[01] Perputakaan

227 13 0
                                    

Sekarang saatnya aku melepaskan kepenatan setelah seharian melewati perkuliahan yang benar-benar membosankan. Beberapa waktu yang lalu Gina, Nindy, dan Ryn mengajakku untuk hangout ke mall. Tapi, berhubung aku sedang membutuhkan waktu untuk sendiri, maka aku putuskan untuk tidak ikut dan pergi ke tempat ini. Tempat yang paling tenang dan membuat candu ketika mencium aromanya.

Perpustakaan. Begitulah orang menyebutnya. Aroma bibliosmia menguar memenuhi ruangan ini. Dengan penuh penghayatan aku menghirup aromanya seraya memejamkan mata, kemudian menghembuskannya secara perlahan. Setelah merasa tenang, aku langsung mencari buku yang sejak kemarin menjadi incaranku diantara rak-rak yang menjulang tinggi.

Mataku memicing serius. Mencari buku itu di antara buku-buku lain yang ada di rak ini. Agatha Christie.. Agatha Christie.. Agatha- gotcha! Akhirnya aku menemukannya. Sebuah novel karangan Agatha Christie dengan judul By The Pricking of My Thumbs. Well, aku memang penggemar berat genre thriller seperti ini. Agatha Christie dan Sir Arthur Conan Doyle adalah penulis cerita detektif terbaik sepanjang masa. Dengan semangat aku segera berbalik untuk menuju ke mesin self checkout-

Bruuuk!!

Novel Agatha Christie yang baru saja berada digenggamanku terlepas begitu saja. Seseorang perempuan sepertinya tidak sengaja terjatuh karena saking kerasnya aku menabrak tubuhnya. Aduh, gawat. Aku jadi merasa bersalah dengannya.

"Ng— sorry. Aku nggak sengaja," ucapku setelah dirinya sudah berdiri dihadapanku.

"Iya, gapapa. Lain kali hati-hati yaa," ujarnya dengan nada yang dingin.

"Maaf..."

"Ini. Punyamu, 'kan?" tanyanya sembari menyodorkan novel yang ingin aku pinjam itu.

"Ah, iya. Makasih."

Tanpa melihat ke wajahnya, aku segera mengambil buku itu dan pergi dari hadapannya. Aih! Bodohnya. Bisa-bisanya aku tidak melihat kalau di sana ada orang lain. Huft. Dasar ceroboh!

Tiba di depan mesin self checkout, aku langsung mengeluarkan KTM milikku dan memindai barcode-nya sesuai intruksi. Beberapa saat kemudian, struk peminjaman buku akhirnya keluar. Dengan perasaan senang aku segera mengambil struk tersebut dan memasukan kembali KTM milikku ke dalam tas.

"Kamu suka sama Agatha Christie?" tanya seseorang dari samping yang membuatku terkejut.

"Bisa dibilang begitu."

"Salam kenal. Aku Karin," ucapnya seraya mengulurkan tangan.

Kemudian aku menjabat tangannya dan berkata, "Win."

Selama beberapa detik aku memandangi wajahnya dengan ekspresi keheranan. Seperti pernah melihat tapi dimana, ya? Oh, astaga! Aku baru ingat!

"Soal kejadian tadi.. aku minta maaf ya."

Dia tersenyum. "Iyaa gapapa loh. Itu mah nggak usah dibahas lagi. By the way, kamu tau nggak, tempat yang enak buat baca novel selain disini?"

"Emangnya kenapa kalo baca disini?"

"Aku liat-liat kayaknya disini ga ada bangku yang kosong deh."

"Ohh gitu. Hm. Yaudah, ayo ikut aku."

Kakiku berjalan menuruni tangga, diikuti oleh suara hentakan kaki lainnya yang sedari tadi mengikuti langkahku. Setelah beberapa saat berjalan menuruni tangga, sampailah kami di cafetaria perpustakaan. Tempat kedua yang bisa kami gunakan untuk membaca buku dengan tenang.

Kami berduapun memesan minuman. Menikmatinya sambil membaca buku. Tanpa sengaja aku diam-diam memperhatikan wajahnya yang sedang serius membaca buku yang baru saja dipinjamnya. Misteri Pembunuhan di Kakek Bodo karya S. Mara Gd.

'Waw. Agatha Christie versi Indonesia, ya,' pikirku.

Aku ingin sekali mengajak bicara orang di depanku ini. Tapi dari matanya yang terlihat serius membuatku mengurungkan niat. Aku tak mau mengganggunya.

***

"Win," ucapnya, membuyarkan semua fantasiku yang sudah tenggelam di dalam cerita.

"Ah, iya. Kenapa?"

"Kamu nggak pulang?"

"Loh. Ini jam berapa?"

"Udah hampir jam 5. Perpustakaan juga mau tutup."

"Hah? Aku kira ini masih jam 4."

"Cek aja hp kamu kalo nggak percaya."

Akupun mengambil handphone yang sedari tadi berada dikantong celana dan langsung menghidupkan layarnya. Disana tertera angka 04.55 PM, yang menandakan bahwa 5 menit lagi gedung perpustakaan ini akan ditutup. Akhirnya aku bangkit dari tempat duduk serta mengajak wanita di depanku ini untuk keluar dari sini.

"Maaf, aku lupa. Nama kamu siapa, ya?" tanyaku sedikit kikuk.

"Karin. Kau bisa memanggilku itu."

"Wah jarang banget aku nemu yang namanya Karin," ucapku sedikit bergumam.

"Yang bener? Padahal nama Karin itu pasaran banget tau."

"Hehe. Maaf. Aku ini gampang banget lupa sama nama orang. By the way, mau pulang bareng ga?"

"Nggak usah. Aku nunggu jemputan. Kamu duluan aja."

"Ya udah kalo gitu. Aku nunggu sampe jemputan kamu datang aja."

"Kenapa?"

"Kamu disini cuma sendiri, Karin. Apalagi ini udah sore."

"Gapapa kok. Aku udah biasa. Kamu duluan aja sana."

"Nggak. Aku nungguin aja."

"Ck. Ternyata kamu keras kepala, ya."

"Emang."

"Hm. Ya udah terserah kamu deh."

Sepuluh menit kemudian terdengar suara motor matic yang mendekat. Lalu seseorang yang mengendarai motor tersebut berhenti tepat di depan kami berdua. Dan dapat disimpulkan kalau itu adalah seseorang yang menjeput Karin. Beberapa detik kemudian aku memandang wajahnya. Karin tersenyum kepadaku, selanjutnya berkata, "Aku duluan ya, Win. Kamu naik apa?"

"Aku naik motor kok. Abis gini langsung ke parkiran."

"Oh, okay. Hati-hati, yaa."

"Iya. Kamu juga yaa."

Kemudian motor itupun melaju dengan kecepatan sedang. Suasana menjadi hening setelah kepergian Karin. Bahkan aku merasa merinding ketika sedang berjalan menuju parkiran. Beberapa sugesti buruk mulai memenuhi otakku.

'Aduh. Ini pasti gara-gara aku baru banget baca novel thriller. Jadi parno gini 'kan. Ayo, Win. Tetap tenang. Fokus. Hal buruk kayak gitu cuma ada dipikiran lo doang,' ucapku dalam hati, mensugestikan diri supaya tetap tenang.

Beberapa saat kemudian, aku sudah berada diatas motorku.Perlahan aku nyalakan mesinnya. Kembali meyakinkan diri untuk tetap tenang.Setelah mesin menyala aku langsung tancap gas agar bisa cepat-cepat keluar dariarea kampus yang mendadak jadi menyeramkan seperti ini.

.

.

.

.

.

Bersambung...

Lose | WINRINA / JIMINJEONGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang