5

21 9 0
                                    

Happy reading

Bilaa dan teman-temannya sudah selesai memilih beberapa novel yang akan mereka beli. Karena orang tua Bilaa sudah memberitahu bahwa Bilaa tidak boleh pulang lebih dari Maghrib, mereka tidak banyak membeli novel, hanya beberapa novel yang sudah mereka catat.

"Udah semua kan? Langsung ke kasir aja ya, takut Bunda dan Ayah nungguin," ucap Maria.

Mereka sudah seperti saudara kandung, sehingga mereka menganggap orang tua satu sama lain sebagai orang tua mereka sendiri.

"Iya, ayo. Kasihan juga Bilaa kalau misalkan waktunya untuk prepare cuma sebentar," ucap Dira.

"Lo tau sesuatu ya, Ra?" tanya Bilaa sambil memicingkan matanya.

"Engga, Bil. Jangan suudzon," jawab Dira.

Bukan apa-apa, hanya saja dari keempat teman Bilaa, yang paling dekat dengan orang tua Bilaa ya Dira. Jadi, wajar saja bukan jika Bilaa mencurigai Dira tahu akan sesuatu?

"Udah-udah, ayo cepat. Banyak omong ah," ucap Nanda.

Mereka ber empat pun langsung menuju ke kasir untuk mempersingkat waktu. setelah mereka dari kasir mereka langsung menuju ke parkiran dan Bilaa dengan siap mengantarkan teman-temannya satu persatu, dengan embel-embel 'Jarak rumah kita ga terlalu jauh, jadi sekalian aja gue anterin'

Bilaa tetap bersikeras. Dia adalah tipe orang yang tidak pernah mau permintaannya ditolak, bahkan orang tuanya sekalipun jarang menolak permintaan Bilaa. Namun, Bilaa bukanlah anak manja yang suka memanfaatkan situasi seperti gadis-gadis lainnya. Dia hanya memiliki prinsip dan cara sendiri dalam menunjukkan kepeduliannya.

Akhirnya teman-teman Bilaa memilih untuk menuruti permintaan Bilaa. Pertama-tama, Bilaa mengantarkan Maria terlebih dahulu, kemudian Nanda, dan terakhir Dira. Namun, saat dalam perjalanan menuju rumah Dira, suasana di dalam mobil menjadi mencekam, dan tiba-tiba Bilaa membuka suara.

"Ra, lo seriusan gatau apa-apa tentang rencana bokap nyokap gue nanti malam? Lo gak bohong kan sama gue? Ayolah, lo anggap gue siapa? Masa lo gak mau ngasih tahu gue?" ucap Bilaa dengan nada yang sedikit tegang.

"Gue beneran gak tahu, lihat saja nanti malam," ucap Dira berusaha tetap tenang

Bilaa menyadari bahwa Dira sedang berbohong. Gerak-geriknya sudah berbeda. Apakah Dira lupa bahwa yang sedang berbicara dengannya adalah ketuanya sendiri sekaligus sahabat terdekatnya?

Huh, dia gak mau jujur lagi. Gue yakin Bunda bilang sesuatu sama Dira. Dari mereka bertiga, yang paling mencurigakan itu Dira, ucap Bilaa dalam hati.

"Udahlah, Bil. Jangan dipikirin. Lihat aja nanti malam. Rumah gue udah di depan. Gue duluan ya? Bye, semangat Bilaa!" ucap Dira sambil berusaha mengalihkan pembicaraan.

Bilaa hanya mengangguk sebagai tanggapannya. Dia tahu ada sesuatu yang disembunyikan oleh Dira, tetapi dia memilih untuk menunggu dan melihat apa yang akan terjadi nanti malam.

Setelah Bilaa melihat Dira masuk ke dalam rumah, ia segera menancap gas untuk pulang ke rumah. Waktu sudah menunjukkan hampir maghrib, dan ia tidak ingin diomeli oleh ibu dan ayahnya karena pulang terlambat.

Bilaa tiba di rumah tepat 5 menit sebelum adzan maghrib. Ia langsung disambut dengan hangat oleh orang tuanya. Meskipun sering kali disambut dengan hangat seperti ini, kali ini Bilaa merasa sambutan tersebut agak berbeda. Ada kehangatan dan perhatian yang lebih dari biasanya.

"Sayang, langsung bersih-bersih dan sholat, pakai baju yang sudah Bunda siapkan di kasur ya. Dandan tipis-tipis biar makin cantik, nanti turun ke bawah," ucap ibu Bilaa dengan penuh kasih sayang.

First Experience [hiatus]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang