04 - unexpected

55 8 0
                                    

Raihan dan Kafi sampai di kelurahan pukul 7.27, dan seperti yang sudah Raihan bayangkan, disana sudah ramai. Ada satu perbedaan yang membuat Raihan bangga dengan kelurahan ini adalah, jam pelayanannya dimulai dari jam 7.15 pagi, yang mana di kelurahan lain selalu dibuka pukul 8 pagi.

Satu hal kebanggaan dan Raihan cukup puas akan hal itu.

Meskipun tempatnya bekerja selalu di cap kepengurusan tidak baik, pelayanan menggunakan metode yang lama dan tidak semaju kelurahan lain, setidaknya kelurahan tempat ia bekerja memadai masyarakat layanan yang baik.

"Mas, aku langsungan ya. Mas Willy minta dianter soalnya" ucap Kafi yang sudah bersiap meninggalkan kelurahan.

"Lho, kriwil masuk pagi, toh?" tanya Raihan.

"Iya, temennya minta tuker soalnya pagi ini, orangtua temennya jatuh sakit" respon Kafi yang membuat Raihan merasa bersalah.

"Maaf ya, Kaf. Ku kira dirimu free, jadi aku minta tolong kamu" ucap Raihan menyesal.

"Santai Mas, Mas Wil juga baru ngabari sekarang kok. Ini aku terusan ya, nanti motormu biar diambil Cenil" 

"Sekali lagi makasih ya, Kaf"

"Yoi, masama"

Kafi melenggang pergi dengan motor Yamaha R25nya. Raihan membenarkan pinggangnya yang sakit menaiki motor Kafi, memikirkan apa Willy tidak sakit punggung setiap saat naik motor cabul Kafi itu?

Raihan memasuki ruangan dan mendapati Hasan yang sedang menggoda seorang pemuda. Raihan geleng-geleng melihatnya. Dilihatnya orang itu yang tampak asing bagi Raihan. Hasan melihat Raihan dan melambaikan tangannya, "Oit, Mas!"

Raihan mendekat, dan pemuda itu langsung mendadak canggung.

"Kalau begitu saya permisi, Mas. Minta tolong untuk segera ditindaklanjuti, ya." ucap pemuda itu yang langsung buru-buru pergi.

"Oke deh Dek Jiran. Nanti jangan lupa followback ig Mas, ya!" ucap Hasan setengah berteriak.

Raihan memandang aneh Hasan yang bertingkah sangat brutal menurutnya.

"Kasian anak orang trauma, San. Kayaknya dia ngga mau lagi ngurus ke kelurahan ini kalo yang ngelayanin kamu" ujar Raihan yang membuat Hasan tertawa terbahak-bahak.

"Manis banget, Mas. Lucu lihatnya gemoy kek ikan buntal" respon Hasan yang membuat Raihan tercengang mendengarnya.

"Tapi dia ngapain deh? Kok kayak nggak pernah lihat orangnya?" tanya Raihan kebingungan. Jelas kenapa dia bingung, karena dia hafal betul warga-warga yang ada di kelurahannya. Dan dia tidak pernah melihat pemuda itu yang memiliki wajah yang tidak tampak seperti orang Jawa pada umumnya.

"Pindahan dia, mau ngurus perpindahan domisili dari Bandung" respon Hasan. Raihan menjawabnya dengan tatapan jengah, ia pun menjadi paham kenapa saat di telepon tadi Hasan menggunakan bahasa Sunda.

"Btw tadi dicariin Pak Bram" ucap Hasan yang membuat Raihan tersadar akan tujuan utamanya panik tadi.

"Oh iya! Dimana deh Pak Bram?" Tanya Raihan panik.

"Aku tadi sih lihat dia di ruangannya" 

"Calon lurahnya udah dateng, San?" tanya Raihan lagi.

"Belum sih, kayaknya. Aku denger dari Pak Bram katanya calon lurahnya kena kendala soalnya harus nganter ponakannya dulu" ujar Hasan yang membuat Raihan sedikit lega. Ia sangat senang datang lebih dulu dari calon lurahnya.

"Yaudah, Kaf, aku ke Pak Bram dulu ya" pamit Raihan.

u n a t t a i n a b l e 

Unattainable [JeongCheol]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang