1

30.9K 460 7
                                    

6 Tahun sudah pernikahan Izella dengan suaminya, mereka sudah mempunyai seorang anak laki-laki yang tampan dan pintar namun rasa cinta itu belum juga tumbuh di hati Izella, mungkin karena pernikahan ini awalnya dari perjodohan orang tua mereka.

Satu tahun terakhir ini Izella memiliki kekasih yang ia cintai, dia adalah Jimmy mantan yang Izell putuskan karena harus menikah dengan Arga. Izella akhirnya mengambil keputusan, ia akan menggugat cerai Arga dan meninggalkan semua yang membuatnya tak bahagia termasuk Gavin anaknya.

Namun saat perjalanan akan memberikan surat cerai pada kantor suaminya, mobil Izella hilang kemudi dan menabrak pembatas jalan hingga mobilnya terpental dan terbalik.

Tasshh... tesshh...

Kepala Izella meneteskan banyak darah jatuh ke atap mobil, Izella merasa sakit luar biasa pada tubuh dan kepalanya pandangannya kacaw terlebih lagi karena tubuhnya terbalik melawan grafitasi, telinga Izella berdengung lalu kesadarannya perlahan pudar.

Padahal Izella akan bahagia setelah bercerai dengan Arga, tapi kejadian buruk malah menimpanya, apa Tuhan tidak mau membiarkannya bahagia?

Apa aku akan mati sekarang tanpa bisa merasakan kebahagiaaan?

•••

Silau.

Mata Izella perlahan terbuka, ia berkedip beberapa kali karena cahaya lampu di atas membuat kepalanya sakit.

"Nyonya sudah sadar," ujar seorang berpakaian jas putih.

"Dokter?" ucap Izella pelan.

Izella sadar sekarang ia berasa di rumah sakit, tapi ia bingung apa yang terjadi padanya? dan siapa laki-laki fi samping Dokter yang terus menatapnya lekat itu? kenapa raut laki-laki itu tampak cemas?

"Nyonya Izella, anda ingat apa yang terjadi?" tanya Dokter pada Izella.

"Izella? apa itu namaku?" gumam Izella.

"Izell, apa ada yang terasa sakit?" tanya laki-laki dengan setelah kemeja putih disamping Dokter.

"Apa yang terjadi? kamu Dokter juga atau siapa?" tanya Izell.

Dokter menghembuskan napas. "Dugaan saya benar, istri Anda mengalami hilang ingatan."

"Apa ada kemungkinan Izell mengingat kembali memorinya?"

"Mungkin saja bisa, tapi jangan terlalu dipaksakan," saran Dokter.

Dokter selesai memeriksa kondisi Izella, lalu meninggalkan ruangan.

Izella menatap Arga. "Kamu beneran suamiku?" tanya Izella.

Arga mengangguk.

Izella bangun dari tidurnya, ia ingin duduk, lalu Arga membantu Izella bangun.

"Sebaiknya kamu tiduran," ucap Arga.

Izella memeluk Arga. "Aku takut, aku ga bisa mengingat apapun, bahkan nama suamiku sendiri."

Mata Arga melebar kaget pada tindakan Izella yang tiba-tiba memeluknya. "Aku Arga Ize."

"Arga? aku ga nyangka punya suami ganteng," ucap Izella sambil tersenyum.

"Muka kamu memerah, kamu malu ya aku puji ganteng?"

Deg. Deg.

Jantung Arga beedegup kencang, ia tak terbiasa dengan sikap Izella kali ini. Izella yang ia kenal seseorang yang selalu berwajah datar dan selalu memelototinya, bahkan Arga sendiri selalu menghindari Izella karena tidak mau wanita itu merasa tak nyaman karena melihatnya.

Izella menarik Arga agar duduk di sisi ranjang. "Arga kamu bisa ceritain gimana kehidupan kita?" pinta Izella dengan lembut.

Arga menyelipkan rambut Izella ke belakang telinganya. "Saya bingung mulai cerita dari mana," kata Arga.

"Bukannya saya terlalu formal untuk suami istri? apa hubungan kita renggang?" tanya Izella.

"Tidak, kita sangat dekat dan saling mencintai," bohong Arga, ia ingin memiliki kesempatan bersama wanita ini.

"Syukurlah," ucap Izella tampak senang.

"Kita sudah menikah selama 6 tahun."

Izella menutup mulutnya tak percaya. "6 tahun? berarti... berapa anak yang kita punya Arga?"

"1."

"Ohh baru 1? siapa nama anakku? berapa umurnya? kenapa dia tidak ada disini?" tanya Izella menggebu-gebu.

"Anak kita bernama Gavin, umurnya baru 5 tahun, dia akan ke sini setelah pulang sekolah," jawab Arga.

Sejujurnya kenapa Gavin tak ada di sini karena Izella tak menyukai anaknya, ia selalu mengabaikan dan tak pernah mengurus Gavin dari bayi.

"Wah anak kita udah sekolah ya, aku ga sabar mau liat Gavin selucu apa," ucap Izell.

Izell memeluk Arga, ia menempelkan wajahnya pada dada suaminya. "Maaf... aku merasa bersalah melupakan kalian."

Tangan Arga merangkat, lalu ia letakkan lada punggung istrinya dengan ragu. "Aku bersyukur kamu bertahan Izell, Gavin jadi masih memiliki ibunya."

"Arga, aku pikir karena pernikahan kita sudah cukup lama setidaknya kita akan punya 3 anak, ternyata 1 ya."

Lagi-lagi perkataan Izella mengejutkan Arga, bagaimana mereka memiliki 3 anak? Gavin saja dibuat saat mereka saling mabuk dan karena tuntutan keluarga.

"Kamu lapar?" tanya Arga

Izella mengangguk. "Sedikit."

"Mau buah? aku akan mengupasnya kalo kamu mau."

"Boleh, aku mau," balas Izell.

Arga menyuruh sopirnya membawa Gavin ke rumah sakit, lalu ia mengupaskan buah untuk Izella.

Beberapa menit kemudian Gavin sampai di rumah sakit bersama sopir pribadinya, sang sopir hanya mengantar Gavin sampai ke ruang inap ibunya lalu kembali pulang.

Gavin masuk ke dalam ruangan.

Wajah Izella jadi cerar melihat anak kecil memasuki kamar inapnya.

"Dia Gavin?" tanya Izella pada Arga.

Arga mengangguk, lalu membawa Gavin mendekati ibunya.

"Mama sakit apa? Gavin kangen mama," ucap Gavin dengan suara pelan.

"Sini duduk di paha mama," suruh Izell.

Dengan takut Gavin menuruti perintah ibunya, ia menduduki paha ibunya.

Izella memeluk tubuh mungil putranya. "Lucu banget anak mama, kamu kecil banget sayang, nanti abis mama pulang ke rumah mama janji bakal naikin berat badan kamu," ucap Izell.

"Pelan-pelan Izell, kamu masih sakit, jangan terlalu bersemangat," ujar Arga melihat Izeel bersemangat memeluk Gavin.

"Arga anak kita lucu banget kan? umur Gavin juga udah pas buat jadi kakak, ayo bikinin Gavin adik Arga!".

Arga tersenyum lembut. "Jangan ngomongin ini dulu, kamu masih sakit Zell, apa kamu udah siap nanti malam?"

Sekarang gantian wajah Izell yang memerah malu. "Maksud aku bukan hari ini juga," cicit Izell.

"Besok?" tanya Arga.

"Ga tau ah Argaaa," rengek Izell dengan malu.

Gavin melihat mamanya tampak tak biasa. "Mama aneh, Gavin ga pernah liat mama kaya gini."

Izell memiringkan kepalanya. "Emang biasanya mama kaya gimana?" tanya Izell.

"Tapi Gavin suka mama sekarang, senyum mama cantik banget," ucap Gavin.

"Kalo gitu cium mamanya dong," ucap Izell.

Gavin menatap papanya, lalu menatap mamanya lagi. "Emang boleh?"

"Ya boleh, mama kan mamanya Gavin," ucap Izell.

Gavin mengecup pipi mamanya, lalu ia tersenyum senang karena pertama kalinya dapat ia mencium dan memeluk mamanya. "Makasih mama, Gavin sayang mama," ucapnya tulus.

•••
Update seminggu sekali, baca duluan dikryakarsa(link dibio)

Follow jga akun cadangan Diatasumur7 soalnya sering dibanned

Batal Cerai karena hilang ingatanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang