12

16.8K 528 32
                                    

Besok paginya Aluna bangun dengan tubuh yang letih karena semalam ia merasa tak nyaman tidur, saat bangun bantal tidurnya terasa basah, sepertinya ia tidur sambil menangis.

Aluna beranjak dari kasurnya, ia mandi membersihkan tubuhnya sebelum keluar daru kamar.

Setelah sudah merapikan diri dan membersihkan kamar, Aluna keluar kamar ingin mengisi perutnya.

Aluna ke ruang makan bergabung dengan yang lain, Alana sangat takut sampai keringat dingin saat melangkah ke meja makan.

Alana duduk perlahan, lalu menatap satu persatu anggota keluarganya dan Victor namun yang jadi pertanyaanya kenapa semua orang terlihat biasa saja?

Aluna melirik Raisa yang duduk tepat disebelahnya, apa jangan-jangan Raisa belum membocorkan rahasia kehamilannya?

"Kamu berkeringat banyak Aluna, sedang tidak enak badan?" tanya Victor cemas.

Aluna menggelengkan kepalanya. "Tidak apa-apa."

"Caper," cibir Raisa.

"Jangan begitu pada adikmu Raisa," kata Victor memperingati Raisa.

Raisa mendelik tak suka Victor membela Aluna.

"Makan ini," suruh Victor sambil mengambilkan sayuran pada piring Aluna.

"Aku juga mau sayang, tolong ambilin buat aku," pinta Raisa dengan nada manja pada Victor.

Victor tersenyum, lalu mengambilkan yang sama pada piring Raisa. "Ini bagus buat dietmu."

"Aku memang selalu menjaga pola makanku, makanya aku terlihat bersinar cantik kan? ga kaya dia," sindir Raisa pada Aluna yang lebih berisi.

"Kamu benar sayang," ucap Victor lalu ia baru menyadari satu hal kalau badan Aluna terlihat lebih berisi dari sebelumnya.

Raisa mendekati telinga Aluna lalu membisikkan sesuatu. "Gemuk kaya ibu hamil," bisiknya diakhiri dengan kekehan lucu.

Beberapa menit kemudian setelah menghabiskan sarapan Victor dan papa berangkat kerja ke kantor.

Setelah menghabiskan makanannya Aluna segera naik ke lantai atas ke kamarnya.

Aluna melirik ke belakang, ia melihat Raisa mengikutinya naik tangga.

Sampai di atas Aluna menghentikan kakaknya. "Ada apa lagi kak? kamu mau aku berterima kasih karena ga bocorin rahasia kehamilanku?" tanya Aluna.

Raisa tersenyum pada adiknya. "Kenapa harus berterima kasih? gue ga sebaik itu Aluna."

Raisa berjalan memutari badan Aluna. "Lucu banget liat lo bernapas lega tadi di meja makan, lega iya karena semua orang di rumah ini ga tau tentang kehamilan lo?"

"Aduh Aluna, selama ini lo pasti ngira diri lo ini cinderella ya? cinderella yang bakal dijemput pangeran?"

Raisa tertawa terabahak-bahak sambil menepuk-nepuk pundak Aluna.

"Tapi cinderella ga hamil duluan Aluna, lo jalang murahan, bukan cinderella."

"Aku ga ada waktu buat denger ocehan kamu kak," ucap Aluna ingin ke kamarnya.

"Gue mau bantu mama papa buat singkirin benalu," kata Raisa lalu mendorong Raisa hingga jatuh dari tangga.

BRUKH.

Tubuh Aluna bergulitik jatuh ke bawah tangga hingga cairah darah berwarna merah kental berimbah di lantai.

"Akhhhh perut aku akh sakit tolong," rintih Aluna tergeletak di lantai.

Mata Aluna mulai berkabut, namun ia masih dapat melihat kakaknya yang berjalan santai menuruni anak tangga.

"Kyaaaa Aluna!"

Revenge (Victor)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang