#maaf jika ada salah kata dan kata yang menyinggung atau kata kata kasar dan kurang enak dibaca.
happy reading❕
﹋﹋﹋﹋꒰ 🌼 ꒱ؘ ࿐ ࿔*:・゚
. . . .
"Huh!"
Lino terbangun dengan bercucuran keringat. Matanya berpendar menatap seisi kamar bernuansa abu itu. Kamar itu sepi, hanya ada dirinya di sana.
Dengan perlahan ia turun dari kasur, melangkahkan kakinya menuju sebuah cermin full body di pojok kamar. Memandangi tubuhnya mulai dari ujung kaki hingga ujung kepala. Ia menyentuh wajahnya yang sembab, terdapat bekas air mata di sana.
Lino berbalik, ia bingung. Bukankah sebelumnya ia terduduk lemas dilantai sambil menangis karena ucapan Zidan? Tapi, kenapa tiba-tiba ia terbangun di atas kasur? Apakah semua itu mimpi? Jika mimpi, kenapa semua terasa sangat nyata? Dan sejak kapan ia tertidur di kamar Zidan? Lalu dimana anak itu sekarang?
"Ngapain lo disini?" Itu Zidan, sosoknya tiba-tiba muncul didepan Lino, membuat Lino terkejut dan dengan reflek tangannya memukul perut Zidan.
"Ahk!"
"S-sorry kaget".
Zidan mendengkus, kemudian berjalan menjauh. Lino yang melihat Zidan menjauh segera mengekornya dari belakang.
"Ngapain ngikutin gue?"
"Gue, m-mau tanya".
Zidan menaikan satu alisnya sebagai jawaban.
"Lo ada ngomong sesuatu nggak sama gue?" Lino menatap Zidan penuh selidik, ia masih ragu jika itu hanya mimpi. Jadi, ia ingin menanyakannya secara langsung pada Zidan.
"Ga" jawaban singkat, tapi Lino belum puas.
"Lo yakin?" Tanyanya lagi.
Zidan hanya berdehem tanpa mau menatap Lino.
"Lo nggak ada ngomong apapun?"
Masih tidak ada jawaban, Zidan malah melirik Lino seolah-olah kesal padanya.
"Lo-"
"Apa? Lo ga denger gue jawab 'ga'? Buat apa sih lo tanya gitu? Penting?"
"G-gue mimpi lo bilang sesuatu?" Jawabannya ragu. Belum yakin jika semua itu mimpi. Tapi, jika memang itu mimpi ia akan sangat bersyukur.
"Mimpi cuma bunga tidur ".
"Ya, tapi itu keliatan nyata. Terus sejak kapan gue tidur disini?"
"Sejak lo masuk kamar".
"Hah? Masa sih?! Yang bener-"
"Sekali lagi lo ngomong, gue beneran kokop itu bibir lo".
Mendengar kata-kata yang diucapkan oleh Zidan, Lino langsung menutup mulutnya dengan tangan. Matanya membulat lucu.
"Gue cowo".
"Siapa yang bilang lo cewe?"
"Gila. Emang kata dokter lo udah dibolehin pulang?"
"Maksud lo?"
Lino membuang pandangan ke sembarang arah, kemudian berjalan ke arah kamar mandi yang berada di kamar itu.
"Lupain. Gue pinjem kamar mandi".
Melihat Lino sudah benar-benar masuk ke dalam kamar mandi, Zidan berbalik.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐀𝐛𝐨𝐮𝐭 𝐌𝐚𝐥𝐢𝐧𝐨 ✓
Short StorySedikit cerita tentang anak remaja bernama Malino Resha Adhitama, atau akrab di panggil Lino oleh orang orang di dekatnya. . . Nggak pandai buat deskripsi, langsung baca aja kalau penasaran, hehe. -ann ©-𝐑enan𝐉un