Secone Line

39 13 11
                                    

✧༺ HAPPY READING ༻✧



"Bukan Tuhan yang tidak adil
hanya manusia yang kurang bersyukur"

--Karina Amerta Dekanwara

༶•┈┈⛧┈♛ 𝓕𝓲𝓷𝓲𝓼𝓱 𝓛𝓲𝓷𝓮 ♛┈⛧┈┈•༶

Surya sudah menampakkan wujud-nya pagi ini. Dingin malam, sudah berganti dengan hangat-nya sinar matahari pagi. Pagi ini Karina akan kembali bersekolah, setelah dua hari lamanya menghilang tanpa kabar alias Alpa.

Karina mengamati Lukan yang sedang mengeluarkan kursi roda dari dalam bagasi mobil. Kaki Karina mengalami kelumpuhan sementara, mungkin dalam beberapa minggu kedepan ia akan memakai kursi roda di setiap aktifitasnya. Posisinya sekarang ini, Karina masih berada di dalam jok depan dengan pintu yang terbuka.

Lukan dengan ogah-ogahan membantu Karina duduk di atas kursi roda, setelah itu kembali menutup bagasi dan akan berlalu pergi menuju kampus.

"Eh, kak gue gimana?..." tanya Karina, dengan tatapan lugu, yang di balas dengan kernyitan di dahi oleh Lukan.

"Apanya? ... lo itu cuman lumpuh, bukan amnesia!. "

Jujur saja, Karina merasa sedikit ngilu di dalam ulu hati-nya saat mendengar kalimat itu tercetus dari kakak-Nya sendiri. Namun ia tidak boleh terlihat emosi, atau ia akan di kira baper oleh Lukan. Menghela nafas pelan, Karina berucap, "Justru karna gue lumpuh. Gimana caranya gue naik ke lantai tiga kalau gini?..." Karina berusaha, agar tidak ikut tersulut emosi.

"Ayolah kak, plis kali ini aja ... Bantuin gue" Gadis itu menyatukan kedua telapak tangan-Nya di depan dada. Miris sekali, mendapatkan perhatian Lukan saja harus sampai memohon-mohon seperti ini.

Lukan menatap Karina sinis, lelaki itu kembali mendekat, hingga membuat kurva senyum di bibir Karina merekah. Gadis itu kira, Lukan akan membantunya. "Dengan nganter lo ke sini, waktu gue udah terbuang sia-sia. Dan untuk masalah naik. Itu derita lo, bukan urusan gue. " desis Lukan berang. Sejujurnya Lukan tidak akan mau mengantar Karina jika bukan karena paksaan dari Papa mereka--Mario Gen Dekanwara.

Setelah mengatakan kalimat pedas yang menusuk relung hati, bahkan ubun-ubun Karina. Lelaki itu pergi tanpa pamit, meninggalkan Karina yang terpaku sembari tersenyum perih. Seharusnya sudah jelas Karina bisa menebak apa yang akan Lukan katakan padanya. Namun gadis ini malah ingin memberikan Lukan luang untuk menyakiti hatinya.

"Ana.. " Seruan itu mengalihkan atensi Karina yang semula menatap sendu kepergian mobil Lukan. Gadis itu mengernyit heran saat mendapati presensi Laksa di sekitar nya.

"Loh, Laksa. Lo ngapain di sini? " Tanya gadis itu bingung. Pertanyaan konyol jenis apa itu.

"Sekolah. Ngapin lagi?..."

"Lo juga sekolah di sini?..." Sungguh pertanyaan Karina membagongkan. Sudah jelas kan, Laksa berdiri di sini. Tepat di depan gerbang 'SMA Bhakti Bangsa', lalu mengapa bertanya lagi.

"Pertanyaan lo ga logis. "

"Kok gue ga pernah lihat lo sih? ... anak mana lo?..."

"12 Mipa. "

"Lah sama, Gue juga 12 Mipa. "

"Gue 12 Mipa 1"

Finish Line [ Karina's Secret ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang