Part 1

7.4K 335 3
                                    

Tak terasa kini wanita tadi sudah berumur tujuh belas tahun dan sekarang dia sudah kelas XII di SMA unggulan di Jakarta lebih tepatnya Internasional High School.

Mungkin selama dia sekolah disana tidak banyak orang yang sadar kalau dirinya itu ada dan bernafas di lingkungan yang sama dengan mereka para kalangan yang menamakan dirinya high class atau bermacam nama geng lainnya.

Seandainya dia bisa meminta. Dia pasti akan meminta sekolah di tempat yang biasa daripada sekolah di tempat orang-orang yang cuma bisa mengangung-agungkan harta dan tahta yang mereka punya dan tidak memakai otak untuk sekolah melainkan koneksi yang mereka punya.

Wanita yang satu ini sangat membenci hal itu. Dia benci saat orang tidak perlu bersusah payah dan berpikir untuk menghambur-hamburkan uang dengan hang out or shoping di mall.

Jujur saja selama sekolah dia tidak memiliki teman sama sekali karena yah you know what I mean dude. Mereka selalu melihat dari harta dan tahta bisa dibilang rasis.

Andaikan saja dia tidak terikat dengan janji pada dirinya sendiri pasti semua tidak akan seperti ini. Dari kehidupannya sampai apapun yang dimilikinya harus dia rubah demi dirinya dan demi pengorbanan rasa sakitnya beserta laki-laki itu.

Ah, aku merindukan tawanya. Memang benar selama dua tahun dia berada disini sosok itu tak pernah datang menjenguk tidak seperti ayah dan ibu yang akan menjenguknya meskipun tak tentu waktu. Kadang dia berpikir apa hanya dia yang sendiri di dunia ini tapi setelah dipikirkan sosok laki-laki itupun pasti merasakan hal yang sama atau mungkin lebih parah dari yang dia alami sekarang. Bisa jadi sang pria itu memendam berjuta atau bahkan tak terhitung lagi jumlah rindu yang dibendung. Mungkin aku akan bergidik membayangkan betapa erat nanti dia memelukku. Maafkan aku harus seperti ini.

****

Hari ini adalah hari pertama sang wanita berada di kelas XII dan ini berarti rutinitas yang membosankan akan dimulai. Entah rutinitas belajar atau rutinitas menjadi bahan pembullyan sang kalangan atas.

Ingin sekali dia membalas semua perlakuan bully yang dia dapat tapi otak dan logika seakan terus meneriakinya kalau jika dia membalas berarti dia sama atau akan lebih parah lagi jika diingat betapa kejinya jiwa yang terpendam di dalam hati sang wanita. Mungkin ada saat yang tepat untuk semuanya nanti.

Disisi yang lain sang pria duduk termenung di balkon kamar sambil mendengar lantunan syair yang seakan mengejeknya. Tak dipungkiri lagi dia sangat merindukan pelukan wanita yang kini jauh dari pandangannya. Sudah beribu umpatan terlontar dari bibirnya mengingat apa alasan sang wanitanya memilih mengorbankan ikatan kuat antara dirinya dan dia demi secuil perasaan sang wanita nan jauh disana. Tapi apalah dayaku untuk menghalangi keputusan yang mutlak terucap diantara derai tangis malam itu. Kulepaskan segalanya demi kebahagiannya dan aku terpaksa diam disini tanpa berjumpa bersitatap atau memeluk tubuh beraromakan mawar itu. Takut aku tak tahan dan meninggalkan kewajibanku di negara ini. Maafkan aku wanitaku.

****

Tengggg,,,,,,,,

Bel sekolah telah berbunyi dan wanita itu sudah duduk manis di barisan depan dengan tenang tanpa ada kawan di sampingnya. Hanya helaan nafas yang ada mengingat dia tak memiliki teman disini. Sungguh menyakitkan. Belum lagi gunjingan yang dia dapat atas apa yang dia kenakan.

Kalian pasti tau istilah nerd? Yaps, wanita itu menjelma menjadi seorang nerd demi menutupi siapa dirinya dan latar belakang keluarganya. Biarlah ini menjadi rahasianya sendiri dan biarlah mereka bergunjing sebelum sang kegelapan dan dendam menguasai wanita manis di depan kelas yang sedang membaca buku dengan tenangnya.

TBC

Nerd? I Think NoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang