21. Baba vs Abang

3.1K 351 128
                                    

Setelah pertengkaran kemarin sore, kini terjadi perang dingin antara Azka dan Maulana. Lebih tepatnya Azka yang tidak mau menegur sang Baba, sedangkan Maulana hanya mengikuti drama anak laki-lakinya itu.

Terhitung sudah dua hari Azka tidak menegur Baba nya itu, ia lebih memilih bermain bersama kembarannya atau Nazwa. Azka juga selalu menghindar jika ada Maulana, hal itu membuat Maulana gemas karena ternyata semarah itu Azka kepadanya.

Pagi ini cuaca  tak seterang kemarin, awan hitam itu sudah siap menumpahkan air untuk membasahi bumi, angin pun berhembus kuat hingga memuat udara semakin dingin. Namun udara dingin di luar sana tak mampu mendinginkan ruang makan keluarga kecil ini, rasanya terasa panas karena Azka yang terus menyalakan sinyal permusuhan.

Nazwa sendiri hanya bisa menggelengkan kepalanya melihat itu, kini ia tengah menggoreng nasi untuk  sarapan mereka berempat. Nasi goreng seafood, menu request si kembar dan juga suaminya.

Maulana sendiri lebih memilih membantu sang istri, ia memotong udang, bakso, cumi dan perbawangan. Tangannya seolah sudah terbiasa sehingga tak merasa kesusahan sama sekali, Maulana juga sesekali melihat ke arah kedua anaknya yang tengah anteng duduk di kursi meja makan.

Selesai memotong bahan-bahan tadi langsung ia berikan kepada Nazwa untuk segera dimasak, Nazwa menerimanya seraya berterima kasih. Setelah itu Nazwa meminta sang suami untuk menemani si kembar sedang dia sibuk dengan masakannya.

Awalnya Maulana ragu untuk mendekati kedua anaknya itu, ia takut mood Azka semakin buruk dan berimbas dia yang tidak mau makan. Makanya Maulana memilih menunggu di ruang tamu sambil memainkan ponselnya, sesekali ia juga mencari tempat yang mungkin akan ia kunjungi bersama anak dan isterinya nanti.

Sekitar lima belas menit akhirnya Nazwa selesai dengan kegiatan masaknya, bertepatan dengan itu hujan turun dengan derasnya disertai petir yang begitu nyaring. Suara itu membuat Azka dan Azkia terkejut, kedua bocah kembar itu cepat-cepat memegang tangan sang Ummah karena ketakutan.

Maulana langsung menghampiri mereka, saat melewati kedua anaknya tangan laki-laki itu mengusap pela pucuk kepala anaknya itu. Tidak ada perlawanan atau sebagainya, si kembar masih sedikit ketakutan karena suara petir yang masih saja terdengar.

"Ayo makan dulu, habis itu boleh main ke kamar," ujar Nazwa.

"Mau peyuk Mah aja," ujar Azka sambil melepaskan tangannya dari tangan sang Ummah.

"Boleh, tapi sarapan dulu, oke?"

Azka hanya menganggukkan kepalanya sebagai jawaban, setelah itu mereka berempat menikmati sarapan masing-masing tanpa ada yang membuka suara. Maulana masih fokus memandangi wajah anak laki-lakinya itu, entah apa yang sedang ia rencanakan.

Tangan Nazwa mencubit pelan paha sang suami saat sadar akan tatapan suaminya itu, sontak Maulana langsung menoleh dan mendapat tatapan tajam dari snag istri. Bukannya meminta maaf, laki-laki itu malah hanya menyengir kuda.

Nazwa hanya bisamenghela napas pelan melihat itu, lalu ia melanjutkan sarapannya. Si kembar tetap fokus dengan makanan masing-masing, mereka tak memperdulikan sekitar mereka.

Setelah beberapa saat mereka semua selesai dengan acara saparan tadi, Maulana segera memcuci piring dna gelas kotor bekas mereka makan. Sedangkan Nazwa hanya diizinkan membersihkan meja saja dan si kembar memilih untuk langsung masuk kamar.

Selesai membersihkan meja Nazwa berjalan menghampiri sang suami yang tengah sibuk mencuci itu, lumayan banyak karena tadi setelah selesai masak Nazwa tidak langsung mencuci alat masaknya kerena takut si kembar sudah lapar.

Wanita itu berdiri tepat di samping sang suami, menatap wajah tampan itu sambil tesenyum tipis dengan tangan yang mengusap-usap perut buncitnya. Maulana menoleh, laki-laki itu seperti salah tingkah saat ditatap seperti itu oleh Nazwa.

LANAZWA : Let's Start A New story (TERBIT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang