1️⃣8️⃣2️⃣1️⃣
Malam musim panas yang hangat, Isabella tak bisa tidur memikirkan banyak hal. Desiran aneh tadi siang masih menghinggapi hatinya, terus meneror malamnya yang begitu janggal.
"Ada apa denganku?" batin Isa.
Dalam kepalanya terus terbayang wajah memikat pria penunggang kuda, sang putra teman ayahnya itu. Sorot mata abu-abunya begitu menusuk tajam netra bulat Isa kala pertama kali bertemu. Gadis itu terus menerawang jauh membayangkan bagaimana wujud nyata pria itu kala tersenyum, memamerkan deretan gigi rapinya dengan cekungan pipi yang semu.
Isa tersenyum sendiri dalam imajinasi. Malam istirahatnya ia habiskan untuk merangkai cerita fiksi seandainya pria itu kembali.
Dalam angannya, pria tanpa nama itu begitu gagah menunggangi kuda. Setelah sesi latihannya selesai, dia turun dari kudanya penuh wibawa. Tangan beruratnya membelai kuda putih kesayangannya, mengecupnya singkat lalu tersenyum teduh bak dewa. Di bawah terik matahari, kulit gelapnya mengkilau indah menggoda.
Isa menggigit bibirnya sendiri kala pria itu bersitatap dengannya. Malu-malu, Isa menundukkan pandangan, mengerti jika dia begitu, pria tanpa nama itu justru akan menatapnya lebih lama.
"Iya, begitu. Tatap wajah cantikku, Tuan! Ingat wajahku! Ajak aku bicara lain kali!" batin Isa dalam kekikukannya.
Menatap langit-langit istana yang begitu indah dengan arsitekturnya, Isa teruskan imajinasi malamnya dengan pria tanpa nama itu. Kali ini jauh lebih erotis langsung pada intinya saja.
"Apa Tuan? Kau ingin bercinta denganku? Baiklah, kalau maumu begitu," ucap Isa berbicara sendiri.
Mata bulatnya menutup sempurna, bayangan yang lebih nyata muncul di sana. Pria itu membelai inci demi inci kulit putih pucat Isa, mengelusnya sensual dan menekan sedikit pada titik-titik tertentu. Isa menggigit bibirnya lagi menahan erangan kala jemari pria itu sampai di puncak dadanya.
"Ahh, Tuan!" pekik Isa terus memilin puncak dadanya sendiri.
"Kau suka, Nona?" bisiknya di telinga Isa.
"Aku lebih suka jika kau bersedia menghisapnya."
"Ahaha, baiklah jika maumu begitu. Akan aku lakukan sampai kau puas." Lalu kepala pria itu menunduk, mendekat pada dadanya dan melakukan segala perintah Isa.
Isa terus memberontak halus membayangkan pria itu membuka mulutnya lalu mengulum dadanya. Miliknya sungguh menegang keras hanya membayangkannya saja.
Gadis istana itu harus menelan kekecewaan saat matanya tak sengaja terbuka. Semua angan erotisnya menghilang begitu saja. Kenyataannya, dia tetap saja mendekam di balik selimutnya sendirian tanpa sang pria.
Jam analog klasiknya menunjukkan pukul dua malam. Waktu yang tepat untuk mengelilingi istananya diam-diam.
Tungkai kecil nan indah itu mengayun menuruni anak tangga megah di tengah bangunan istana. Tanpa alas kaki, kaki mulus dengan polesan pewarna merah di kukunya itu terus menapaki karpet abu muda khas istana. Gaun tidur putih tipisnya melambai lembut diterpa angin malam, menari indah bersamaan dengan surai coklat panjangnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
SEX APPEAL
Short Story🔞 setiap pertemuan, diakhiri dengan desahan pelepasan. kenal atau tidak, cinta atau tidak, yang penting dua-duanya sama-sama enak. (one-shoot collection:) Happy reading!! 🧡 SEX APPEAL ; daya tarik seksual ©seonjakala, 2024