"Dari tadi kita muter-muter gini, kamu capek nggak, Rin?" tanyaku yang masih setia berada di sampingnya. Kali ini malah terlihat semakin clingy. Tapi aku menyukai dia yang seperti ini. Dari awal kita jalan memutari taman ini, kedua tangannya terus memeluk lenganku erat. Seolah-olah takut aku pergi darinya.
"Nggak," jawab Karin seraya tersenyum senang, dan semakin memeluk lenganku erat. "Herannya aku nggak ngerasa capek sama sekali. Apa gara-gara jalannya sama kamu ya?"
Mendengar jawaban darinya, aku segera menatap dan mencubit hidungnya karena gemas. Ternyata ia bisa flirting juga.
"Bisa aja kamu, Rin," balasku sambil tersenyum. "Kalo emang kamu ga capek, aku mau ngajakin kamu ke tempat selanjutnya."
"Kemana lagi, Win?" tanya Karin penasaran.
"Restoran. Tapi view-nya bagus banget. Kita bisa liat sunset disana."
"Pantai?"
"Bukan pantai. Justru tempatnya ini ada di atas bukit. Bagus banget deh pokoknya."
"Wihh. Kayaknya seru tuh, Win."
"Iyaa, apalagi bareng pacar. Ihiw," ucapku, sedikit menggoda. Sedangkan Karin malah menepuk lenganku, walaupun tidak terlalu keras. Aku hanya tertawa geli melihat reaksinya yang seperti itu. "Tapi kamu udah laper apa masih kenyang, Rin?"
"Sebenernya aku masih kenyang, Win. Kayaknya aku belum sanggup buat makan berat?"
"Hm.. kalo cemilan?"
"Itu aku masih sanggup."
"Yaudah kita makan-makan camilan aja di sana. Sambil nikmati sunset yang ada di sana."
"Boleh, Win. Aku juga penasaran banget tempatnya kayak gimana. Apa sih namanya, Win? Biar aku cari di google."
"Rahasia dong. Ahahaha. Nanti pas sampe sana juga kamu bakal tau."
"Ish, kebiasaan nih ngerahasiain mulu. Yaudah deh, aku bakal ikut kemanapun kamu ajak aku."
"Kalo aku ajak kamu ke kandang buaya, kamu mau ikut?" candaku.
"Iya mau," jawabnya, sedikit membuatku terkejut kalau ia akan menanggapi serius. "Sekalian aku lemparin kamu ke buayanya."
"Ih! Dasar psikopet!"
"Biarin. Kamunya ngeselin sih."
"Utututu. Jangan ngambek gitu dong ayaang. Udah yuk, kita ke mobil."
"Iya," jawab Karin, kemudian ia menggandeng tanganku kembali. Dari tadi aku perhatikan, dia memang benar-benar tidak mau lepas dariku. Aku lepas sedikit, Karin langsung menarik tanganku kembali. Clingy sekali. Apakah seperti ini rasanya dicintai oleh orang lain, ya? Benar-benar membuatku lima kali lipat lebih bahagia daripada biasanya.
"Win, aku lupa mobilnya yang mana. Ayo di 'tut-tut' mobilnya," ucapnya yang terdengar lucu di telingaku. Aku hanya bisa tertawa geli mendengar bahasanya yang seperti itu.
"Hahaha. Di 'tut-tut'. Gemes banget sih kamu, Rin. Nih, aku 'tut-tut' yaa mobilnya," balasku, sambil menekan tombol bergambar speaker. Dan seketika mobil honda HR-V milik Kak Arin itupun berbunyi. Ternyata mobilnya berada di ujung parkiran sana, tidak terlalu jauh dari tempat kami berdiri.
"Yuk, naik dulu, Rin," ucapku seraya membukakan pintu untuk Karin terlebih dahulu.
"Makasih, Win," balas Karin sambil tersenyum.
Setelah Karin sudah duduk di kursi mobil, akupun menutupnya. Lalu, menyusul Karin untuk masuk ke dalam mobil.
"Jangan lupa seatbelt-nya, Rin."
KAMU SEDANG MEMBACA
Lose | WINRINA / JIMINJEONG
Fanfic"Kamu mau punya masa depan yang kayak gimana?" "Hm... Yang pasti aku maunya hidup bareng kamu terus, Win." . . . . . 20% true story; 10% mimpi; 80% imajinasi author Jadwal update: Senin, Rabu, Jumat (18.30 WIB) Enjoy it!