10 - ultimatum

52 9 0
                                    

Terhitung sudah tiga hari semenjak kejadian yang membuat canggung sabtu lalu, baik Raihan maupun Surya tidak pernah banyak berbicara atau tegur sapa.

Entah dari Raihan yang memang tidak suka banyak interaksi, atau dia sedang membatasi diri. Yang jelas Raihan sendiri tidak ingin ambil pusing dengan kejadian sabtu lalu.

"Mas, tolong urus arsip berkas pengajuannya Pak Hadi, ya. Ini kok ternyata nyelip di arsip baru," pinta Pak Bram pada Raihan.

"Loh, Pak Hadi bukannya arsip lama ya, Pak?" tanya Raihan kebingungan.

"Iya, ini Saya gatau kenapa bisa nyelip disini. Bahaya ini, ada berkas lama ketinggalan. Minggu depan sudah pengesahan Lurah Baru lho Mas, minta tolong dibereskan ya"

Dengan cekatan, Raihan memindahkan berkasnya. Hari ini pengurus kalurahan sedang melakukan pemindahan arsip berkas milik warga. Seperti yang sudah dikatakan Pak Bram, minggu depan Surya atau si Lurah Baru akan disahkan menjadi Lurah. Jadi, arsip-arsip lama harus segera dipindahkan dan diganti dengan yang baru.

"Sebenarnya saya agak ragu, Mas" Celetuk Pak Bram tiba-tiba.

"Ragu gimana, Pak?" tanya Raihan kebingungan.

"Mas Raihan ngga takut sama gimana penyikapan warga nanti kalau Pak Surya jadi lurah?"

"Kaget?" tanya Raihan. Pak Bram menggeleng.

"Lebih parah lagi Mas"
"Pak Surya engga diterima di masyarakat" jelas Pak Bram.

Seketika, Raihan paham dengan apa yang dimaksud oleh Pak Bram.

Pak Tedjo, si Lurah lama, merupakan sesosok dengan power yang lumayan besar se-kalurahan. Eksistensinya diketahui banyak masyarakat, dan juga semua orang mempercayai kemampuannya.

Padahal sejatinya Pak Tedjo tidak semengesankan itu. Raihan tahu akan hal itu sebab Pak Tedjo menggunakan asetnya untuk mendapatkan suara rakyat. Ya, Pak Tedjo melakukan hal licik untuk kepentingannya sendiri. Tidak sedikit orang yang termakan bualannya, oleh karena itu dia berhasil menjadi Lurah.

Dan sekarang jikalau masyarakat tahu bahwasannya Pak Tedjo lengser dan akan digantikan oleh Surya yang notabenenya masih anak bawang, hal terburuk yang akan terjadi adalah Surya akan dikecam warga, dan akan terjadi pemberontakan massal.

"Tapi warga kan harus tau gimana Pak Tedjo yang sebenarnya, Pak?" ucap Raihan.

"Mas, kayak lagu Anggi Marito"

'Hah?'

"Tak segampang itu," lanjut Pak Bram.

Raihan melongo mendengarnya. Sejauh yang Raihan tahu, Pak Bram memang pribadi yang jenaka, namun ia tak menyangka bahwa topik pembahasan yang tadinya serius menjadi lelucon.

"Ice breaking lah Mas, tegang banget pembahasannya," gurau Pak Bram.

"Kalau warganya gampang ngerti dan nurut mah gampang, Mas. Tapi Mas kan tahu gimana backing-an dari warga Pak Tedjo, ngeri Mas." cecar Pak Bram. Raihan saja ikut bergidik ngeri dibuatnya.

"Terus gimana, Pak?"

"Kita harus ngomong sama Pak Surya. Beliau harus mengadakan pendekatan sama warga, bikin warga kagum sama dia. Barulah dia ngga perlu dikecam warga" jelas Pak Bram.

"Oke,"
"Pak Bram kan yang mau ngomong ke Pak Surya?"

"Lah kok Saya," elak Pak Bram

"Kan Mas Raihan bakal jadi asisten pribadinya,"

Raihan menekuk bibir tipisnya. Sepertinya kata 'asisten pribadi' akan menjadi hal tabu untuk Raihan mulai sekarang.

"Kan Pak Bram yang ngide," cibir Raihan. Pak Bram membalasnya dengan gelak tawa.

Unattainable [JeongCheol]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang