Dua minggu kemudian seperti biasa bian ditinggal sendirian lagi oleh kedua orang tuanya. Lagi-lagi dirinya kini dilanda kegabutan yang luar biasa. Banyak hal yang sudah dilakukan, termasuk bermain game kesukaanya.
"Gini nih, kalo anak terahir. Ditinggal sendirian ga ada yang merhatiin"
Gumam bian.Tangan nya kini memegang HP kebanggaanya. Jari jemarinya men scroll sebuah aplikasi berwarna hijau. Kemudian ia tanpa sengaja menulis sebuah status "GABUT". Satu kata itu yang menjadi hiasan layar status bian.
Ada beberapa teman yang membalasnya. Sebagian lagi mengajak bian untuk sekedar refreshing keluar rumah. Namun semuanya tak ada yang direspon. Termasuk sahabat baiknya, Fahry.
Namun, saat sebuah notif masuk di HP nya kedua mata bian membola. Betapa tidak kaget, Mas Jaka membalas status bian dengan emoticon tertawa. Langsung saja bian membalasnya tanpa menunggu lama.
"Gabut nih, Mas"
"Ditinggal ayah sama ibu kerja lagi?"
"Iya, nih"
"Ya udah, sini main kerumah mas. Lagian mas juga ga ada kerjaan. Udah sore juga, bi"
"Wah, beneran mas?"
"Ga ada penawaran dua kali"
"Okeh, siap mas. Ntar bian kesana. Mau mandi dulu. Tungguin ya!"
"Oke!"
Begitulah isi chat bian dengan Jaka. Bagai dapat durian runtuh, bian tidak menyia-nyiakan kesempatan emas yang tidak datang dua kali.
Mood nya yang sejak tadi siang turun sekarang berubah jadi semangat 45. Bian segera berlari ke kamar mandi.
"Mandi dulu, ah. Biar Mas Jaka makin betah. Hehe. Ya kali aja kan" monolog bian sebelum mengguyur tubuhnya dengan air.
Setelah hampir lima belas menit dirinya berada di kamar mandi, bian segera melangkah menuju lemari. Mencari baju dan celana yang pas ditubuhnya. Kaos putih pendek dilengkapi sweater biru. Plus celana jeans pendek selutut.
Ia mematut dirinya dicermin. Tak lupa memberi polesan disetiap sudut tubuhnya. Mulai dari deodorant, pelembab kulit, hingga lotion ia pakai.
"Nah, udah kekunci semua. Aman!" Ia segera berjalan menuju arah rumah Jaka setelah memastikan setiap pintu dan jendela rumahnya telah terkunci rapat.
Bibir ranumnya bersenandung riang. Mengapa setiap orang yang berpapasan dengan dirinya seperti biasa.
Saat ditengah jalan, Bian bertemu dengan Mas Irfan. Kebetulan saat itu Irfan baru pulang dari kerjanya. Tepatnya di sebuah toko material di pusat kota.

"Mau kemana bi jalan kaki sendirian?" Tanya Irfan sambil mematikan mesin motornya
"Mau ke rumah mas jaka, mas!"
"Owh, mau ngapain? Mas anterin ya?!"
"Ga usah mas, lagian juga udah deket kok". Tolak Bian halus sambil tersenyum
"Ya udah, hati-hati ya, bi!. Oke lah mas lanjut pulang kalo gitu"
"Oke siap mas irfa" ucap bian setengah berteriak karena motor yang dikendarai irfan sudah meninggalkanya.
Bian terdiam sejenak. Jika dipikir-pikir, Irfan boleh juga. Selain tampan dan manis, irfan juga nampak gagah. Namun sedetik kemudian kepalanya menggeleng.
"Nggak, nggak. Ayo, fokus ke mas jaka aja dulu, bi. Faokus". Ucapnya yakin.
Setelah berjalan kaki agak lama barulah Bian sampai didepan pintu rumah jaka.
"Assalamualaikum, mas jaka..." Ucap bian sambil mengetuk pintu.
"Waalaikum salam. Bentar"
Terdengar sahutan dari dalam.Begitu puntu terbuka, bian terperangah. Bagaimana tidak. Kini bian disuguhi tubuh kekar nan gagah dari jaka yang bertelanjang dada dan hanya memakai sarung berwarna hitam polos berdiri diambang pintu.
"Malah bengong, ayo masuk"
"I.. iya mas" jawab bian tergagap
"Duduk, bi. Ayah sama ibu kapan pulangnya?" Tanya jaka sambil memebersihkan meja.
"Kayaknya besok siang deh mas!"
"Owh, ya udah nginep sini aja gapapa"
"Wah, beneran, mas? Makasih ya". Jawab bian kegirangan.
Jaka mengajak bian ke dapur untuk makan. Sejujurnya bian masih terasa kenyang. Tapi demi momen manis bersama jaka, bian rela menambah isi perutnya.
Malam pun menjelang. Pukul 23:40 jam menunjukan waktu tengah malam.
"Bi, kamu mau tidur dikamar sebelah apa tidur sama mas?"
"Kalo dibolehin sih tidur sama mas aja. Agak takut soalnya"
"Ya udah, ini selimutnya" jaka kemudian masuk terlebih dulu baru disusul bian sambil memberi selimut biru.
Sedangkan jaka tidur hanya memakai singlet putih dan sarung kotak-kotak saja. Tanpa berselimut sama sekali. Sudah menjadi rutinitasnya.
Jam semakin menunjukan waktu yang ters bertambah. Jaka sudah tertidur dengan pulasnya. Namun tidak dengan bian. Ia masih terjaga. Matanya tak lepas memandangi wajah tampan dan gagah dr seorang jaka. Apalagi lengan kekar disampingnya. Perlahan tangan halus bian mengelus lengan kekar itu. Sesekali ia endus sambil memejamkan mata menikmati sensasinya. Kabut gairah telah merasuki diri bian.
Tanpa disadari, sesuatu yang keras dan tegak berdiri dibalik sarung yang dipakai jaka. Malam semakin dingin, mungkin hal itu yang membuat jaka ereksi. Melihat itu, tangan mulus bianterasa gatal ingin menyentuhnya.
Dengan was-was dan hati-hati serta degup jantungnya yang semakin berdetak kencang ia genggam kontol jaka dibalik sarung yang dipakai. Sesekali ia pandangi wajah jaka untuk memastikan jika jaka masih terlelap. Jangan sampai memantik jaka terbangun dan memarahinya
Dengan mengumpulkan keberanian, bian menyibak sarung yag dipakai jaka. Ternyata jaka tidak memakai cd sama sekali. Mencuatlah kontol jaka yang besar dan panjang, berurat pula.
Dengan perlahan ia bangun. Ia arahkan hidungnya mengendus kepala kontol jaka yang berkedut. Dengan ritme pelan, bian mulai mengocok kejantanan jaka dengan lembut. Lima belas menit setelahnya ia beranikan di menjilat kepala kontol jaka yang seperti jamur itu.
Semenit kemudia ia lahap kejantanan jaka dengan mulut mungilnya. Awalnya perlahan. Namun semakin lama semakin kuat bian mengoral kontol jaka. Tak lupa dua biji kembar yang menggantung itu tak luput dari hisapanya
Sluprt sluprt..
Ehm ehwk... Klok klok klok ehm ehm
Bunyi kecipak dari hasil kulumanya terdengar renyah. Terdengar lenguhan kecil dari jaka. Bian diam sejenak, takutnya jaka terbangun dan memergokinya.
Setelah kembali pulas, bian lancarkan kembali aksinya. Menyedot seluruh sudut kejantanan jaka.
Tanpa bian sadari, ternyata semenjak dirinya meraba lengan kekar jaka, jaka rupanya telah terbangun namun ia pura-pura tertidur pulas. Ia sempat kaget dan tak percaya dengan bian yang sudah dianggap adik sendiri.
Kekagetan itu berlanjut saat bian dengan berani mengoral kontolnya. Namun, jaka tidak munafik. Ia justru menikmati kegiatan oral yang dilakukan oleh bian. Rasanya sungguh sangat nikmat. Terlebih setelah iberpisah dengan sang istri, jaka sudah jarang mengeluarkan sari pati pejuhnya.
Hingga lima belas menit kemudian bian merasa kontol jaka berkedut. Begitu pula jaka merasa dirinya sebentar lagi akan klimaks... Semakin cepat bian mengulumya hingga
Crott... Crott... Crott... Crott
Sebelas kali tembakan pejuh mengenai wajah bian. Jaka sedikit terengah namun sebisamungkin mengatur lagi ekspresinya. Sedangkan bian kembali menutup sarung jaka dan sesekali menjilat sisa lelehan sperma jaka dan menelanya. Bian dengan hati-hati kembali keposisisnya. Membelakangi jaka dan bersiap untuk tidur. Ternyata bian belum puas. Akan ada rencana lagi kedepanya.
Sedangkan jaka hanya menggelengkan kepalanya heran juga takjub bisa seenak itu hanya karena jilatan bian.
"Jago juga si bian" batin jaka yang juga ikut tertidur kemudian
KAMU SEDANG MEMBACA
GAIRAH PARA PEMUDA
Non-FictionSebuah cerita tentang kebinalan sosok Bian. Remaja awal SMA yang berparas tampan dan imut berkulit putih mulus yang selalu dapat menangkap mangsa para pemuda gagah didesanya demi nafsu seksualnya. Dirinya tidak sadar bahwa jika parasnya yang memikat...