#maaf jika ada salah kata dan kata yang menyinggung atau kata kata kasar dan kurang enak dibaca.
happy reading❕
﹋﹋﹋﹋꒰ 🌼 ꒱ؘ ࿐ ࿔*:・゚
. . . . .
Kini di dalam rumah Laras tampak ramai, ditambah lagi dengan Lino dan Chandra yang datang untuk makan malam bersama. Sebenarnya hanya 4 orang, tapi itu juga termasuk ramai, kan?
"Ayo duduk duduk".
Laras menuntun calon suami dan anaknya untuk duduk ditempat masing-masing.
Setelah semua orang sudah siap, Laras mulai membagi makanan untuk tiap-tiap orang yang berada di meja makan. Dimulai dari Chandra, Lino, Zidan, dan yang terakhir dirinya.
"Ayo dihabiskan. Kalau mau tambah, ambil saja. Masih banyak makanannya". Ucap Laras.
Yang lain hanya mengangguk, kemudian mulai memakan makanannya.
15 menit telah dihabiskan untuk makan. Sekarang mereka sedang berkumpul diruang tamu milik Laras.
Ayah duduk berdampingan dengan Laras. Sementara Lino bersebelahan dengan Zidan. Yang mana membuat Lino canggung setengah mati.
"Lino". Panggil Laras pada Lino. Lino yang merasa terpanggil langsung menoleh.
"Iya bibi?"
"Bibi lihat lihat wajahmu sembab, kenapa?"
Lino diam sejenak. Ia menatap ayahnya tanpa mengucapkan apapun.
Ayah tertawa kecil. "Sebelum kami kemari, dia menangis cukup lama. Mungkin karena itu". Jelasnya.
Lino speechless. Bukan itu jawaban yang dia inginkan. Ia berharap ayahnya mengatakan hal lain bukannya malah jujur dan membuat ia merasa malu.
"Ayah". Lino sedikit membulatkan matanya. Wajahnya sudah sangat merah sekarang. Bahkan sampai menjalar ke telinga.
Ayah yang melihat rona merah pada wajah anaknya pun tertawa lagi. Laras yang melihatnya juga ikut tertawa.
"Kenapa menangis?"
"A-anu itu bi, eemm.." Lino tergagap ia bingung mau menjawab apa.
"Cowo tapi cengeng". Celetuk Zidan tiba-tiba.
Lino menatap Zidan tak terima, dengan reflek ia memukul lengan Zidan. "Heh! Gue bukan robot. Gue juga manusia yang bisa nangis".
Tiba-tiba Zidan mendekatkan wajahnya, membuat Lino sedikit tersentak.
"Berapa lama lo nangis sampe wajah lo bengkak?" Tanyanya setelah menjauhkan wajahnya dari wajah Lino.
Tak ada jawaban. Lino hanya menghela napas berat, lalu melirik sinis pada Zidan.
"Sudah sudah. Zidan, jangan jahil". Ujar Laras saat melihat anaknya hendak mengucapkan sesuatu.
Mendengar suara milik ibunya, Zidan langsung diam. Walaupun nakal, tapi sebenarnya ia sangat penurut pada ibunya. Ia tidak pernah melawan ibunya sedikitpun.
"Lino tahu apa yang membuat bibi ingin bertemu dengan kalian?"
Lino menggeleng. Ia memang tidak tahu.
Laras menatap ayah. Ayah yang ditatap langsung mengangguk.
"Jadi begini sayang, ayah dan bibi sudah sepakat untuk melaksanakan pernikahan kami di Minggu ini". Ucap ayah.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐀𝐛𝐨𝐮𝐭 𝐌𝐚𝐥𝐢𝐧𝐨 ✓
Short StorySedikit cerita tentang anak remaja bernama Malino Resha Adhitama, atau akrab di panggil Lino oleh orang orang di dekatnya. . . Nggak pandai buat deskripsi, langsung baca aja kalau penasaran, hehe. -ann ©-𝐑enan𝐉un