.
.
.
.Kini, Jaka dan Bian berboncengan menuju ladang miliknya. Dengan mengendarai motor kebanggan Jaka, bian duduk dibelakang sambil memeluk perut kotak-kotak Jaka.
Setelah hampir lima belas menit mengendarai motor, tibalah keduanya di pinggiran jalan setapak.
"Yuk, turun. Kita jalan kaki"
"Oke, bang"
Karena letak ladang milik Jaka berada diujung desa yang berbatasan langsung dengan hutan, al hasil tidak ada akses bagi roda dua menuju kesana. Hanya bisa dilewati jalan kaki sejauh kurang lebih seratus lima puluh meter dari tempat parkir motor.
Sesampainya diladang, Jaka menyurh bian untuk duduk saja di gubug yang lumayan luas. Dari kejauhan, bian melihat jaa sedang mencangkul, memotong dahan dan terkdang mengangkat kayu yang berserakan di tepian ladang. Topi hitam serta kaus putih singlet yang dikenakan menampakan lengan kekar yang bersemu merah karena terbakar panasnya sinar matahari siang itu.
Sekitar pukul sepuluh siang, Jaka kembali ke gubug untuk sekedar istirahat dan minum karena saking hausnya. Jaka yang melihat bian sedang menatap dirinya, kini tersebyum usil.
"Kenapa liatin mas kaya gitu? Terpesona ya? Hmm?" Ucap jaka sambil menaik turunkan kedua alisnya.
"Ih, abang pede banget jadi orang". Jawab bian yang justru membuat Jaka tertawa.
"Mau ikut abang ga ke curug? Sekalian mandi. Gerah banget ini, by"
"Boleh deh bang"
Keduanya kini beranjak meninggalkan gubug berjalan menuju jalan setapak memasuki hutan. Jika sudah memasuki waktu siang, sudah jarang orang yang berlalu lalang masuk ke hutan.
Setelah berjalan lebih dari sepuluh menit, keduanya telah sampai di Curug kembar. Orang-orang desa menyebutnya curug kembar karena ada dua curug yang tak terlalu tinggi berdampingan.
Mata bian berbinar, dirinya takjub luar biasa melihat pemandangan yang belum pernah ia lihat. Bahkan saking terkejutnya, bian sampai menganga melihat keindahan alam ciptaan tuhan didepan matanya.
"Woahhh... Indah banget mas..." Kemudian bian berbalik menghadap jaka dibelakangnya.
"Ish, mas. Kenapa ga dari dulu sih ngasih taunya kalo ada curug seindah ini" ucap bian sedikit merajuk.
Jaka mendekati buan dan mengacak rambutnya. "Ya mana tau aku kalau kamu suka yang beginian. Mas taunya kamu hobi banget ke kota kalo refreshing".
Bian hanya tersenyum canggung. "Ya udah, yok kita kesana. Mandi sekalian"
Segera, bian dan jaka berjalan mendekat ke arah curug kembar. Tanpa keduanya sadari, ada sekelebat bayangan putih berparas perempuan cantik berselendang mengawasi mereka berdua. Bayangan itu ada diantara dua curug yang bening dan tak terlalu deras.
Melihat bian yang masih terdiam ditempatnya membuat jaka yang sudah masuk kedalam air sedikit berteriak.
"By, ayo cepet. Ngapain kamu bengong disitu. Buruan sini nyusul mas"
"Iya".
Bian langsung saja menanggalkan seluruh pakaianya. Terkecuali celana dalam berwarna merah maroon yang dikenakan.
Langsung saja Jaka menarik tangan bian. Alhasil, bian terjatuh dipelukan Jaka. Keduanya sama-sama menatap mata masing-masing. Serasa ada listrik yang menyengat keduanya yang membawa mereka jatuh dalam kabut gairah.
KAMU SEDANG MEMBACA
GAIRAH PARA PEMUDA
NonfiksiSebuah cerita tentang kebinalan sosok Bian. Remaja awal SMA yang berparas tampan dan imut berkulit putih mulus yang selalu dapat menangkap mangsa para pemuda gagah didesanya demi nafsu seksualnya. Dirinya tidak sadar bahwa jika parasnya yang memikat...