CHAPTER 1

10.3K 42 1
                                    

*

Usia kandungan Hana memasuki jalan sembilan bulan.
Dan saat ini, dia telah mengambil cuti melahirkan, dan fokus pada hari-hari menuju persalinan.

Suami Hana, bernama Dave, adalah staf salah satu perusahaan ternama di ibu kota setempat, tak heran selalu pulang larut malam karena pekerjaan yang tak menentu.
Hana menunggu di kamar, sembari berjalan pelan, merangsang agar mudah bayinya terlahir nantinya.

Berselang beberapa waktu, senyum Hana lebar menyambut Dave yang tiba di rumah.
Wajah lelah Dave membuatnya segera menyiapkan air hangat, pakaian tidur, dan beberapa hidangan agar suaminya makan malam.

*

"Aku sudah mengajukan cuti."

Hana tersenyum. Terharu. Ditengah kesibukan suaminya itu, dia dan bayinya tetap menjadi prioritas tanpa harus memohon seperti beberapa istri diluar sana yang kebanyakan diacuhkan oleh para suami.
"Terima kasih, Mas."

"Apa kata dokter?"

"Hasil pemeriksaan baik. Dan, dokter Nuri menjelaskan aktivitas berjalanku sedikit dikurangi, karena bisa memicu bayi terlahir lebih awal dari waktu yang diperkirakan."

"Wahhh.. Aktif juga anak Ayah di dalam sana. Ayah pikir hanya Ibu kamu yang aktif."
Seruan Dave yang berbicara pada bayi mereka sembari mengelus perut buncit Hana, membuat gelak tawa renyah mereka bersuara, bahkan sedikit rasa nyeri terasa tat kala sepertinya bayi mereka tak suka menjadi bahan pembicaraan.

*

Keesokan harinya, Hana menunggu kedatangan dokter Nuri.
Dave sedikit diselimuti rasa khawatir.

Setibanya dokter Nuri, pemeriksaan segera dilakukan, beberapa peralatan yang diperlukan lengkap dibawa oleh dokter Nuri dan satu perawat yang merupakan asistennya.

"Saya rasa seperti yang saya katakan, kemungkinan bayinya akan terlahir lebih awal, tapi tidak perlu khawatir semua kondisi terbilang masih sangat baik."
Dokter Nuri menjelaskan dengan tenang dan pelan. Karakter beliau yang sabar mengayomi membuat beliau menjadi dokter terfavorit di kalangan elit.
"Ini bagian kepala sudah sempurna memasuki panggul. Air ketuban masih bagus. Apa rasa kontraksi sering dialami?"

"Sudah, Dok. Muncul dan hilang selang beberapa menit."

"Benar. Dan, nantinya akan terasa lebih nyeri saat waktu persalinan akan tiba. Diikuti dengan munculnya sedikit lendir dan pecahnya air ketuban sebagai tanda Ibu Hana siap untuk mengejan."

"Kira-kira kapan Hana akan melahirkan, Dok?"

"Saya rasa tidak lama lagi."
Jawaban dokter Nuri membuat sepasang suami istri itu sedikit terkejut.
"Bisa subuh atau mungkin lebih cepat."

"Baiklah."
Dave mengangguk. Wajah bahagia tak dapat dibendungnya. Jujur saja dia tak sabar untuk menggendong buah hatinya.

*

Setelah pemeriksaan, Hana kembali untuk beristirahat.
Sedangkan, Dave dengan berat hati, harus pergi ke kantor, karena ada beberapa file yang harus diurus, belum lagi beberapa klien yang meminta untuk bertemu membicarakan projects perusahaan.

Mbok Yem, pembantu di rumah tersebut, mengantarkan dokter Nuri bersama Asistennya ke kamar yang sudah disiapkan.

*

"Huhhhh... Ahh.. Huhhh.."

Hana mengatur nafas.
Dokter Nuri mengatakan bahwa bayinya mulai aktif untuk menuju waktu persalinan. Dan, kini semakin dirasanya, sekujur tubuhnya berasa remuk, seakan hancur bersama rasa nyeri yang menyerang seperti digenggam dan diremas.

CHAPTER ( b i r t h  s c e n e)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang