2. TIME LINE 2

1.9K 306 34
                                    

Aku tidak mengerti. Ketika aku membuka mataku, semuanya tampak sama seperti sepuluh tahun yang lalu. Ketika aku melihat ke cermin, penampilanku telah berubah menjadi kecil kembali. Persis ketika aku berusia sepuluh tahun, aku tidak akan pernah lupa dengan hari ini.

Hari dimana aku menjadi putra angkat dari Maraville. Bajingan itu... Bukankah dia seharusnya sudah mati di tanganku? Mengapa pula aku kembali ke tahun ini? Apakah ini mimpi? Tapi ini terlalu nyata. Aku bahkan bisa merasakan sakit ketika aku mencoba mencubit lenganku sendiri.

Tidak masalah jika aku kembali ke masa lalu, tapi mengapa itu harus hari dimana aku telah resmi menjadi putra angkat dari Maraville?

Apa ini? Aku harus menjalani sepuluh tahun dengan penuh siksaan lagi huh? Tidak masuk akal.

Aku melirik ke depan, Maraville dengan wajah tanpa ekspresinya tampak tidak tertarik denganku. Sama persis seperti sebelumnya. Aku memperhatikannya dengan seksama, masih belum yakin apakah ini sungguh nyata atau hanya mimpi yang terlalu realistis.

Ketika itu, tatapan mata kami bertemu. Mata emasnya berkilauan seperti perhiasan, itu cantik, tapi terasa sangat mengintimidasi. Seolah dia bisa melihat menembus diriku. Rambut pirangnya yang dia ikat setengah masih sama, dengan penampilannya ini, tidak heran dia dipanggil sebagai titisan dewa.

Ketika melihatnya lagi setelah aku membunuhnya lima tahun yang lalu, aku merasakan ada perasaan yang berbeda. Jauh di dalam lubuk hatiku, aku merasa ada sesuatu yang menggelitik. Apakah itu rasa bersalah? Apakah itu kerinduan? Atau apakah itu rasa dendam yang masih mengakar dari dalam jiwaku? Aku tidak begitu yakin.

Aku mulai memikirkan, bagaimana jika... Aku bertindak berbeda dari masa lalu? Dulu aku bertindak kekanakan karena aku mengharapkan cinta yang sebenarnya dari seorang ayah. Jika aku bertingkah dewasa... Apa yang akan dia lakukan? Apakah dia akan menghargaiku? Apakah dia akan menyayangiku?

Jika aku bertanya pada diriku sendiri tentang apa yang benar-benar aku inginkan, maka aku dengan kesadaran penuh akan menjawab bahwa aku membutuhkan kasih sayang. Aku ingin merasakan seperti apa rasanya di sayangi oleh seorang ayah.

Sejujurnya aku tidak ingat apa yang telah dia lakukan hingga aku menjadi dendam dengan dirinya. Tapi yang jelas, sepertinya dia tidak mengurusku dengan baik.

Maraville masih melihatku dengan tatapan yang tidak akan pernah bisa aku tebak. Entah dia sedang melihat ke dalam jiwaku, atau dia sedang memeriksa apakah aku akan berguna?

Dia bukan tipe orang yang akan merawat orang yang tidak berguna. Dulu ketika aku menjadi anak angkatknya, aku masih anak-anak yang tidak tau apapun. Kaisar tidak pernah memberiku pelajaran dari seorang guru dengan alasan aku akan mendapatkannya jika sudah menginjak usia sepuluh tahun.

Jika memikirkannya dengan cara ini, memang aku tidak begitu menguntungkannya. Paling-paling hanya memberinya koneksi dengan kekaisaran dan meningkatkan statusnya. Tapi tetap saja, sangat keterlaluan untuk menelantarkan seorang anak kecil.

Saat itulah, aku mendengar suara yang mampu membuatku bergidik ngeri.

"Ada apa?"

Suara yang datar itu membuatku terkejut setengah mati. Apakah dia baru saja berbicara denganku? Aku melihat ke arahnya, ketika itu, dia masih bertahan dengan wajah datarnya.

Aku menelan ludah dengan kasar. Sial, mengapa aku menjadi begitu ketakutan? Bukankah aku sudah pernah membunuhnya? Itu akan terjadi lagi dua belas tahun dari sekarang. Tidak, mungkin lebih cepat dari itu. Bisa saja sekitar lima tahun? Atau enam tahun? Aku tidak tau pasti, yang jelas itu akan segera terjadi.

Namun memikirkan kembali di hari-hari setelah aku membunuhnya... Aku tidak menemukan kepuasan apapun. Sejujurnya, aku lebih merasa kosong daripada puas.

Becoming the Protagonist's Foster FatherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang