajaan Barat.

Seharusnya aku memeriksa identitasnya.

Namun, nasi telah menjadi bubur. Aku tidak bisa mengulang waktu.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 19 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

My UniverseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang