29. Menyesal Tak Ada Arti

2.3K 287 73
                                    

Kurang lebih lima belas menit ia berdiam diri sambil memandangi keluarga Nazwa, akhirnya perempuan itu memberanikan dirinya untuk melangkah menghampiri mereka yang sedang berkumpul.

Di sana ada Hilmah, teman baiknya sedari dulu, keluarga mereka terlalu baik kepadanya tapi tidak dengan dirinya yang sangat jahat. Jantung wanita itu berdetak dua kali lebih cepat saat melihat wajah Fatimah yang begitu mirip dengan Nazwa, rasa bersalah itu kembali menghampirinya.

Sekitar lima langkah dari keluarga Nazwa, hilmah menyadari akan kedatangan temannya itu. Tidak ada kecurigaan sama sekali, gadis itu berjalan menghampirinya dan mengajaknya untuk bergabung.

"Zeva, kamu ke sini sama siapa?" tanya Hilmah kepada Zeva.

Zeva tidak langsung menjawab, perempuan itu masih memfokuskan matanya ke arah Fatimah, hingga tepukan pada pundaknya menyadarkan perempuan itu dan lantas menoleh kearah samping tepat Hilmah berdiri.

"Eh, aku tadi ke sini sendiri," jawab Zeva berusaha untuk tenang.

"Ayo ke sana," ajak Hilmah. "Aku bentar lagi pulang, ini lagi nunggu ponakan kembar aku sama Baba nya," lanjutnya yang membuat Zeva menoleh.

Hilmah langsung mengenalkan Zeva kepada keluarganya, dan mereka menyambut Zeva dengan begitu hangat. Bahkan Fatimah sempat memeluk perempuan itu, Zeva yang mendapatkan pelukan itu menahan air matanya yang ingin jatuh.

"Gini ya rasanya dipeluk ibu?" tanyanya dalam hati.

"Oh iya kamu lagi sibuk banget, ya? Tadi sore semua karyawan Kak Nazwa udah pada ke sini, tapi aku nggak ada liat kamu." Hilmah begitu penasaran kenapa Zeva tidak bersama karyawan yang lainnya.

"Ah iya, aku harus jagain Papah dulu tadi sore makanya baru bisa ke sini sekarang, dan untungnya kalian masih di sini," ujar Zeva berbohong.

Dia tidak menjaga sang Papah, dia sedari tadi sibuk menghilangkan bukti kasus tabrak lari itu dan ia sibuk mengatur rencana bagaimana Maulana bisa ia miliki seutuhnya.

Tanpa mereka sadari sedari tadi Huda dan Zahra menatap aneh kepada Zeva, mereka berdua merasakan sesuatu yang sedang ditutupi hingga dan ini bersangkutan dengan kecelakaan Nazwa.

Kedua wanita itu saling pandang, mereka seolah berbicara lewat tatapan itu hingga Hannan dna Kahfi yang melihat itu terheran. Zahra kembali menatap Zeva dengan seksama, ia mencoba untuk menatap mata perempuan itu namun sayang tak bisa karena sedari tadi Zeva terus menundukkan kepalanya.

Tak berapa lama terdengar suara tawa Azka dan Azkia, mereka semua kompak menengok ke arah sumber suara dan tersenyum tipis kala melihat dua bocah kembar itu berjalan beriringan dengan tangan yang penuh dengan kantong belanjaan.

Azkia berlari menghampiri Hilmah yang tadi melambaikan tangannya kepadanya, lalu bocah perempuan itu memberikan kantung belanjaan tadi kepada Hilmah. "Ante Imah tolong bawa ini, ya," ujar Azkia.

"Ante Imah taro di kursi dulu ya, nanti kita bawa pulang," balas Hilmah sambil mengambil alih kantung belanjaan itu.

"Otey," ujar Azkia.

Setelah itu Hilmah meletakan kantung belanja azkia tadi ke atas kursi lalu ia kembali menghampiri keponakanya itu dan menggendongnya sambil memperkenalkannya kepada Zeva, saat Zeva mengulurkan tangannya tanpa di sangka Azka menolak dan merengek ingin turun.

Tentu saja hal itu membuat semua anggota keluarga bingung , Azkia tidak pernah bertingkah tidak sopan seperti ini, bahkan ia sangat senang jika berkenalan dengan seseorang apalagi itu perempuan sebaya sang Ummah atau Tantenya.

Hilmah merasa tak enak dengan Zeva, ia pun segera meminta maaf agar tidak menyakiti perasaan temannya itu. "Nggak papa, mungkin Azkia udah ngantuk," ujar Zeva sambil tersenyum tipis.

LANAZWA : Let's Start A New story (TERBIT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang