5. TIME LINE 5

1.4K 270 20
                                    

Kami berhenti di sebuah penginapan yang tampaknya cukup terkenal di daerah ini. Banyak orang datang dan mengobrol dengan suasana yang hangat meski cuaca di luar sangat dingin.

Aku tidak ingin menarik perhatian orang-orang, karena itu aku menyuruh ksatria yang datang bersamaku untuk berbaur layaknya rakyat biasa dan berpencar di penginapan lain yang terdekat. Tentu saja penampilan Maraville sendiri dapat menarik semua perhatian, karena itu aku mewarnai rambutku dengan sihir menjadi warna coklat muda yang umum.

Mathias mengikuti di sampingku dan Avram di depan untuk memesan kamar.

"Kami ingin memesan tiga kamar."

"Ahh maaf, tapi kami hanya memiliki dua kamar tersisa."

Avram berbalik ke arahku seolah menanyakan pendapatku.

"Kita bisa memakai satu kamar untuk dua orang."

Aku menunduk ke arah Mathias.

"Kau mau tidur sendiri atau tidur satu kamar denganku?"

Tanpa pikir panjang, dia segera menjawab, "Saya ingin berbagi kamar dengan anda."

Aku mengangguk pada jawaban Mathias lalu kembali menatap Avram yang sudah mengerti maksudku.

"Baik, dua kamar."

Satu kamar dengan Mathias bukanlah ide yang buruk. Justru sebaliknya, aku merasa cukup lega karena bisa mengawasinya dari dekat. Pada dasarnya, tokoh utama diciptakan untuk mengundang masalah. Siapa yang akan tau jika dia tidur sendiri lalu sesuatu yang merepotkan benar-benar terjadi?

Kami naik ke lantai dua untuk pergi ke kamar dan beristirahat. Tampaknya suhu tubuhku sudah naik dan itu membuatku tidak nyaman. Aku langsung merebahkan tubuhku di atas tempat tidur setelah sampai di kamar, tidak peduli bagaimana Mathias menatap ke arahku.

Aku juga heran mengapa matanya terus tertuju kepadaku seolah dia sedang menatap ke arah mangsanya. Sedikit mengganggu, tapi aku tidak begitu peduli.

Yang ingin aku lakukan sekarang hanyalah tidur.

.

Aku sudah tau kalau dia akan segera pergi lagi. Melihat kereta kuda di luar kediaman membuatku tanpa sadar berlari dengan terburu-buru dan memintanya untuk membawaku. Ku pikir dia tidak mengizinkannya, tapi siapa sangka dia akan membawaku ikut semudah itu?

Setelah kami duduk berhadapan di dalam kereta, aku baru sadar kalau wajah Maraville terlihat pucat dan nafasnya terdengar berat. Melihat ini, aku tidak bisa menahan diri untuk bertanya.

"Apakah anda baik-baik saja?"

Tapi dia menjawab seolah semuanya baik-baik saja. Siapapun yang melihat penampilannya sekarang pasti bisa yakin kalau dia sedang sakit. Bahkan dia terlihat seperti akan jatuh kapanpun.

Dia hanya tertidur selama di perjalanan setelah percakapan kami berakhir. Bahkan saat ini, ketika kami sampai di penginapan, dia tertidur lagi dengan raut wajah yang tampak tidak nyaman.

Aku mengulurkan tanganku untuk mengecek suhu tubuhnya dan itu membuatku terkejut karena dia terasa seperti sedang mendidih.

"Bukankah dia bisa kehilangan akal sehatnya jika suhu tubuhnya sepanas ini?"

Gila... Dia memaksakan dirinya sampai seperti ini untuk bertemu kaisar?

Aku mendecakkan lidahku, entah bagaimana aku merasa sangat kesal. Aku tidak tau hubungan apa yang dimiliki antara Maraville dan kaisar, tapi aku yakin betul Maraville seharusnya membenci kaisar atau paling tidak, dia tidak nyaman dengan kaisar di sekitarnya.

Becoming the Protagonist's Foster FatherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang