245 33 7
                                    

Sosok pria tampan itu melangkah keluar daripada ruangannya. Dia baru saja selesai menikmati waktu bercintanya bersama sosok Selir kesayangannya. Bibirnya menyunggingkan sebuah senyuman yang bahagia.

Taeyong adalah satu-satunya sosok yang bisa membuatkan hati dinginnya mencair, dan sang Raja tidak pernah ingin menggantikan sosok itu. Pria cantik itu sangat pintar mengambil hatinya berbanding dengan sosok yang menjadi istri sahnya selama ini — Ratu Seo Ah. Kadang, Sang Raja merasakan bahwa Taeyong lebih pantas mendapatkan gelaran Ratu Goryeo.

Pagi ini, seperti biasanya sang Raja terlihat tampan dengan jubah khasnya yang berwarna merah. Dirinya tidak lupa untuk menyapa pelayan-pelayan yang bersiap siaga di lorong-lorong laluannya. Ah, itu juga ajaran Taeyong. Selama ini, pria tampan itu tidak pernah memikirkan untuk memperlakukan pelayan layaknya manusia, namun dikarenakan Taeyong yang sentiasa lembut dengan pelayan membuat dirinya berubah pikiran.

Pria cantik itu benar-benar mengajarkan hal-hal yang berbeda dan berdampak baik kepadanya sehingga pelayan-pelayan istana begitu menyenangi akan kehadiran Selirnya itu.

Sang Raja akhirnya berniat memulakan harinya, diawali dengan menunggangi kuda perang yang sentiasa menemaninya itu.

"Guifei pasti menyukai aktifitas ini."Pria tampan itu terkekeh pelan; merasai angin yang menyentuh wajahnya lembut sewaktu dia berada di atas kudanya. Pengawal-pengawalnya hanya memerhatikan sosok sang Raja begitu menikmati waktunya sendiri.

Tidak lama setelah itu, Sang Raja meneruskan aktifitas keduanya, memantau barisan pengawal yang dikhususkan untuk berperang. Aula yang digunakan untuk berlatih dipenuhi dengan pengawal-pengawalnya. Sang Raja merasa bangga karena mereka terlihat sangat mengagumkan.

"Jeonha, anda ingin mencoba berlatih hari ini?"Komandan mendekati dirinya, menundukkan kepalanya sebagai tanda hormat kepada sang Raja. Pria tampan itu menggelengkan kepalanya. Bibirnya tersenyum tipis.

"Tidak. Aku hanya datang untuk memantau hari ini. Sebentar lagi aku harus belajar bersama Pangeran Bungsu."Pria tampan itu terkekeh pelan. Sang adiknya itu telah memohon untuk menemaninya belajar sehingga pria tampan itu terpaksa menuruti keinginannya.

Menghabiskan waktunya selama beberapa puluh menit di aula akhirnya membawa tubuhnya menuju ke Istana Peony. Dirinya akan belajar berpuitis bersama sang adik. Jeno bilang bahwa jika dia pintar berpuitis, maka Taeyong akan lebih mencintainya.

Pria tampan itu terkekeh pelan melihat sosok sang adik yang bersantai di dalam paviliun Istana Peony.

"Jeno-ya."Pria tampan itu memanggil pelan. Sosok pria yang menyandang gelaran Pangeran Bungsu itu menoleh, menyunggingkan senyuman yang tipis kepadanya.

"Oh, kau sudah tiba, hyung? Duduklah. Aku baru saja selesai menghabiskan buku ini."Jeno mengangkat sebuah buku yang masih terlihat baru. Pria tampan itu mendekatkan wajahnya pada buku itu, bergumam pelan akan judulnya.

"Penyesalan Cinta?"

"Eum, ceritanya mengisahkan tentang sang Raja yang mempunyai selir, dan dia menyesali tindakannya setelah membunuh selirnya itu karena dihasut oleh Ratunya. Cerita ini menyedihkan karena sang Raja akhirnya membuat keputusan untuk membunuh dirinya karena tepat beberapa menit kematian selirnya, dia mengetahui kebenaran bahwa selirnya itu tidak bersalah."Jeno terkekeh pelan. Tangannya mengusap lembut sampul bukunya. Sang Raja mengangguk pelan.

"Miris sekali hidupnya."Pria tampan itu mengusap dagunya lembut. Jeno tertawa pelan dan mengeluarkan buku yang lain.

"Ayo, kita mulai."Jeno tersenyum. Mereka berdua fokus menyiapkan bait-bait kata masing-masing.

"JEONHA! JEONHA!"Kehadiran Sang Ratu membuat sosok pria tampan itu menghentikan pekerjaannya. Matanya menatap bingung ke arah sosok wanita cantik itu yang kelihatan terengah-engah.

Concubine [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang