Keesokan paginya, bian dan bima keduanya sama-sama sarapan dengan menu ayam sambel kemangi. Menu kesukaan bima. Tentunya sarapan pagi itu dikirim shintya melalui orang suruhan. Sebab sarapan pagi itu di uat langsung oleh tangan shintya sendiri.
Keduanya sama-sama sarapan dengan diam tanpa ada suara sedikitpun. Terlebih bian, dirinya seolah melupakan soal apa yang dilihatnya semalam.
Bima semakin lahap memakan masakan yang dimasak oleh shintya. Baginya, masakan sang istri adalah menu yang melebihi restaurant bintang lima soal cita rasanya.
"Bang bim, abang bukanya besok kerja ya?"
"Lah, terus kalo abang kerja emang kenapa?"
Bian menghela nafas panjang "Kalo abang kerja, terus pulangnya kesini lagi jagain bian, apa engga capek bolak balik?"
"Owh, kirain apaan. Biasa aja tuh. Abang kan kuat, perkasa lagi. Mana ada ceritanya seorang bima loyo" jawabnya dengan menyombongkan diri sambil terkekeh menaik turunkan kedua alisnya.
"Lagi serius malah dibecandain, dasar" keluh bian. Sedangkan bima merasa lucu dengan ekspresi dan tingkah bian. Lagi-lagi bima tak tahan untuk tertawa atas kelucuan bian.
"Udah, buruan dihabisin gih sarapanya"
Bian patuh mendengar penuturan kakak iparnya. Dengan lahap tangan bian menyendok nasi dan memasukanya kedalam mulut.
Selesai sarapan, bian dan bima sama-sama bersih-bersih meja makan. Tak lupa piring-piring kotor mereka berdua cuci. Jika dilihat seperti ini nampak bukan seperti kakak ipar dan adik ipar. Melainkan seperti seorang saudara antara kakak dan adiknya.
"Abis ini kalo kamu mau nonton film gapapa, abang mau latihan sebentar, mau olah raga tipis-tipis"
"Oke lah, bang"
Bian memasuki kamar usai mencuci piring bersama bima. Kini tanganya meraih benda pipih berwarna silver yang ada dinakas. Tanganya mulai menggulir layar pintar tersebut. Nampak tertera beberapa pilihan film-film bergenre romance kesukaanya. Film yang rata-rata diproduksi dinegara tirai bambu dan dari negeri ginseng itu tampak menarik dimata bian.
"Nah, ketemu" bibirnya tersenyum saat menemukan film kesukaanya.
Hampir tiga puluh menit bian menghabiskan waktunya untuk menonton film. Durasi yang ditonton hanyalah dua puluh menit saja. Mau tak mau dirinya harus menunggu minggu depan untuk menuju episode selanjutnya.
"Yah, lagi enak nonton udah selesai aja. Pendek banget sih episode nya. Mana gabut lagi ini. Apa aku nyusulin bang bima aja kali ya?... Nah ide bagus"
Segera, benda pipih itu kembali ia letakkan dinakas. Dengan santai, bian menuju halaman belakang menyusul kakak iparnya yang sedang latihan otot atau olah raga kecil-kecilan menurut bima.
Sesampainya di pintu yang menghubungkan rumah dengan halaman belakang, nampak bima seda push up. Diambang pintu itu bian melihat betapa sexy nya bima saat berolah raga. Pikiranya melayang, bagaimana jika posisi itu bagaikan posisi bima sedang mengentot lubang bian. Belum lagi lelehan bulir keringat menghiasi dahi, lengan dan dada bidang bima.
KAMU SEDANG MEMBACA
GAIRAH PARA PEMUDA
No FicciónSebuah cerita tentang kebinalan sosok Bian. Remaja awal SMA yang berparas tampan dan imut berkulit putih mulus yang selalu dapat menangkap mangsa para pemuda gagah didesanya demi nafsu seksualnya. Dirinya tidak sadar bahwa jika parasnya yang memikat...