Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
“WAH— DAN BAGAIMANA ITU BISA TERJADI?!”
“ASHILD! FIGHT ME!”
Oh. [Name] River is still the winner.
“....” [Name] duduk disebelah Ashild. Mereka terdiam cukup lama. “....”
“Anda hebat, Sir [Name].”
“Terimakasih,” [Name] menjawab datar. Ashild tersenyum kecut. Membuat pria berambut hitam itu tersentak. “Tapi kau sudah berkembang tahu?! Aku memikirkan strategi yang rumit kali ini!”
“Benarkah?”
‘tenagaku juga lumayan turun gara-gara belis sialan itu,’ [Name] berdecih dalam hati. Kecepatannya tak berkurang, tapi memang secara fisik tentu perubahannya drastis.
Sekarang Lofty tinggal di Demonic Realm. Luar biasa bahwa Cavert tidak keberatan. Itu sebenarnya membuat [Name] menaikkan alis. Raja itu tidak pernah membuatnya nyaman.
Tatapan Cavert sebenarnya tidak terlalu menyukai kehadiran itu. Maksudnya— jika itu terapi, dia punya tumbal gratis.
Tumbal gratis : [Name].
Tidak, sebenarnya di dunia ini tidak ada yang bisa dia percaya sepenuhnya.
Bahkan dirinya sendiri, maupun Deon.
Meski dia adalah orang yang terluka, tetap saja. Dia adalah penjahat. Tentu dia penjahat, orang gila mana yang menghancurkan dunia tapi masih disebut seorang yang baik? Meski dia seorang protagonis.
Sudut pandang manusia yang tidak fleksibel membuat [Name] sakit kepala. Ia hanya berusaha bersikap adil.
‘Benar juga, aku juga penjahat...’ [Name] menopang dagu. Berpikir kembali. Dan diberikan tugas khusus oleh Deon untuk mencari dukun yang memberikan jimat penangkal untuk pasukan Lofty.
Tidakkah berpikir dia memiliki sisi yang lembut juga?
“Cih—” [Name] melengos, karena pria albino itu akhir akhir ini lebih menyebalkan dari biasanya. Membuat Ashild yang disebelahnya mengernyit sedikit tak nyaman. Ia tak ingin membuat [Name] kesal.
