"Mas Rere!!! Ini kurang 20 menit lagi!! Nanti Rana telat ihhhh," omel Rana yang sedang kesusahan menggunakan kaos kaki di depan teras.
"Bentar, Raan! Sayang banget kalau sambel ati-nya gak di habisin!" respon Raihan.
Jam menunjukkan pukul 6.40 pagi, dan keluarga Yudhistira sudah dibuat heboh oleh kedua anaknya.
"Ya ampun, Ran. Kesusu* banget kayaknya." sapa Kafi dari balkon kamarnya.
(Buru-buru)Kebetulan rumah Kafi memang terletak di depan rumah Raihan, sehingga pemuda bongsor itu bisa melihat betapa hebohnya kakak beradik Yudhistira tersebut setiap paginya.
Rana yang melihat Kafi di balkon menatapnya jengkel.
"Mas!" teriak si Rana kepada Raihan di dalam.
"Sek toh, Ran!"
(Sebentar toh, Ran)Raihan keluar rumah dengan keadaan beberapa biji nasi menempel pada samping bibirnya. Mulutnya penuh dan tampak sibuk mengunyah sambel ati buatan Rahayu.
"Odah oamit Ayah samwa ibwu?" tanya Raihan.
"Ngomong apasih?!" ketus Rana yang membuat Raihan menelan makanannya.
"Udah pamit Ayah sama Ibu?" ulang Raihan.
"Udah!"
"Yaudah, yok," ucap Raihan. Pemuda itu menaikkan double standard motornya yang sudah dipanasi 10 menit yang lalu.
"Nasimu itu lho mas! Nempel amat sama mulut kayak perangko! Hahaha!" seru Kafi yang membuat Raihan mengaca pada spion motor Jupiter Z1-nya, membersihkan sekitaran bibirnya dan merapikan tatanan rambutnya.
"Ayok ih, Mas!" omel Rana yang juga sudah ikut menaiki motor Raihan. Keduanya pun berangkat meninggalkan pekarangan rumah.
Kalau kalian mengira dalam perjalanan Raihan dan Rana berjalan mulus itu adalah sebuah kesalahan besar. Nyatanya, pemuda berusia 26 tahun itu mengeluhkan perutnya yang sakit di sepanjang jalan.
"Aduh Ran, nggak bisa Mas tahan ini," keluh Raihan.
"Lagian siapa suruh makan sambel ati buatan Ibu pag-pagi begini?! Gamau tau, anter dulu Rana ke sekolah! Rana belum ngerjain PR!" rengek Rana.
"Kamu ini bisanya ngomel tok, nggak bantuin Mas!"
"Ya kan memang salah Mas sendiri yang bikin Mas sakit perut?!" omel Rana.
Memang salahnya sih, tapi Raihan tidak bisa menganggurkan makanan favoritnya!
Di depan Raihan melihat ada Indomaret, sebenarnya dalam jarak 800 meter lagi ia sampai mengantar Rana ke sekolahnya, namun gejolak perutnya menolak dan akhirnya otaknya pun terdistraksi untuk segera memarkirkan motor di Indomaret tersebut.
"Lho, Mas! Kok malah mampir Indomaret sih?!" tanya Rana kebingungan.
"Bentar aduh, Raaann. Perut Mas bener-bener nggak bisa diajak kompromi," keluh Raihan yang kemudian berlalu meninggalkan Adiknya yang masih mengomeli Kakaknya.
Di dalam Raihan mendengar seseorang sedang memarahi remaja yang menggunakan seragam yang sama dengan Adiknya. Namun karena Raihan sendiri sedang terburu-buru, pemuda itu pun memilih untuk menuntaskan rasa sakit perutnya.
u n a t t a i n a b l e
Raihan telah usai menuntaskan panggilan alamnya. Matanya melotot ketika melihat jam tangannya sudah menunjukkan pukul 7.15, dia akan terlambat, pikirnya.
Raihan buru-buru mencuci tangan di wastafel dan kembali ke parkiran, namun langkahnya langsung terhenti melihat seorang gadis kecil sedang meringkuk sembari menangis kecil di pintu kamar mandi.
![](https://img.wattpad.com/cover/289962267-288-k669695.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Unattainable [JeongCheol]
FanfictionUnattainable, bisa diartikan sebagai sesuatu hal yang sulit dijangkau atau sulit diraih. Seperti kisah Raihan dan Surya, yang sulit menjangkau hukum alam yang sudah ditetapkan. bxb!