Time to Escape

57 2 0
                                    

Sepertinya cuaca malam ini sangat bersahabat, terlihat jelas langit tidak berkabut ataupun berawan dan ini akan memudahkan rencana kami. Sekarang hanya menunggu waktu yang tepat untuk pergi tetapi sebelum aku pergi, aku ingin sekali melihat seperti apa pesta yang digelar bibi Lissa. Kalau hanya mengintip mungkin tidak akan kenapa-kenapa, bisikku dalam hati.Aku memegang daun pintu erat, lalu membukanya perlahan dan sedikit, hanya bisa dilihat oleh satu mata.

"Wow! Sangat menakjubkan!"

Aku terkesima melihat Ballroom yang berdekorasi serba cream dan gold, warna kesukaanku. Sepertinya hanya kalangan bangsawan dan kerajaan yang hadir. Lebih dari yang kubayangkan, mereka berbalutkan gaun yang mengembung dibagian bawahnya, menutupi sebagian wajah mereka dengan kipas yang digenggam, lalu pasangan mereka mengenakan setelan nazi, seragam kehormatan milik kerajaannya masing-masing, indah sekali.Aku tersadar dari lamunanku tentang semua kemegahan pesta itu, kusudahi melihat segala mimpi yang begitu nyata dan bergegas melarikan diri. Aku menutup pintu samping, pelan, berbalik dan mengendap-endap menuju kebun labirin yang ada di halaman depan. Untunglah tidak ada penjaga yang melihatku. Memasuki labirin seperti mencari jawaban dari teka-teki, untunglah aku membawa petanya, Mrs Katniss memang sangat membantu. Omong-omong, dari mana ia tahu semua rahasia menuju Volksland? Mustahil jika ia berkata tidak pernah memlalui hal seperti yang aku lakukan saat ini. Sebenarnya rahasia apa yang sedang ia sembunyikan ya? aku terus memikirkan hal yang tidak ada ujungnya.

"Akhirnya aku menemukan pintu keluar labirin!" seruku.

Aku langsung membungkam mulutku, suaraku terlalu lantang, bagaimana jika para pengawal mendengarnya? Bisa gagal rencana kami. Aku meniup dahiku, membuat poniku terbang tidak beraturan. Setelah keluar dari labirin, samar-samar aku melihat banyak pohon besar yang tetutup oleh kabut abu-abu. Lapangan dengan rumput liar membentang sepanjang kurang lebih seratus meter mencapai pohon itu.

"Apa mungkin itu hutannya? Tidak sejauh yang dikatakan Mrs Katniss," gumamku.Tanpa berpikir panjang aku langsung menusuri lapangan mendekati hutan, kabut abu-abu sudah mulai menyelimuti kedatanganku, semuanya semakin kabur dan aku tidak bisa melihat apapun. Aku mencoba berjalan lurus sesuai perintah Mrs Katniss, aku tidak ingin berhenti atau menyerah hanya karena kabut yang menghalangi jarak pandangku, bahkan aku belum memasuki hutan sama sekali. Jalananpun tidak sehalus sebelumnya, semakin aku meneruskan perjalanan semakin terasa terjal penuh bebatuan. Angin mulai kencang terasa membawa serta debu-debu betebaran bersamanya, memasuki mataku,

"Oh tidaaaak!" keluhku.

Jalanan semakin menurun tajam, aku melambatkan langkahku menyeimbangkan dengan medan saat ini. Debu semakin banyak, aku tidak membawa perlengkapan apa-apa dan sampai pada debu-debu itu memburuku, aku tidak tahan lagi dan ambruk olehnya. Terperosok jauh dari tempat semula. Sial! Ini jurang.

"Toloooong! Siapapun tolonglah aku," teriakku. Bodoh! Siapa yang akan menolongmu? Tidak ada seorangpun disini, siapa yang mau pergi kedalam kabut tebal seperti ini, tetapi aku tidak boleh menyerah, aku tidak boleh terhenti sampai disini. Aku mengedip-ngedipkan mata mencoba menghilangkan debu di mataku sambil bergelayutan di ujung jurang dengan ranting yang kurasa tidak akan mampu menahanku lebih lama lagi.

"Ulurkan tanganmu!!" Ada seseorang disini! Akhirnya aku akan selamat.

"Tidak bisa, aku akan jatuh."

"Aku tidak akan membiarkanmu jatuh, percayalah padaku," ucapnya meyakinkanku.

Aku yang dalam kondisi tersendat seperti ini tidak memiliki pilihan selain mempercayainya, hanya itu satu-satunya jalan supaya aku selamat. Kuputuskan untuk mengulurkan tangan kananku, aku nyaris terpeleset tetapi dengan cepat ia memegangi tanganku erat.

MorieTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang