New World Has Begun

59 1 0
                                    

"Hey kau!"

Suara itu datang lagi. Suara semalam, aku sangat memahami suara menjengkelkan itu. Kubiarkan suara itu terus bergema memanggil namaku, aku tidak ingin bicara dengannya.

"Hey Morie Ann Orlyn!" Aku tersentak mendengarnya menyebutkan nama panjangku, darimana ia tahu nama lengkapku. Tubuhku bergetar, aku beranjak dari tempat tidur dan mecari sumber suara berasal.

"Sebenarnya kau ini siapa?" 

"Umm, aku. . ."

Ia menghentikan ucapannya. Mengapa ia begitu misterius? Bahkan aku sudah tidak takut lagi mendengar suaranya yang selalu memanggilku.

"Kau dimana!" seruku kesal.

"Dicermin, Morie."

"Apa maksudmu?" tanpa kusadari kakiku melangkah dan berhenti diantara dua cermin yang ada dikamarku. Cermin rias dan cermin antik yang kuambil dari ruang bawah tanah.

"Kananmu, Morie," ujarnya.

Cermin tua itu, apa benar ia berada dicermin tua itu? Aku tahu ini terdengar tidak masuk akal, tetapi aku mengalaminya sendiri. Sebenarnya aku sangat ragu untuk menghampirinya, kali ini pikiranku mengalahkan egoku. Aku masih terdiam diantara dua cermin itu, memikirkan masak-masak keputusan yang akan kuambil. Mungkin aku belumlah sepenuhnya siap untuk melihatnya. Sejenak kuterdiam, tetapi rasa penasaranku mengalahkan rasa ketakutanku. Sepertinya aku tidak mengenali diriku sendiri, memiliki pikiran yang beubah-ubah tanpa sebab yang jelas. Mungkin karena aku ini perempuan, atau karena aku selalu sendiri maka dari itu aku selalu labil. Aku menghadap kecermin dan melihat pantulan diriku.

"Mana? Aku hanya melihat diriku?"

"Tunggu, sedikit lagi Morie. Tepat pukul dua belas malam." Seketika aku melihat jam yang berdiri tegap dimeja kecil dekat ranjangku, hanya butuh beberapa detik lagi. Bagaimana ini? Apa yang harus kupersiapkan? Kutarik napas dalam-dalam dan memejamkan mataku kuat-kuat.

"Morie? Sedang apa kau? Bukalah matamu," dia memanggilku lagi.

Benarkah aku berani melihat kenyataan ini? Tetapi aku harus. Satu langkah memberanikan diri, mungkin ini tidak seburuk seperti yang kubayangkan. Ketika kubuka mataku perlahan, aku langsung melihatnya. Sosok itu? Mataku terbelak bahkan kusadari mulutku ternganga lebar. Aku? Bukankah itu aku, tetapi mengapa ia mengenakan setelan abad pertengahan? Gaun berwarna marun yang sederhana, itu bukan aku, tidak mungkin itu aku. Kuamati dirinya dengan seksama, rambut coklat pekat lurus sebahu senada dengan warna bola matanya, sama persis seperti diriku. Bahkan tinggi dan lekuk tubuhnya, jemarinya, tidak ada yang berbeda sedikitpun. Uh! Apa mungkin?

"Siapa namamu?" tanyaku terpaku.

"Umm, namaku Morie Anne Orelyn."

Matanya tidak bisa lepas dariku, berkaca-kaca seakan ia telah menunggu ribuan tahun untuk bertemu denganku. Aku masih belum percaya ini terjadi, ini sangat mustahil. Kau melihat dirimu dalam cermin dengan pakaian yang berbeda tetapi memiliki tubuh dan nama yang sama. Aku tahu kali ini aku hanya bermimpi. Aku menepuk-nepuk pipiku sekeras mungkin, berusaha membuktikan kalau benar aku sedang bermimpi.

"Morie, apa yang kau lakukan? Jangan menyakiti dirimu sendiri." Aku gelagapan, ternyata semua ini nyata bukan ilusiku saja. Aku menyadari diriku yang seperti kesetanan melihat kenyataan yang tak pernah kubayangkan sebelumnya. Jemariku menyentuh permukaan cermin, masih memastikan segalanya. Ia pun meletakkan jemarinya menyentuh milikku. Bagaikan tersengat arus listrik, tetapi kali ini benar-benar nyata. Tangannya hangat, dia hidup.

"Jadi, kau juga Morie?" tanyaku yang sudah jauh lebih tenang. Ia hanya mengangguk menjawab pertanyaanku.

"Apakah kau bisa keluar dari cermin?" kalau memang semua ini terjadi dengan ketidakmungkinan dan jauh dari nalar pasti ia bisa melakukannya.

MorieTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang