16

8.4K 259 1
                                    

Setelah menikah, Aluna berhenti kuliah dan hanya fokus menjaga kesehatan kandungannya yang masih muda, lagi pula impiannya sekarang cukup menjadi ibu rumah tangga yang menjadi rumah bagi suami dan anaknya.

Aluna membuat 2 gelas teh, lalu ia bawa ke halaman depan.

"Kakek tehnya udah jadi," ucap Aluna menghampiri kakek yang duduk santai di kursi.

"Aduh kalo Victor tau kamu bikin teh gini, kakek bisa kena omelan dia," kata Kakek.

Aluna tertawa pelan, ia menaruh teh di atas meja lalu duduk berhadapan dengan kakek. "Victor bakal lebih marah kalo tau kakek paksa aku main catur tiap sore," ucap Aluna lalu menggerakkan anak caturnya.

Kakek tertawa. "Jangan sampe Victor tau, nanti kakek ga ada temen main catur lagi."

"Lah biasanya sama tukang kebun atau satpam?"

"Mereka terlalu jago," ujar Kakek sambil mendengus.

"Kakek pasti seneng ya main catur sama aku soalnya aku kalah terus," ujar Aluna sebal karena tak bisa mengalahkan kakek.

"Ah kamu sama cerewetnya seperti Victor, cepat gerakkan caturmu Aluna."

"Aku juga harus mikir supaya bisa menang dari kakek."

"Udahlah ga usah mikir, cepat-cepat, keburu Victor pulang."

"Kakek menyebalkan, otakku cape, kita udah main catur 3 kali hari ini!"

Sebuah mobil masuk ke dalam perkarangan luas rumah, lalu Aluna berdiri saat Victor keluar dari mobil dan menghampirnya.

"Sayanggg."

Victor memeluk Aluna dan menciumnya. "Sedang apa?" tanyanya.

"Kakek memaksaku bermain catur," adu Aluna pada suaminya.

Victor menatap tajam kakeknya, sedangkan kakek melipat tangannya di depan dada dengan wajah murung karena Aluna mengkhianatinya.

"Dasar kakek tua, istriku sedang hamil jangan paksa dia main-main catur," ucap Victor memarahi kakeknya.

"Ck ck anak ini berani sekali memarahi kakeknya sendiri, kakek sakit hati mendengar kata tua dari cucunya sendiri."

Aluna masih memeluk suaminya manja, ia menatap kakek sambil tersenyum-senyum lucu. "Kapalaku sakit sayang, ini ronde tiga aku main catur, kamu bisa bayangkan kan otakku ini terus bekerja?"

"Gadis kecil ini sangat pintar mengadu pada suaminya, kakek hanya membantu istrimu supaya lebih pintar berpikir dengan catur ini, soalnya dia tidak pernah menang sekalipun."

"Tuh kan sayanggg kakek mengataiku bodoh," rengek Aluna.

Victor membereskan catur di meja. "Kakek kalo mau main catur mainlah sama orang tua juga, istriku masih muda dilarang memainkan permainan yang bisa membuat kepala sakit seperti ini."

"Ya sudah kamu aja yang main sama kakek Victor, kamu juga udah tua," ucap kakek membuka kembali kotak caturnya.

Aluna menatap suaminya. "Perkataan kakek terlalu jahat, suamiku memang tua, tapi dia bisa sakit hati kalo mendengar kakek bilang begitu."

Victor mengehla napas, tampaknya ia tak terlalu senang mendengar pembelaan istrinya barusan.

"Sayang ayo masuk ke dalam, aku membawa pesananmu saat pulang tadi," ucap Victor sambil mengangkat tentengannya.

"Mangga muda?"

Victor mengangguk.

Aluna kegirangan, ia merebut mangga dari suaminya lalu masuk ke dalam rumah ingin cepat-cepat mengupas dan memakannya.

Revenge (Victor)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang