"Nabastala sangat cantik bukan? Seperti atmanya yang amerta dalam karya."
Disaat rindu menggebu, aku ingin sekali memelukmu. Akan tetapi, itu hanya angan yang tidak akan tercapai.
Tuan...
pikiranku kian rumit karenamu, bayangan senyummu sangat mengusik, sungguh tidak asik. Disaat aku memikirkanmu, kau sibuk dengan dia yang tidak mengharapkanmu.Rinduku kian kelabu, menatap sendu langit yang mendung. Langit seakan tau, apa yang mengusik pikirku.
Sekarang, hujan turun begitu lebat, membuatku merenung di tempat. Kembali mengingat kenangan malam itu, di mana aku dan kamu dekat. Hanya dekat bukan melekat, apalagi, terikat.
Tuan...
Runguku sudah lelah, mendengar kesahmu tentang dia, dia yang tidak mengharapkanmu dan tidak menghargaimu.Tuan...
Bolehkah aku menjadi salah satu wanita yang kau maksud? Wanita yang beruntung mendapatkanmu. Aku juga ingin, Tuan, membuat kenangan bersama denganmu.Layaknya senja yang selalu ditemani jingga, aku juga ingin seperti mereka berdua. Ada yang menggenggam disaat tenggelam dalam rumitnya kehidupan. Ada yang menemani di saat sedang bergulat dengan pikiran sendiri.
Tuan...
Apa kau tidak ingin seperti senja dan jingga? Yang selalu dekat, melekat, dan terikat?Kita sungguh jauh, Tuan, layaknya Bentala dan Bumantara. Sekarang aku percaya dengan kata ini “Bentala dan bumantara tak akan pernah menjadi Amorfati mereka Aksa dan akan selamanya menjadi enigma.”
“Tuan, kau sungguh pandai menoreh luka, tetapi kau tidak pandai memberi obatnya.”
“Kisah kita akan amerta dalam sebuah karya, Tuan.”
“Pertemuannya memang singkat, tetapi kenangannya selalu melekat.”
“200 kata mengungkapkan semua rasa, penuh dengan makna disetiap aksara.”
- 𝕿𝖗𝖎𝖌𝖔𝖓𝖔𝖒𝖊𝖙𝖗𝖎
𝔖𝔢𝔩𝔞𝔰𝔞, 09 𝔄𝔭𝔯𝔦𝔩 2024.
08.00-08.21
KAMU SEDANG MEMBACA
Arunika
No FicciónSetiap bait kata, pasti memiliki makna. Menulis itu menenangkan untuk sebagian orang, mungkin untuk mereka yang tidak memiliki rumah sebagai tempat cerita. Menumpahkan segala isi kepala dengan tulisan, tidak hanya ketenangan untuk hati yang bisa did...