14. Sebuah pencapaian!

275 38 34
                                    

•••🌺🌺🌺•••Sementara itu di negri yang jauh, seseorang tengah duduk di sebuah ruangan besar dengan berbagai dokumen yang menumpuk di meja, namun tak satupun dari kertas-kertas itu di lirik oleh pemiliknya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

•••🌺🌺🌺•••
Sementara itu di negri yang jauh, seseorang tengah duduk di sebuah ruangan besar dengan berbagai dokumen yang menumpuk di meja, namun tak satupun dari kertas-kertas itu di lirik oleh pemiliknya.

Tak lama, pintu terbuka dan seorang pria mengunakan tongkat masuk.

"Aku memanggilmu ke sini bukan untuk bermain ponsel!." Pria bertongkat itu berdiri di depannya dengan angkuh,

"Ayolah ayah, ini lebih penting dari kertas-kertas bodoh itu." Pria bertongkat mengerutkan dahinya , tampak tidak senang dengan sikap putra yang telah ia besarkan.

"Apa itu dia lagi?, Bukankah sudah ku bilang kamu tidak bisa memilikinya, dia itu sepupumu!."

Alvian melirik pria di depannya dengan dingin. Kemudian dia juga berdiri dan berhadapan langsung dengan pria yang ia sebut ayah tadi.

"Mau sepupu atau bukan, apapun yang aku inginkan harus ku dapatkan!." Dengan tersenyum licik dia lalu pergi keluar dari ruangannya, meningalkan pria itu dengan frustasi. "Anak ini benar-benar...."

Di lain waktu, Adel tengah duduk bersama Aidan di sebuah taman mereka berdua tidak berbicara apapun sejak tadi.

"Terimakasih, jika bukan karena mu saya tidak tahu harus apa..." Memecah kesunyian, Adel berbicara terlebih dahulu sambil menatap pemuda di sampingnya.

"Jangan berterimakasih, lagipula itu semua tidak gratis," dengan wajah menyebalkan Aidan melirik ke arahnya, yang langsung di balas helaan nafas oleh Adel.

Melihat ke depan, suasana taman yang tenang membuat hatinya damai dan untuk sementara, Adel memejamkan matanya sebentar. "Lalu apa yang kamu inginkan sebagai imbalan ?," masih dengan mata tertutup dia bertanya.

Seketika senyum misterius tercetak jelas di wajahnya lalu aidan membisikan sebuah kata."Besok juga kamu akan tahu..."

Dengan begitu, bulan purnama beserta keheningannya di gantikan oleh sinar Surya yang hangat di ke esokan hari.

Di sebuah rumah dengan luas yang tak terkira, Adel berdiri di depan sebuah pintu kamar. "Untuk apa kamu membawa saya kemari?," Melirik pada orang di sebelahnya yang masih tersenyum.

"Aku memintamu datang untuk menemani adik ku, dia sangat pemalu ibu dan ayah juga tidak akan pulang kerumah selama seminggu,"

"Kan masih ada kamu, dan para pelayan kenapa harus memintaku menjaganya ?,"

Aidan tampak menghela nafas sedih sambil menutupi wajahnya. "Anak itu tidak mau bergaul dengan orang lain, aku juga harus pergi ke tempat penting... " Adel menatapnya bosan,

"Jadi dalam Sehari ini temani adik ku oke!." Tanpa menunggu jawaban, dia pergi meninggalkannya sendirian di depan pintu bercat putih tanpa noda.

Dengan hembusan nafas kasar, Adel mau tidak mau mengetuk sebanyak dua kali namun tidak ada yang membukakan pintu. Pada akhirnya karena rasa penasaran dia membuka pintu tersebut, yang di mana ketika dia melihat ke dalam ruangan itu sangat sepi dan terlihat seperti ruangan yang tidak pernah di sentuh oleh siapapun.

Melangkah masuk, Adel melirik ke tumpukan buku lalu ketika dia  berbalik ke arah kiri.....

Wajah yang di kenalnya di perbesar beberapa kali, mata hitam pekat dengan kulit seputih kertas muncul di hadapannya.

Sial, saya pikir itu hantu.

Keduanya bertatapan sebentar sebelum akhirnya pemuda itu yang pertama memalingkan wajahnya,"Apa kamu masih ingat saya?," Adel berusaha berkomunikasi dengannya .

Menundukkan kepala, pemuda itu mengangguk dengan perlahan. "Oke... Apa kakak rese mu itu sudah bilang kalau saya akan menemanimu?," Lagi-lagi hanya anggukan sebagai jawaban.

Ding! Poin cinta Penjahat bertambah 28♡,Poin saat ini 1.428♡

Mengangkat halisnya, Adel baru sadar karena kejadian dan perubahan mood dia lupa bahwa pemuda di depannya adalah salah satu dari orang yang harus di cintai.

Dengan begitu senyum lebar langsung tercetak jelas di Adel.

Sepertinya ini akan menjadi misi pertama yang kuselesaikan...

Lalu, Adel bermain dengan penjahat sampai nilainya melampau tinggi

Ding! Poin cinta Penjahat bertambah 69♡,Poin saat ini 2.118♡

Selamat tuan rumah! Ini adalah karakter petama yang menembus 100% dalam beberapa jam (๑>ꇴ<๑)

Sistem lalu dengan cepat memperlihatkan statistik dari ketiga karakter. Pada awalnya Alvian berada di atas namun kini dia berada dalam urutan ke-dua.

NILAI CINTA KARAKTER UNTUK SEMENTARA
JUAN 120♡
ALVIAN 95♡
DARREN 39
Poin saat ini 2.540, dengan beberapa item yang telah di gunakan sebelumya maka sisa poin adalah 2.118

Dengan penuh kegembiraan, senyumannya terus naik ke atas yang membuat Juan sedikit bertanya-tanya dalam hati. Pada saat ini mereka tidak sadar bahwa waktu telah berlalu cukup lama...

"Sudah waktunya makan malam, cepat turun. "Suara tidak sopan dari pelayan datang, dan Adel segara melirik ke arah Juan yang masih asik membaca buku.

Sejujurnya Adel tidak lapar namun saat melihat tubuh sakit-sakitan di depannya mau tidak mau dia harus memaksa pemuda itu untuk berhenti membaca, "Waktunya makan malam, kamu bisa membaca lagi nanti..." Mengambil bukunya Adel lalu merapihkan semua mainan yang telah mereka gunakan dan membawa pemuda tersebut untuk turun ke ruang makan.

Dari lantai dua Adel melihat ada dua orang yang sedang tertawa di meja makan dan ketika mereka melihatnya, suara tawa itu berhenti.

Entah ilusi atau bukan akan tetapi, saat keduanya melirik ke arah mereka senyuman licik terpampang jelas di wajah keduanya.

Adel membantu Juan untuk duduk lalu dia berpaling sebentar karena sebuah telpon.

Selepas peningalan nya, Juan tampak gelisah dan terus memegang lengan bajunya dengan erat, dan saat Adel kembali dari menjawab telpon dia langsung kembali ke ruang makan, hanya untuk menemukan Juan yang tergeletak di lantai dengan kedua bersaudara itu terus memukul bahkan menendang tubuh Juan.

"Hey, berani sekali kamu duduk bersama kami. Apa kamu lupa status mu di keluarga ini!,"

"Anak yang tidak tahu asal usulnya seperti mu bahkan tidak layak ada di sini!."

Suara tendangan itu sangat keras dan Adel bisa membayangkan semua tulang dalam tubuh pemuda itu remuk seketika. "Berhenti! Apa kalian sudah gila??!," Adel berusaha mendekat namun di cegah oleh salah seorang pelayan yang memangil mereka tadi.

Sial kenapa orang-orang di sini tidak ada yang waras?!.
••••

To be continued 💋.

Terimakasih pada cintaku yang sudah mampir, vote and komen💗.

200% Love Poin :TransmigrasiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang