01 - rock and hard place

118 9 0
                                    

Raihan tahu, setiap orangtua pasti hanya ingin kebahagiaan yang terbaik untuk anak mereka. Termasuk kedua orangtuanya yang sangat ingin dirinya untuk segera menikah.

Hal yang wajar dan tidak perlu dipertanyakan lagi memang, sebab usia Raihan juga sudah memasuki usia yang layak untuk menikah. Apalagi melihat teman sepantarannya yang sudah banyak melepas status lajang dan memiliki anak cukup membuat Raihan sadar bahwa dirinya sudah tertinggal sedikit jauh di belakang.

Tetapi sesungguhnya, Raihan memiliki pemikiran yang sedikit berbeda. Tujuan hidupnya bukan hanya tentang menikah dan memiliki anak. Ia masih ingin fokus akan pekerjaannya dan membahagiakan orangtuanya.

Walau pada akhirnya Raihan sendiri lupa akan fakta bahwasannya salah satu kebahagiaan orangtuanya saat ini juga mencakup dirinya untuk membangun rumah tangga.

Dan itu sudah cukup untuk menamparnya.


"Kok kerja?" Tuntut Yudhistira.

Kembali pada obrolan intens di dalam keluarga Yudhistira malam ini. 

Raihan lupa bahwasaanya pembahasan tentang kekasihnya itu perlu ekstra hati-hati sebab ia sudah bisa menebak, pertanyaan Ayahnya saat ini adalah hal yang seharusnya Raihan hindari.

"Lho, Mbak Sarah kerja toh, Le?" tanya Rahayu yang baru saja dari dapur membuat kopi untuk suaminya.

Hening melanda seisi ruangan, namun berbeda dengan pikiran Raihan yang berkecamuk memikirkan kebodohan serta alasan yang dapat ia berikan kepada orangtuanya.

"Kok diam? Mbak Sarah bekerja, Mas?" Tanya sang Ayah mengintimidasi.

"Emang kenapa toh, Yah, Kalau Mbak Sarah bekerja? Masa gaboleh?" celetuk Rana yang membuat Raihan menutup matanya dan ingin sekali merutuk adik perempuan semata wayangnya yang malah menyiram api dengan bensin.

Yudhistira mendengus dan menyesap kopi hitam buatan istrinya yang masih panas sebelum melanjutkan pembicaraannya.

"Bukannya gaboleh,"

"Cuma Ayah engga mau mantu Ayah nanti jadi ngga bergantung sama suaminya dan merasa sombong karena merasa apa-apa bisa sendiri," sambung Yudhistira.

'Bedanya sama gak boleh apaan dah?' Batin Raihan.

Namun Raihan sendiri paham kenapa Ayahnya mengatakan hal seperti itu. Sebab Ayahnya merupakan salah satu laki-laki yang menganut sistem patriarki, dimana sejatinya perempuan statusnya tidak lebih dari laki-laki yang nantinya akan berujung mengurus rumah serta membesarkan anak.

Raihan tahu itu, tetapi mana mungkin ia memaksakan kehendak kepada kekasihnya? Pada kenyataannya Sarah merupakan seorang wanita independen yang sangat menjunjung karirnya. Bagaimana bisa Raihan meminta Sarah untuk melepas pekerjaan yang sudah kekasihnya cintai sejak dulu?

Pun Raihan sendiri tidak bisa terus terang tentang kebenaran kekasihnya yang merupakan seorang wanita karir. Bagaimanapun, Raihan tidak ingin orangtuanya merasa kecewa dan akan menjadi orang pemaksa yang harus dituruti egonya.

"Bukan bekerja yang berat, Yah. Papanya Sarah kan punya toko kelontong, nah Sarah itu suka membantu Papanya jualan."
"Maksud Raihan sibuk bekerja tuh, ya gitu." sambung Raihan.

Dari sudut mata Raihan, ia dapat melihat Ayahnya meleburkan pandangan intimidasinya dan menghela nafas lega.

Setidaknya untuk saat ini.

u n a t t a i n a b l e

Jam menunjukkan pukul 01:00 pagi, dan di kediaman Yudhistira sudah hening sebab kebanyakan penghuninya sudah terlelap,

Unattainable [JeongCheol]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang