Aku menggenggam erat belati di tanganku dan kembali bergerak maju. Sebuah katana menuju ke arahku, namun aku berhasil menghindarinya. Aku melayangkan tendangan ke arah kepala musuh dan berhasil menumbangkannya. Tentu tidak berakhir disana, aku bisa melihat orang lain telah berdiri di depanku dengan senapannya.
Aku melemparkan belatiku ke arahnya dan berhasil mengenainya sebelum dia menarik pelatuknya. Dari samping, aku kembali mendapatkan serangan dengan belati. Dia adalah pengguna belati kembar.
Kedua tangannya memegang belati, dia mulai melayangkan serangan demi serangan dan membuatku sedikit terpojok, namun ketika itu terjadi, aku bisa merasakan seseorang telah berdiri di belakangku. Aku menundukkan tubuhku. Orang dengan belati kembar itu telah jatuh terkapar dengan luka tembak.
Aku membalikkan tubuhku, bergerak cepat ke arah pria yang menembakkan senapan dan mematahkan tangannya. Mengambil alih senapan miliknya dan menembak kepalanya.
Aku kemudian berlari ke balik lemari, menembakkan senapan dari sini dan melindungi Felix dari serangan orang-orang yang berada di luar jangkauannya.
Tetap saja, kita tidak bisa terus seperti ini... Kekuatan manusia ada batasnya, aku bisa melihat Felix telah kehilangan sebagian besar energinya.
Namun sebelum aku sempat melakukan apapun, aku bisa merasakan seseorang memegang leherku. Tangan itu sangat dingin seperti es, kupikir dia akan mencekik leherku, namun dia hanya menarik tubuhku untuk berdiri dan keluar dari persembunyianku.
"Berhenti Felix."
Suara itu sedingin bilah pedang. Perasaan terintimidasi membuat tengkukku merinding.
Bagaikan waktu telah dihentikan, pertarungan yang tadinya ricuh mendadak menjadi sunyi. Felix menatap ke arah kami dengan mata merah penuh amarah.
"LEPASKAN DIA!"
Teriakannya terdengar mengerikan. Seolah dia telah mencapai batas kesabarannya, tubuhnya bergetar. Aku baru pertama kali melihatnya kehilangan kendali seperti ini. Sebelumnya... Dia bertingkah seperti anak yang penurut.
Namun bahkan dengan teriakannya, orang di belakangku tidak bergeming. Dia justru mengeratkan cengkramannya di leherku dan menodongkan belati ke arah Felix.
"Bunuh dirimu sendiri."
"Apa? Dia berkata kepada siapa? Felix?"
Pada titik ini, aku meragukan pendengaranku. Apakah dia benar-benar menyuruh Felix untuk bunuh diri? Mengapa? Dia bukan mengincarku, tapi Felix?
Felix bahkan belum resmi mengambil alih posisiku sebagai pemimpin. Lalu kenapa orang ini menginginkan nyawanya?
Felix juga memiliki ekspresi yang terdistorsi. Seperti bagaimana aku meragukan pendengaranku, Felix juga merasa demikian.
"Apa?"
"Jika kau ingin menyelamatkan Vincent, bunuh dirimu sendiri Felix."
"Apa kau bercanda?"
"Tidak."
Sial, apa yang terjadi di sini?
Entah apa yang dia incar, tapi aku tidak bisa membiarkan Felix bunuh diri. Aku tidak mau melihatnya mati untuk diriku.
"Jangan dengarkan dia Felix!"
Teriakanku membuat orang di belakangku membalikkan belati ke leherku. Dia menggores leherku tanpa mengatakan apapun.
Felix yang melihat ini menjadi semakin marah.
"Berhenti! Hentikan!"
Felix melangkah maju seakan siap menyerang kapanpun, namun tindakannya justru memprovokasi orang ini. Entah apa yang dia lakukan, tapi kepalaku seakan di hantam oleh benda keras.
KAMU SEDANG MEMBACA
Becoming the Protagonist's Foster Father
FantasyHidup dalam kekayaan yang berlimpah tidak mampu menghilangkan rasa sepi dalam diriku. Dalam kesunyian duniaku, aku menulis sebuah cerita tentang kisah seorang putra yang tersiksa oleh ayah angkatnya. Kisah ini sebenarnya adalah kisah yang terinspira...