02. Terdampar

32 13 0
                                    

Rombongan akhirnya memasuki bus kembali dan berangkat dari pusat oleh-oleh Bogor menuju Jakarta. Terlihat Esa sedang menghubungi orang tuanya sedangkan Aji terlihat tak tenang sepanjang perjalanan begitu pula dengan Bayu. Rino terlihat sedang istirahat di samping Bayu. Mahesa dan Riki masih bermain gitar sedangkan Sean berusaha untuk istirahat. Sisanya hanya bermain ponsel ataupun tidur.

Perjalanan berjalan sangat mulus hingga saat bus sudah melaju cukup jauh di balik gelapnya malam dan menembus dalamnya hutan, di saat mahasiswa dan mahasiswi sedang asik dengan kegiatannya masing-masing, hujan lebat dengan tiba-tiba mengguyur jalanan yang ada di lereng bukit itu hingga membuat lereng bukit itu longsor dan menutupi jalanan di hadapannya. Membuat Aji dan Bayu mengernyit bingung. Mereka berpandangan satu sama lain. Kiki yang awalnya sedang istirahat, terbangun dan melihat ke arah depannya.

"Ada apa pak?" tanya Kiki. Supir bus kampusnya itu menoleh.

"Pak, gimana nih? Jalanan depan longsor. Kita gak bisa lewat sini!" ucap supir bus kampusnya.

Kiki terlihat khawatir karena ia dan rombongannya tak bisa melewati jalan tersebut. Ia segera membuka aplikasi google maps miliknya dan menemukan jalan alternatif lain dekat dengan lokasi longsor itu.

"Pak, bapak mundur aja. Nanti 100 meter di belakang ada jalan alternatif belok kiri," ucap Kiki. Pak supir itu tersentak.

"Loh, bukannya tadi bapak bilang jangan pernah ambil jalan alternatif ya?" tanya supir bus kampus itu bingung. Kiki mendengus.

"Ya mau bagaimana pak? Masa kita gak pulang sampe pagi," ucap Kiki sedih.

Supir bus itu mengangguk dan menekan tuas persneling ke arah belakang. Bus akhirnya berjalan mundur hingga sampai sebuah pertigaan, bus berbelok ke arah kiri dan kembali melaju dengan kecepatan tinggi. Jalanan alternatif itu terlihat sangat sempit, hanya muat satu bus saja yang bisa melewati lebar jalan tersebut.

KRAK

CKIT!

Bus terhenti lagi saat supir bus kampus itu merasakan telah menggilas sesuatu yang besar. Seperti telah menggilas hewan yang besar atau bahkan tubuh manusia. Membuat orang-orang yang ada di dalam bus terbangun dan mengernyit bingung.

"Ada apa lagi pak?" tanya Bayu memastikan. Namun supir bus itu tak menjawab pertanyaan Bayu dan langsung saja turun dari mobil, berupaya mengecek apakah benar ia telah menggilas sesuatu.

Jika benar ia menggilas kucing, anjing atau hewan lain kiranya ia ingin menguburkan dahulu bangkainya agar perjalanan lebih tenang. Sayangnya, tak ada apapun di bawah bus yang ia bawa itu meskipun ia sudah mengecek menggunakan senter. Saat Aji dan Bayu sedang memperhatikan supir bus kampusnya itu, dengan tiba-tiba terlihat sosok wanita berambut putih panjang di hadapan mereka. Hal itu membuat Aji menjadi sangat terkejut.

"Astaghfirullah!"

Semua orang menoleh ke arah Aji yang sedang menutupi matanya dengan kedua tangannya. Rino dan Kiki berpandangan dengan Bayu. Bayu seperti tahu jika ia akan diutus oleh Kiki untuk bertanya pada Aji apakah dia baik-baik saja.

"Ji? Lu gapapa?" tanya Bayu yang berjongkok di samping kanan Aji. Aji membuka matanya dan tak melihat lagi sosok menyeramkan itu. Tubuhnya bergetar hebat. Ia menoleh ke arah Bayu dan mengangguk takut.

"Lu liat apa? Ceritain sama gua," tanya Bayu lembut sembari mengelus lengan Aji seperti sedang menenangkan adik kandungnya sendiri. Bayu bahkan diberikan minum oleh Rino untuk menenangkan Aji.

"G-gua... ta-tadi... g-gua... gua liat ada... a-ada cewek ram-rambut... putih... se-serem... banget, bang!" jawab Aji pelan dengan suara bergetar. Esa yang masih bisa mendengar ucapan Aji terbelalak tak percaya.

[4] Dutch Noni's Revenge • Han JisungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang