"ARGH!"
Riki dan Mahesa berlari sekuat tenaga kembali ke ruang kamar dimana Esa menghilang secara misterius. Bahkan karena mereka berlari tergesa-gesa, membuat tubuh mereka berdua menabrak pintu lorong di dekat kamar dimana semua orang berkumpul.
BRUAK!
Aji, Bayu, Rino menoleh ke arah suara itu berasal dan melihat kedua mahasiswa junior mereka yang kembali tanpa ada kepastian apapun tentang kawan mereka, Esa, yang hilang secara misterius bahkan ada bercak darah di tempat terakhir Esa tidur. Rino mendelik kesal ke arah kedua juniornya itu. Riki dan Mahesa berjalan memasuki kamar dengan langkah takut. Mereka berdua bahkan hanya menundukkan wajahnya.
"Bang, so-sorry... k-kita... kita udah nyari ke semua tempat tapi bang Esa gak ketemu, bang," ucap Mahesa dengan terbata. Riki mengangguk cepat-cepat.
"Iya bang, bang Esa gak ada dimanapun," ucap Riki menimpali.
"Lu berdua yakin?" tanya Rino yang merasa tak yakin.
"Yakin banget bang Rino. Gua udah cari ke atas, ke bawah, tapi... gak ketemu juga bang Esa, bang," jawab Riki. Rino masih memicingkan matanya tajam.
"Iya, bang. Sampe tenggorokan gua sakit nih panggil-panggil nama bang Esa. Ya gak, Rik?" sahut Mahesa. Riki mengangguk.
"Iya, bang!"
"Emang lu berdua tadi cari dimana?" tanya Aji.
"Di sana, bang!"
"Di sana, bang!"
Bayu, Aji, Rino, Hanni dan Richi terbelalak saat melihat Riki dan Mahesa yang menunjuk arah yang berbeda. Riki menunjuk ke arah kirinya menggunakan tangan kanan, sedangkan Mahesa menunjuk ke arah kanannya menggunakan tangan kirinya. Hanni menepuk pelan keningnya melihat kedua teman seangkatannya itu yang terlihat kalau keduanya sedang berbohong. Riki dan Mahesa berpandangan dan terbelalak.
"Hah?!"
"Ke sana, bang!"
"Iya ke sana, bang!"
Riki dan Mahesa kembali menunjukkan arah yang salah. Riki menunjuk arah kanan menggunakan tangan kirinya, sedangkan Mahesa menunjuk arah kiri menggunakan tangan kanannya. Richi menggelengkan kepalanya pelan melihat tingkah kedua teman satu jurusannya itu. Rino bangkit dan mendekat ke arah Riki dan Mahesa.
PLAK
PLAK
Rino sukses menabok pelan pipi Riki dan Mahesa karena kesal. Menurutnya, kedua juniornya itu tak bisa diandalkan sementara Esa, juniornya yang lebih dahulu itu sudah diambang kematian pikirnya.
"Maaf, bang," ucap Mahesa dan Riki hanya mengangguk pelan.
Bayu dan Aji menunduk pasrah sedangkan Hanni dan Richi hanya bisa berpandangan. Rino menghela napasnya.
"Kayanya mau gak mau kita harus berpencar deh demi nyari Esa," ucap Aji memberi usul. Bayu menoleh.
"Lu serius, Ji?" tanya Bayu. Aji mengangguk.
"Iya, gua serius bang. Kalo gak kaya gini, gimana kita bisa cari keberadaan Esa?" jawab Aji. Richi mendengus kasar.
"Lu udah gila, bang? Emang lu pikir ini kaya di film-film horor gitu? Ini kita malah mencar kemana-mana, tapi malah jadinya gak jelas dan akhirnya ilang satu-satu gitu?!" tanya Richi. Hanni menoleh dan menatap Richi.
"Iya, Richi bener Ji! Jangan ngambil resiko deh!" ucap Rino dan mengangguk setuju.
"Jangan sampe kita kehilangan satu orang lagi," ucap Bayu. Rino dan Richi mengangguk.
![](https://img.wattpad.com/cover/366041087-288-k53978.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
[4] Dutch Noni's Revenge • Han Jisung
Terror"𝐀𝐧𝐨𝐭𝐡𝐞𝐫 𝓘𝓷𝓭𝓲-𝓖𝓸!" (Feat. Stray Kids & Enhypen) Cerita bermula ketika Setiaji Suryawijaya Handy bersama teman-temannya di kelas mata kuliah pilihan "Dramaturgi" sedang mengadakan studi banding ke Universitas Seni Bogor. Namun nahas, saa...