27. Kabar Buruk

2.2K 304 97
                                    

Kurang lebih tiga puluh menit lamanya Maulana berdiam diri di danau itu, hingga akhirnya ia memutuskan untuk beranjak dari sana dan mencari tempat makan untuk mengisi perutnya yang mulai keroncongan. Ia mengendarai mobil dengan kecepatan sedang, masih melihat-lihat tempat makan yang lumayan sepi.

Sekitar dua puluh menit lamanya ia mencari akhirnya mobilnya terhenti pada salah satu rumah makan yang tak terlalu banyak pengunjung, ia memarkirkan mobilnya lalu turun dan memesan makanan yang ia inginkan.

Selesai memilih dan membayar makanan yang ia pesan Maulana memilih duduk di kursi pojok rumah makan itu, bukan karena apa, ia hanya ingin makan dengan tenang saja. Sambil menunggu pesanannya datang Maulana membuka ponselnya yang sejak tadi tak ia sentuh.

Mata laki-laki itu membulat kala melihat banyaknya panggilan tak terjawab dari sang istri, ia juga melihat tiga panggilan tak terjawab dari perempuan itu. Bukan hanya menelpon, Nazwa juga berkali-kali mengirim pesan kepadanya.

Tanpa basa-basi Maulana langsung menelpon istrinya itu, tapi sayang Nazwa tak menjawab panggilan telponnya yang membuat Maulana khawatir. Ia lupa jika tadi mengantarkan anak dan istrinya ke butik, dan karena terlalu asik di danau Maulana sampai lupa memesankan makanan untuk makan siang Nazwa dan si kembar.

Panggilan telponnya masih tak dijawab, akhirnya Maulana memilih untuk menelpon Shofia. Namun sepertinya nasib baik tak berpihak pada Maulana, Shofia juga tak menjawab panggilan telponnya. Kemana mereka, lagi-lagi Maulana dibuat khawatir akan keadaan sang istri.

Setelah beberapa menit menunggu makanan yang tadi ia pesan datang, perut yang tadi lapar kini rasanya sudah kembali kenyang karena masih mengkhawatirkan sang istri. Namun Maulana tak ingin mencari penyakit, akhirnya laki-laki itu memakan makanannya dengan lahap.

Ditengah makan tiba-tiba ada seseorang yang duduk di depannya, Maulana langsung mengangkat kepalanya guna melihat siapa yang baru saja duduk di hadapannya itu. Laki-laki itu menghela napas kasar saat melihat siapa yang duduk, selera makannya langsung hilang saat itu juga.

"Aku pikir kamu lagi sama istri dan anak-anak kamu makanya nggak jawab telpon aku, ternyata lagi makan siang sendiri," ujar perempuan itu.

"Mau apa lagi kamu?" tanya Maulana.

"Cuma mau makan siang bareng aja, boleh kan?"

"Masih banyak bangku kosong,kenapa harus di sini?"

"Aku maunya di sini, mau makan siang bareng kamu."

"Sudah saya katakan bukan tadi jika urusan saya dan kamu itu sudah selesai, kenapa kamu masih mengganggu saya?"

"Aku nggak ganggu kamu, aku cuma minta tolong sama kamu. Bukannya kamu yang bilang kalau kamu hutang budi dengan Papah karena sudah menyelamatkan kamu waktu itu?" Lagi dan lagi perempuan itu mengungkit kejadian lalu.

"Saya hutang budi sama Papah kamu, bukan sama kamu!" tekan Maulana. "Saya nggak ada urusan dengan kamu! Saya sudah menjamin semua pengobatan dan biaya rumah sakit sampai Papah kamu sembuh, saya juga sudah menjamin hidup kamu dan Ibu kamu sampai Papah kamu sembuh," lanjutnya dengan suara pelan namun membuat perempuan itu takut.

"Tapi sampai sekarang Papah belum sembuh, perawatan sudah satu bulan lebih dan itu nggak ada perubahan sama sekali!" tekan perempuan itu dengan mata yang memerah.

"Tidak ada perubahan bagaimana? Semalam Papah kamu sudah berhasil melewati masa kritisnya dan sudah bisa dialihkan ke ruang rawat inap kan? Tapi karena kamu yang malas merawat Papah kamu makanya beliau drop lagi karena sudah tiga hari tidak minum obat."

Dua orang ini masih beradu mulut namun dengan suara yang rendah, mereka tak ingin membuat keributan di sini. Hingga tanpa mereka sadari ada seorang wanita yang melihat mereka berdua, wanita itu menatap mereka dengan tatapan kecewa dan sakit.

LANAZWA : Let's Start A New story (TERBIT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang