Setelah selesai berganti baju sang wanita menghampiri sang pria yang duduk di sofa ruang tamunya. Mungkin pria itu heran kenapa dia bisa tinggal di tempat yang seperti ini. Wajar aja dia berpikir seperti itu jika dilihat dimana dia tinggal dan berapa uang yang dia keluarkan untuk membeli apartemen ini meskipun apartemennya tidak terlalu besar toh juga dia hanya sendiri disini tidak bersama keluarga atau apapun itukan? Perlu ditegaskan kalau dia SENDIRI.
Mereka pun mulai mengerjakan tugas sejarah tadi dan untuk sekali lagi dia bisa melihat wajah keterkejutan saat dia menenteng laptop berlogokan apel lalu membukanya. Siapa yang tidak akan berpikir macam-macam jika seseorang yang dikira miskin memiliki apartemen di kawasan elit serta barang yang cukup mahal jika mengingat status dia di sekolah belum lagi sang wanita ini jarang ke kantin dengan alasan dia tidak memiliki uang.
" Apartemen lo?" tanya sang pria yang hanya diajawab anggukan saja.
" Gue kira lo itu,,,, ah sudahlah tidak penting. Gue numpang toilet dong," ujar sang pria lalu ke toilet yang ada di dekat dapur.
Sudah tak terhitung lagi dia berdecak kagum melihat apartemen yang di tinggali seseorang yang diyakini miskin oleh hampir semua warga sekolah.
Dilain sisi sang wanita sedang menerima telpon dari sang pria nan jauh dari pandangan matanya dan seorang pria yang selalu bisa membuat dia merindu setengah mati.
",,,,,"
" mir geht es gut hier "
",,,,,"
" ja, ich vermisse dick,"
",,,,,"
" ist eh wahr??"
",,,,,"
" ich wade warten,"
",,,,,"
" ich habe keine gasta hatte. Bye,"
Wanita itu pun menutup telponnya dan tanpa dia sadari sang pria tadi sudah berada di belakanya sekarang atau lebih tepatnya memandang dia dengan aneh seakan dia tadi berbicara dengan bahasa alien.
" Lo bisa bahasa jerman?" tanya sang pria dengan wajah yang melongo bahkan terkesan seperti orang bodoh.
" Ya, aku memang bisa bahasa jerman, prancis, inggris dan indonesia," tutur sang wanita dan yah bisa kalian duga seperti apa wajah pria tadi.
" Lo serius nguasin empat bahasa? Kok gue baru tau ya?" tanya pria itu atau mungkin bertanya pada dirinya sendiri.
" memang hanya kamu yang tau. Aku jarang memakai bahasa lain dan ngomong pun jarang. Ya sudah ayo kita kerjakan ini saja," ucap wanita itu sambil mengetik apa yang menjadi tugas mereka.
' gue kagum ama ni orang. Kaya dia bukan orang biasa deh kalau dilihat dari segi apapun,' gumam sang pria tadi lalu mulai mengerjakan apa saja yang perlu dia kerjakan.
Malam harinya sang wanita itu diam menyendiri di balkon sedangkan memikirkan bagaimana kehidupannya mendatang dan dia akan meninggalkan semua yang ada disini lalu akan pindah lagi.
Perlu kalian tau salah satu alasan kenapa dia menjadi seperti ini hanya karena dia tidak ingin ada rasa rindu yang berlebihan ketika dia akan meninggalkan semuanya disini meskipun masih tersisa tiga belas bulan lagi. Dia tidak ingin mengulangi rasa rindo yang berlebih kepada orang lain. Cukup kepada sang pria yamg akan menyusulnya kesini dan menumpahkan semua yang terpendam kepada sang pria tersebut. Sudah tak terhitung lagi berapa banyak keinginan untuk kembali kesana demi mendapatkan satu pelukan dari sang prianya tapi apa yang mau dikata disaat tekad bisa mengalahkan rindu dan merapihkan semuanya di urutan terakhir.
I'm back and banyakin dong readers ama vote comenntnya

KAMU SEDANG MEMBACA
Nerd? I Think No
Fiksi Remajasequel Natha in Love kisah seorang anak yang putus asa dan mulai melarikan diri memang masalah itu selesai. tapi rasa penasaran akan sesuatu malah mengungkap suatu rasa asing bagi sepasang anak adam dan hawa ini so, lebih baik baca Natha in Love dul...