03

5 1 1
                                    

Sastra kesulitan. Dia tidak tahu lagi dengan nasib karirnya saat ini. Embun yang hanya diam di sofa rumahnya sembari memakan keripik masih mencoba memikirkan solusi, sedangkan di belakang sana, Sastra sibuk memikirkan kata-kata untuk klarifikasi yang bahkan tidak mereka mengerti.

"Udah gue bilang, chat dulu Viona."

"Bukan Viona." Sastra mengacak-acak rambutnya, masih fokus dengan laptop di atas meja, sedangkan Embun hanya sibuk memperhatikan film di televisi rumah Sastra dengan pikiran yang kosong. "--bukan Viona."

"Terus mau lo apa?" Embun memegangi kepalanya yang terasa berat, sebelum dia memeriksa ponsel. "Aduh, besok gue ada shooting tugas lagi."

Sastra menghela napas. "Iya-iya, nanti gue chat Viona. Jangan sampai masalah ini ngebebanin pikiran lo, Mbun."

"Gimana gue nggak terbebani, lo temen gue. Masalah kayak gini nggak ada cuman sekali, tapi berkali-kali, bahkan SMA juga ada hal yang sama tapi itu cuman rame si sekolah, 'kan? Nggak sampai ke publik kayak gini." Embun membuka aplikasi yang sering ramai dibicarakan orang, kemudian membuka akun milik Sastra. "Beruntung, itu cuman akun bodong biasa. Lo bisa lanjut mikirin kata-katanya aja, Stra."

@Jeirn: Ini beneran nggak, sih?

@Lopleyr54: Sastra nggak mungkin ngelakuin itu, sih, dia orangnya baik banget kok tiba-tiba ngebully :(

@REZHG: Ada banyak kemungkinan, orang yang fitnah dia juga nggak tau kenapa. Jangan langsung spekulasi dulu kata gw mah

Masih banyak yang percaya dengan Sastra, karena segala hal yang telah dibuat Sastra selama ini.

Sebelum Embun melihat komentar lainnya

@Hitutku: Kalau bener, kasian banget korbannya wkwk. Dia bundir disiksa, eh ngeliat ke dunia orang yang buat dia bundir justru sukses dan bahagia, kadang kasian gw ngeliat kasus pembullyan kayak begini sebenernya

Sastra melirik ponselnya, membuat Embun yang melihat dari kejauhan sedikit memperhatikan.

"Ok, gue pergi ke Viona." Sastra berdiri, membuat Embun juga ikut berdiri. "Gue sendiri aja ke sananya, takut disangkanya bawa kawan. Nanti kata-katanya gue lanjutin, di sini aja dulu, jaga rumah." Sastra segera pergi keluar, mengambil helmnya dan segera menaiki motor yang sudah berdiri di halaman rumah.

Embun menghela napas, melihat Sastra melambaikan tangan padanya dan segera pergi dari sana, meninggalkan Embun yang hanya bisa menatapnya dari kejauhan, menyandar ke pintu rumah dengan wajah khawatir.

Tak lama, Embun kembali melihat layar ponselnya.

@imvion: Ini Sastra smp bina santara? Fyi aja guys, katanya dia juga bukan cuman ngebully orang yang bundir itu doang, wkwk, gw kira bukan Sastra smp gw

Embun menatap akun dari si pengometar tersebut.

Bukankah itu akun milik Viona?

***

Tuk tuk tuk!

Tuk tuk tuk!

Pintu dari salah satu kamar kos-kosan tersebut dibuka secara perlahan. Sastra membelalak saat melihat seorang gadis berambut hitam panjang hanya menundukkan kepalanya, sebelum dia membungkuk pelan kepada Sastra.

"Masuk aja, Sastra."

Sastra memegangi tengkuknya, merasakan rasa canggung luar biasa. Kini dia sedang disuguhi minum oleh perempuan yang pernah menjadi pacarnya di masa SMP dulu. Dan perempuan itu juga tampak gugup, sedari tadi hanya berbolak-balik menyiapkan beberapa suguhan untuk Sastra.

Siasat Si PengarangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang